Safinatun Najah - (1) Bab Rukun Islam, Bab Rukun Iman, dan Bab Thaharah

Terjemah Kitab Matan Safinatun Najah Bahasa Indonesia, (Bagian 1), Rukun Islam, Rukun Iman, dan Syarat Istinja' Dengan Batu

Terjemah Kitab Matan Safinatun Najah Bahasa Indonesia, (Bagian 1), Bab Rukun Islam, Bab Rukun Iman, dan Bab Thaharah.


Pendahuluan

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلٰى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدَّيْنِ، وَصَلَّى اللّٰهُ وَسَلَّمَ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيَّيْنَ، وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ

Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Hanya kepada Allah, kami memohon pertolongan atas perkara-perkara dunia dan agama. Semoga Allah melimpahkan rahmat ta'dhim dan kesejahteraan kepada Baginda kami, Nabi Muhammad, penutup para nabi, (terlimpahkan juga kepada) keluarga dan sahabat Beliau, semuanya. Tiada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah yang Maha Luhur lagi Maha Agung.


Rukun Islam

فَصْلٌ - أَرْكَانُ الْإِسْلامِ خَمْسَةٌ : شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ وَإِقَامُ الصَّلَاةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ وَحِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا

[Fasal] Rukun-rukun islam ada 5, yaitu :

1. Bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah

2. Mendirikan sholat

3. Mengeluarkan zakat

4. Berpuasa di Bulan Ramadhan

5. Menunaikan ibada haji bagi orang yang mampu menempuh perjalanannya.


Rukun Iman

فَصْلٌ - أَرْكَانُ الْإِيْمَانِ سِتَّةٌ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللّٰهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَبِالْيَوْمِ الْأٰخِرِ وَبِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ مِنَ اللّٰهِ تَعَالٰى

[Fasal] Rukun-rukun iman ada 6, yaitu :

1. Beriman kepada Allah

2. (Beriman kepada) para malaikat-Nya

3. (Beriman kepada) kitab-kitab-Nya

4. (Beriman kepada) para rasul-Nya

5. (Beriman kepada) hari akhir (hari kiamat)

6. Dan (beriman kepada) takdir yang baik dan yang buruk semua dari Allah Yang Maha Luhur.


Makna Kalimat Tauhid

فَصْلٌ - وَمَعْنَى لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ : لَا مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ فِى الْوُجُوْدِ إِلَّا اللّٰهُ

[Fasal] makna La Ilaha Illallah adalah tiada yang berhak disembah di dalam perkara wujud kecuali Allah.


Tanda-tanda Baligh

فَصْلٌ - عَلاَمَاتُ الْبُلُوْغِ ثَلاَثٌ : تَمَامُ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً فِى الذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالْإِحْتِلَامُ فِى الذَّكَرِ وَالْأُنْثَى لِتِسْعِ سِنِيْنَ وَالْحَيْضُ فِى الْأُنْثَى لِتِسْعِ سِنِيْنَ

[Fasal] Tanda-tanda baligh ada 3, yaitu :

1. Sempurnanya umur 15 tahun bagi laki-laki dan wanita

2. Ihtilam (mimpi keluar mani) bagi laki-laki dan wanita yang berumur 9 tahun

3. Haid bagi wanita yang berumur 9 tahun.


Syarat Istinja' Dengan Batu

فَصْلٌ - شُرُوْطُ إِجْزَاءِ الْحَجَرِ ثَمَانِيَةٌ : أَنْ يَكُوْنَ بِثَلَاثةِ أَحْجَارٍ وَأَنْ يُنْقِيَ الْمَحَلَّ وَأَنْ لَا يَجِفَّ النَّجَسُ وَلَا يَنْتَقِلَ وَلَا يَطْرَأَ عَلَيْهِ أٰخَرُ وَلَا يُجَاوِزَ صَفْحَتَهُ وَحَشَفَتَهُ وَلَا يُصِيْبَهُ مَاءٌ وَأَنْ تَكُوْنَ الْأَحْجَارُ طَاهِرَةً

[Fasal] Syarat-syarat istinja' (cebok) dengan batu ada 8, yaitu :

