Hidayatul Mustafid - (9) Perkara Haram dan Bid'ah Dalam Membaca Al-Qur'an


Terjemah Kitab Hidayatul Mustafid Bahasa Indonesia, Fasal Tentang Perkara-Perkara Haram Yang Mana Para Pembaca Telah Membuat-Buat Perkara Baru (Bid'ah) Dalam Membaca Al-Qur'an.


فَصْلٌ فِيْ بَيَانِ الْاُمُوْرِ الْمُحَرَّمَةِ الَّتِيْ ابْتَدَعَتْهَا الْقُرَّاءُ فِيْ قِرَأَةِ الْقُرْآنِ

Fasal Tentang Perkara-Perkara Haram Yang Telah Dibuat-buat (Perkara Bid'ah) Oleh Para Pembaca Dalam Membaca Al-Qur'an

س : مَا هُوَ الَّذِي ابْتَدَعَتْهُ قُرَّاءُ زَمَانِنَا

ج : الَّذِي ابْتَدَعَتْهُ قُرَّاءُ زَمَانِنَا فِى الْقِرَاءَةِ اَشْيَاءُ كَثِيْرَةٌ لَا تَحِلُّ وَلَا يَجُوْزُ لِاَنَّهَا تَكُوْنُ فِى الْقِرَاءَةِ، اِمَّا بِزِيَادَةٍ عَنِ الْحَدِّ اَوْ بِنَقْصٍ عَنْهُ وَذٰلِكَ بِوَاسِطَةِ الْاَنْغَامِ لِاَجْلِ صَرْفِ النَّاسِ اِلَى سِمَاعِهِمْ وَالْاِصْغَاءِ اِلَى نَغَمَاتِهِمْ فَمِنْ ذٰلِكَ الْقِرَاءَةِ بِالْاَلْحَانِ الْمُطْرِبَةِ الْمُرَجِّعَةِ كَتَرْجِيْعِ الْغِنَاءِ فَاِنَّ ذٰلِكَ مَمْنُوْعٌ لِمَا فِيْهِ مِنْ اِخْرَاجِ التِّلَاوَةِ عَنْ اَوْضَاعِهَا وَتَشْبِيْهِ كَلَامِ رَبِّ الْعِزَّةِ بِالْاَغَانِيْ الَّتِيْ يُقْصَدُ بِهَا الطَّرَبُ وَلَمْ يَزَلِ السَّلَفُ يَنْهَوْنَ عَنِ التَّطْرِيْبِ وَهُوَ اَنْ يَتَرَنَّمَ بِالْقِرَاءَةِ فَيَمُدَّ فِيْ غَيْرِ مَحَلِّ الْمَدِّ وَيَزِيْدُ فِى الْمَدِّ مَا لَا تُجِيْزُهُ الْعَرَبِيَّةُ، وَمِنْهَا شَىْءٌ يَسَمّٰى بِالتَّرْقِيْصِ وَمَعْنَاهُ اَنَّ الشَّخْصَ تُرَقِّصُ صَوْتَهُ بِالْقِرَاءَةِ فَيَزِيْدُ فِى حُرُوْفِ الْمَدِّ حَرَكَاتٍ بِحَيْثُ يَصِيْرُ كَالْمُتَكَسِّرِ الَّذِيْ يَفْعَلُ الرَّقْصُ وَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ اَنْ يَرُوْمَ السَّكْتَ عَلَى السَّاكِنْ ثُمَّ يَنْفِرَ عَنْهُ مَعَ الْحَرَكَةِ فِيْ عَدْوٍ وَهَرْوَلَةٍ، وَمِنْهَا شَيْءٌ يُسَمّٰى بِالتَّحْزِيْنِ وَهُوَ اَنْ يَتْرُكَ الْقَارِئُ طِبَاعَهُ وَعَادَتَهُ فِى التِّلَاوَةِ وَيَأْتِيْ بِهَا عَلَى وَجْهٍ اٰخَرَ كَاَنَّهُ حَزِيْنٌ يَكَادُ اَنْ يَبْكِيَ مِنْ حُشُوْعٍ وَخُضُوْعٍ وَاِنَّمَا نُهِيَ عَنْهُ لِمَا فِيْهِ مِنَ الرِّيَاءِ، وَمِنْهَا شَيْءٌ يُسَمّٰى بِالتَّرْعِيْدِ وَمَعْنَاهُ اَنَّ الشَّخْصَ يُرَعِّدُ صَوْتَهُ بِالْقُرْاٰنِ كَاَنَّهُ يَرْعُدُ مِنْ شِدَّةِ بَرْدٍ اَوْ اَلَمٍ اَصَابَهُ، وَمِنْهَا شَيْءٌ اٰخَرَ يُسَمّٰى بِالتَّحْرِيْفِ اَحْدَثَتْهُ هٰؤُلَاءِ الَّذِيْنَ يَجْتَمِعُوْنَ وَيَقْرَؤُنَ بِصَوْتٍ وَاحِدٍ فَيَقْطَعُوْنَ الْقِرَاءَةَ وَيَأْتِيْ بَعْضُهُمْ بِبَعْضِ الْكَلِمَةِ وَالْاٰخَرُ بِبَعْضِهَا الْاٰخَرِ وَيُحَافِظُوْنَ عَلَى مُرَاعَاةِ الْاَصْوَاتِ وَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى مَا يَتَرَتَّبُ عَلَى ذٰلِكَ مِنَ الْاِخْلَالِ بِالثَّوَابِ فَضْلًا عَنِ الْاِخْلَالِ بِتَعْظِيْمِ كَلَامِ الْجَبَّارِ، وَكُلُّ ذٰلِكَ حَرَامٌ يَمْتَنِعُ قَبُوْلُهُ وَيَجِبُ رَدُّهُ وَاِنْكَارُهُ عَلَى مُرْتَكِبِهِ ... اِنْتَهَى

Soal :
Apa itu perkara yang telah dibuat-buat (perkara bid'ah) oleh para pembaca Al-Qur'an di zaman kita ?

Jawab :
Perkara yang telah dibuat-buat (perkara bid'ah) oleh para pembaca Al-Qur'an di zaman kita ada banyak sekali yang tidak halal dan tidak boleh karena hal itu dalam keadaan membaca Al-Qur'an. Adapun disebabkan karena penambahan batas atau pengurangannya dan hal itu dilakukan lantaran melagukan agar orang-orang cenderung mendengarkan mereka dan memperhatikan lagu mereka. Maka termasuk membaca demikian itu, (yaitu membaca) dengan logat menyanyikan yang diulang-ulang, seperti mengulangi lagu, sesungguhnya hal itu dilarang karena di dalamnya terdapat pengeluaran bacaan dari tempatnya dan menyerupai Kalam Tuhan Yang Maha Mulia dengan lagu-lagu yang bertujuan menyanyikan lagu.

Ulama' salaf tidak hentinya melarang menyanyikan lagu, yaitu jika menyanyikan bacaan Al-Qur'an lalu memanjangkan pada tempat yang bukan panjang atau menambahi panjang pada sesuatu yang tidak diperbolehkan oleh orang-orang Arab.

Di antaranya adalah sesuatu yang dinamakan tarqish, maknanya adalah bahwa seseorang menari-narikan suaranya di dalam membaca Al-Qur'an seperti mutakassir (orang yang memecahkan sesuatu) yang melakukan tarian. Sebagian ulama' mengatakan yaitu jika seseorang sengaja berhenti pada huruf yang mati kemudian tiba-