1. Dilakukan dengan menggunakan 3 batu

2. Dapat membersihkan tempat yang terkena najis

3. Najisnya (yang akan dihilangkan) belum kering

4. Najisnya tidak berpindah (dari tempatnya)

5. Tidak muncul najis lainnya pada najis itu

6. (Najis yang keluar) tidak sampai melewati shafhah (daerah pada 2 mulut anus yang tertutup ketika berdiri) dan hasyafah (helm pada kemaluan laki-laki yang tertutup saat belum dikhitan)

7. Air tidak mengenai najis (karena air yang terkena benda najis maka airnya akan menjadi najis juga)

8. Dan batu-batu (yang digunakan) harus suci.


Rukun-rukun Wudlu

فَصْلٌ - فُرُوْضُ الْوُضُوْءِ سِتَّةٌ : الْأَوَّلُ النِّيَّةُ، الثَّانِى غَسْلُ الْوَجْهِ، الثَّالِثُ غَسْلُ الْيَدَيْنِ مَعَ الْمِرْفَقَيْنِ، الرَّابعُ مَسْحُ شَيْءٍ مِنَ الرَّأْسِ، الْخَامِسُ غَسْلُ الرِّجْلَيْنِ مَعَ الْكَعْبَيْنِ، السَّادِسُ التَّرْتِيْبُ

[Fasal] Fardlunya (rukun) wudlu ada 6, yaitu :

1. Niat

2. Membasuh wajah

3. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku

4. Mengusap sebagian rambut kepala

5. Membasuk kedua kaki sampai mata kaki

6. Tertib (berurutan).


Definisi Niat

فَصْلٌ - النِّيَّةُ قَصْدُ الشَّيْءِ مُقْتَرَنًا بِفِعْلِهِ وَمَحَلُّهَا الْقَلْبُ وَالتَّلَفُّظُ بِهَا سُنَّةٌ وَوَقْتُهَا عِنْدَ غَسْلِ أَوَّلِ جُزْءٍ مِنَ الْوَجْهِ، وَالتَّرْتِيْبُ أَنْ لَا يُقَدَّمَ عُضْوٌ عَلٰى عُضْوٍ

[Fasal] Niat (wudlu) adalah menyengaja sesuatu yang dibarengkan dengan melakukannya, tempatnya niat ada di dalam hati, mengucapkan lafadz niat adalah sunnah, dan waktu niat adalah ketika membasuh awal bagian dari wajah.

Tertib adalah jika satu bagian rukun tidak mendahului bagian rukun lainnya.


Pembagian Air

فَصْلٌ - الْمَاءُ قَلِيْلٌ وَكَثِيْرٌ، الْقَلِيْلُ مَا دُوْنَ الْقُلَّتَيْنِ، وَالْكَثِيْرُ قُلَّتَانِ فَأَكْثَرُ، الْقَلِيْلُ يَتَنَجَّسُ بِوُقُوْعِ النَّجَاسَةِ فِيْهِ وَإِنْ لَمْ يَتَغَيَّرْ، وَالْمَاءُ الْكَثِيْرُ لَا يَتَنَجَّسُ إِلَّا إِذَا تَغَيَّرَ طَعْمُهُ أَوْ لَوْنُهُ أَوْ رِيْحُهُ

[Fasal] Air (ada 2) yaitu air yang sedikit dan air yang banyak.

Air yang sedikit adalah air yang kurang dari 2 qullah. Dan air yang banyak adalah air 2 qullah atau lebih.

Air yang sedikit bisa menjadi najis karena jatuhnya najis ke dalamnya, meskipun ia tidak berubah. Dan air yang banyak tidak menjadi najis kecuali tatkala rasa, warna, dan baunya telah berubah.


Perkara Yang Mewajibkan Mandi Besar

فَصْلٌ - مُوْجِبَاتُ الْغُسْلِ سِتَّةٌ : إِيْلَاجُ الْحَشَفَةِ فِى الْفَرْجِ وَخُرُوُجُ الْمَنِيِّ وَالْحَيْضُ وَالنِّفَاسُ وَالْوِلَادَةُ وَالْمَوْتُ

[Fasal] Perkara-perkara yang mewajibkan mandi besar ada 6, yaitu :

1. Memasukkan hasyafah (helm pada kemaluan pria yang dikhitan) ke dalam farji wanita

2. Keluarnya air mani (sperma)

3. Haid

4. Nifas (keluarnya darah pada farji wanita setelah melahirkan)

5. Melahirkan

6. Mati.


Rukun-rukun Mandi Besar

فَصْلٌ - فُرُوْضُ الْغُسْلِ اِثْنَانِ : النِّيَّةُ وَتَعْمِيْمُ الْبَدَنِ بِالْمَاءِ

[Fasal] Fardlu (rukun) mandi besar ada 2, yaitu :

1. Niat

2. Meratakan badan dengan air.


Syarat-syarat Wudlu

فَصْلٌ - شُرُوْطُ الْوُضُوْءِ عَشَرَةٌ : الْإِسْلَامُ وَالتَّمْيِيْزُ وَالنَّقَاءُ عَنِ الْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ وَعَمَّا يَمْنَعُ وُصُوْلَ الْمَاءِ إِلَى الْبَشَرَةِ وَأَنْ لَا يَكُوْنَ عَلَى الْعُضْوِ مَا يُغَيِّرُ الْمَاءَ وَالْعِلْمُ بِفَرْضِيَّتِهِ وَأَنْ لَا يَعْتَقِدَ فَرْضًا مِنْ فَرُوْضِهِ سُنَّةً وَالْمَاءُ الطَّهُوْرُ وَدُخُوْلُ الْوَقْتِ وَالْمُوَالَاةُ لِدَائِمِ الْحَدَثِ

[Fasal] Syarat-syarat wudlu ada 10, yaitu :

1. Islam

2. Tamyiz (bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk, yang manfaat dan mana yang bahaya, sekitar umur 7 tahun lebih)

3. Bersih (suci) dari haid

4. (Suci dari) nifas

5. Dan (bersih dari) apapun yang dapat mencegah (meresapnya) air ke kulit

6. Tidak ada sesuatu yang dapat merubah air pada anggota tubuh (anggota yang wajib kena air wudlu)

7. Mengetahui kefardluan wudlu

8. Tidak meyakini satu fardlu (rukun) dari fardlu-fardlunya wudlu adalah sunnah

9. Masuknya waktu (misalnya, wanita haid tidak sah wudlunya karena waktu haid belum berakhir. Artinya wanita itu belum memasuki waktu diperbolehkan bersuci)

10. Beruntutan karena lamanya (seringnya) hadats 


Perkara Yang Membatalkan Wudlu

فَصْلٌ - نَوَاقِضُ الْوُضُوْءِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ : الْأَوَّلُ الْخَارجُ مِنْ أَحَدِ السَّبِيْلَيْنِ مِنْ قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ رِيْحٌ أَوْ غَيْرُهُ إِلَّا الْمَنِيَّ، الثَّانِى زَوَالُ الْعَقْلِ بِنَوْمٍ أَوْ غَيْرِهِ إِلَّا قَاعِدٍ مُمَكِّنٍ مَقْعَدَهُ مِنَ الْأَرْضِ، الثَّالِثُ إِلْتِقَاءِ بَشَرَتَيْ رَجُلٍ وَامْرَأَةٍ كَبِيْرَيْنِ أَجْنَبِيَّيْنِ مِنْ غَيْرِ حَائِلٍ، الرَّابعَ مَسُّ قُبُلِ الْآدَمِيِّ أَوْ حَلْقَةِ دُبُرِهِ بِبَطْنِ الرَّاحَةِ أَوْ بُطُوْنِ الْأَصَابعِ

[Fasal] Hal-hal yang membatalkan wudlu ada 4 perkara, yaitu :

1. Sesuatu yang keluar dari 2 jalan, baik jalan qubul (kemaluan) maupun dubur (anus), baik berupa angin maupun lainnya, kecuali air mani.

2. Hilangnya akal karena tidur atau selainnya, kecuali tidurnya orang yang duduk yang masih menempati tempat duduknya di bumi (tanah/lantai).

3. Bertemunya 2 kulit laki-laki dan wanita, yang sudah dewasa, yang ajnabiy (bukan mahram), tanpa adanya penghalang.

4. Menyentuh qubul (kemaluan) anak Adam atau mulut dubur dengan telapak tangan bagian dalam atau jar-jari bagian dalam.


Perkara Haram Yang Dilakukan Ketika Tidak Dalam Keadaan Berwudlu

فَصْلٌ - مَنِ انْتَقَضَ وُضُوْءُهُ حَرُمَ عَلَيْهِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ : الصَّلَاةُ وَالطَّوَافُ وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ، وَيَحْرُمُ عَلَى الْجُنُبِ سِتَّةُ أَشْيَاءَ : الصَّلَاةُ وَالطَّوَافُ وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ وَاللُّبْثُ فِى الْمَسْجِدِ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ، وَيَحْرُمُ بِالْحَيْضِ عَشَرَةُ أَشْيَاءَ : الصَّلاَةُ وَالطَّوَافُ وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ وَاللُّبْثُ فِى الْمَسْجِدِ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ وَالصَّوْمُ وَالطَّلَاقُ وَالْمُرُوْرُ فِى الْمَسْجِدِ إِنْ خَافَتْ تَلْوِيْثَهُ وَالْإِسْتِمْتَاعُ بِمَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ

[Fasal] Orang yang wudlunya batal, maka diharamkan baginya 4 perkara, yaitu :

1. Sholat

2. Thawaf

3. Menyentuh mushaf

4. Membawa mushaf.

Diharamkan 6 perkara bagi orang yang junub, yaitu :

1. Sholat

2. Thawaf

3. Menyentuh mushaf

4. Membawa mushaf

5. Berdiam diri di dalam masjid

6. Membaca Al-Qur'an.

Dan diharamkan 10 perkara karena haid, yaitu :

1. Sholat

2. Thawaf

3. Menyentuh mushaf

4. Membawa mushaf

5. Berdiam diri di dalam masjid

6. Membaca Al-Qur'an

7. Berpuasa

8. Thalaq (meminta cerai)

9. Berjalan di dalam masjid, jika wanita yang haid khawatir mengotori masjid

10. Istimna' (bersenang-senang yang mengarah pada jimak) dengan anggota badan di antara pusar dan lutut.


Sebab-Sebab Tayammum

فَصْلٌ - أَسْبَابُ التَّيَمُّمِ ثَلَاثَةٌ : فَقْدُ الْمَاءِ وَالْمَرَضُ وَالْإِحْتِيَاجُ إِلَيْهِ لِعَطَشِ حَيَوَانٍ مُحْتَرَمٍ، غَيْرُ الْمُحْتَرَم سِتَّةٌ : تَارِكُ الصَّلَاةِ وَالزَّانِى الْمُحْصَنُ وَالْمُرْتَدُّ وَالْكَافِرُ الْحَرْبِيُّ وَالْكَلْبُ الْعَقُوْرُ وَالْخِنْزِيْرُ

[Fasal] Sebab-sebab tayammum ada 3, yaitu :

1. Tidak adanya air

2. Sakit

3. Kebutuhan air karena hausnya binatang yang dimuliakan.

MuYang tidak dimuliakan ada 6, yaitu :

1. Orang yang meninggalkan sholat

2. Orang yang berzina muhshan

3. Orang yang murtad

4. Orang kafir harbi

5. Anjing liar

6. Babi.


Syarat-syarat Tayammum

فَصْلٌ - شُرُوْطُ التَّيَمُّمِ عَشَرَةٌ : أَنْ يَكُوْنَ بِتُرَابٍ وَأَنْ يَكُوْنَ التُّرَابُ طَاهِرًا وَأَنْ لَا يَكُوْنَ مُسْتَعْمَلًا وَأَنْ لَا يُخَالِطَهُ دَقِيْقٌ وَنَحْوُهُ وَأَنْ يَقْصِدَهُ وَأَنْ يَمْسَحَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ بِضَرْبَتَيْنِ وَأَنْ يُزِيْلَ النَّجَاسَةَ أَوَّلًا وَأَنْ يَجْتَهِدَ فِى الْقِبْلَةِ قَبْلَهُ وَأَنْ يَكُوْنَ التَّيَمُّمُ بَعْدَ دُخُوْلِ الْوَقْتِ وَأَنْ يَتَيَمَّمَ لِكُلِّ فَرْضٍ

[Fasal] Syarat-syarat tayammum ada 10, yaitu :

1. Tayammum dilakukan dengan menggunakan debu

2. Debunya harus suci

3. Debunya bukan musta'mal (sudah digunakan)

4. Debunya tidak tercampuri oleh tepung dan semacamnya

5. Menyengaja (mengusapkan) debu (1) 

Catatan (1) :
Dalam keterangan Kitab Kasyifatus Saja, maksudnya adalah menyengaja mengusapkan debu pada anggota tayammum, meskipun dengan bantuan orang lain atas izinnya atau dengan menyungkurkan wajah dan kedua tangan secara langsung ke debu. Apabila tanpa disengaja, maka tidak diperbolehkan, misalnya angin menghembuskan debu ke arah wajah dan kedua tangan, meskipun dengan niat tayammum.

6. Mengusap wajah dan kedua tangannya dengan 2 kali usapan

7. Mengilangkan najis terlebih dahulu

8. Berijtihad menghadap kiblat sebelum bertayammum

9. Bertayammum sesudah masuknya waktu sholat

10. Bertayammum untuk setiap sholat fardlu (2)

Catatan (2) :
Tayammum hanya dilakukan untuk 1 kali sholat fardlu. Jika ingin melakukan sholat fardlu lainnya, maka harus bertayammum lagi. Tetapi, tayammum boleh dilakukan untuk beberapa kali sholat sunnah dan membaca Al-Qur'an.


Rukun-rukun Tayammum

فَصْلٌ - فُرُوْضُ التَّيَمُّمِ خَمْسَةٌ : الْأَوَّلُ نَقْلُ التُّرَابِ، الثَّانِى النِّيَّةُ، الثَّالِثُ مَسْحُ الْوَجْهِ، الرَّابعُ مَسْحُ الْيَدَيْنِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ، الْخَامِسُ التَّرْتِيْبُ بَيْنَ الْمَسْحَتَيْنِ

[Fasal] Fardlu (rukun) tayammum ada 5, yaitu :

1. Memindahkan debu

2. Niat

3. Mengusap wajah

4. Mengusap kedua tangan sampai kedua siku

5. Tertib (berurutan) antara 2 usapan


Perkara Yang Membatalkan Tayammum

فَصْلٌ - مُبْطِلَاتُ التَّيَمُّمِ ثَلاَثَةٌ : مَا أَبْطَلَ الْوَضُوْءَ وَالرِّدَّةَ وَتَوَهُّمُ الْمَاءِ إِنْ تَيَمَّمَ لِفَقْدِهِ

[Fasal] Hal-hal yang membatalkan tayammum ada 3, yaitu :

1. Apapun yang dapat membatalkan wudlu

2. Murtad

3. Memiliki prasangka akan adanya air jika ia bertayammum karena tidak adanya air (3).

Catatan (3) :
Misalnya, seseorang tayammum karena tidak ada air, tetapi di dalam hatinya, ia memiliki prediksi atau perkiraan bahwa setelah bertayammum nanti pasti ada air, maka tayammumnya tidak sah.


Perkara Najis Yang Bisa Suci

فَصْلٌ - الَّذِيْ يَطْهُرُ مِنَ النَّجَاسَاتِ ثَلاَثَةٌ : الْخَمْرُ إِذَا تَخَلَّلَتْ بِنَفْسِهَا وَجِلْدُ الْمَيْتَةِ إِذَا دُبِغَ وَمَا صَارَ حَيَوَانًا

[Fasal] Najis-najis yang bsia suci ada 5, yaitu :

1. Khamr tatkala ia menjadi cuka dengan sendirinya

2. Kulit bangkai tatkala ia disamak (4)

Catatan (4) :
Disamak adalah kulit binatang atau bangkainya (meskipun termasuk mughaladlah) dengan menghilangkan fudlul, baik kotoran, daging, lemak, darah dan sebagainya yang masih menempel pada kulit tersebut

3. Apapun yang menjadi hewan (5)

Catatn (5) :
Misalnya belatung yang ada pada bangkai (meskipun bangkai anjing dan babi), kotoran, dan sebagainya. Belatung tersebut hakekatnya bukan bagian dari bangkai dan sebagainya tersebut, tetapi hanya terlahir di dalam sana.


Pembagian Najis

فَصْلٌ - النَّجَاسَاتُ ثَلَاثٌ : مُغَلَّظَةٌ وَمُخَفَّفَةٌ وَمُتَوَسِّطَةٌ، الْمُغَلَّظَةُ نَجَاسَةُ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيْرِ وَفَرْعِ أَحدِهِمَا، وَالْمُخَفَّفَةُ بَوْلُ الصَّبِيِّ الَّذِيْ لَمْ يَطْعَمْ غَيْرَ اللَّبَنِ وَلَمْ يَبْلُغِ الْحَوْلَيْنِ، وَالْمُتُوَسَّطَةُ سَائِرُ النَّجَاسَاتِ

[Fasal] Najis ada 3, yaitu : najis mughaladhah, najis mukhaffafah, dan najis mutawassithah. Najis mughaladhah adalah najisnya anjing, babi, dan cabang (bagian) dari keduanya. Najis Mukhaffafah adalah kencing bayi laki-laki yang belum makan apapun kecuali air susu. Dan najis Mutahawassithah adalah semua najis-najis (selain kedua najis sebelumnya).


Cara Menyucikan Najis

فَصْلٌ - الْمُغَلَّظَةُ تَطْهُرُ بِسَبْعِ غَسَلَاتٍ بَعْد إِزَالَةِ عَيْنِهَا إِحْدَاهُنَّ بِتُرَابٍ، وَالْمُخَفَّفَةُ تَطْمُرُ بِرَشِّ الْمَاءِ عَلَيْهَا مَعَ الْغَلَبَةِ وَإِزَالَةِ عَيْنِهَا، وَالْمُتَوَسَّطَةُ تَنْقَسِمُ إِلَى قِسْمَيْنِ : عَيْنِيَّةٌ وَحُكْمِيَّةٌ، الْعَيْنِيَّةُ الَّتِيْ لَهَا لَوْنٌ وَرِيْحٌ وَطَعْمٌ فَلَا بُدَّ مِنْ إِزَالَةِ لَوْنِهَا وَرِيْحِهَا وَطَعْمِهَا، وَالْحُكْمِيَّةُ الَّتِيْ لَا لَوْنَ وَلَا رِيْحَ وَلَا طَعْمَ لَهَا يَكْفِيْكَ جَرْيُ الْمَاءِ عَلَيْهَا

[Fasal] Najis mughaladhah bisa suci dengan 7 kali basuhan air setelah menghilangkan bentuknya, salah satunya (dari ketujuh basuhan air) adalah dicampur dengan debu. Najis mukhaffafah bisa suci dengan memercikkan air pada najis itu bersamaan dengan mengunggulkan airnya dan menghilangkan bentuk najisnya. Najis Mutawassithah terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Najis Ainiyyah

2. Najis Hukmiyyah

Najis Ainiyah adalah najis yang memiliki warna, bau, dan rasa, maka harus menghilangkan warna, bau, dan rasanya.

Najis Hukmiyyah adalah najis yang tidak memiliki warna, bau, dan rasa, maka cukuplah untuk mengalirkan air pada najis itu.


Waktu-Waktu Haidh

فَصْلٌ - أَقَلُّ الْحَيْضِ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ وَغَالِبُهُ سِتٌّ أَوْ سَبْعٌ وَأَكْثَرُهُ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا بِلَيَالِيْهَا، أَقَلُّ الطُّهْرِ بَيْنَ الْحَيْضَتَيْنِ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا وَغَالِبُهُ أَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ يَوْمًا أَوْ ثَلَاثَةٌ وَعِشْرُوْنَ يَوْمًا وَلَا حَدَّ لِأَكْثَرِهِ، أَقَلُّ النِّفَاسِ مَجَّةٌ وَغَالِبُهُ أَرْبَعُوْنَ يَوْمًا وَأَكُثَرُهُ سِتُّوْنَ يَوْمًا

[Fasal] Paling sedikitnya haid adalah sehari semalam, umumnya 6 dan 7 hari, dan paling banyaknya adalah 15 hari 15 malam. Paling sedikitnya waktu suci antara 2 waktu haid adalah 15 hari, umumnya 24 hari atau 23 hari, dan tiada ada batas untuk waktu paling banyaknya. Paling sedikitnya waktu nifas adalah setetes darah, umumnya 40 hari, dan paling banyak 60 hari.


Baca lebih lanjut : Terjemah Kitab Matan Safinatun Najah Bahasa Indonesia.

Demikian

Wallahu a'lam bisshowab.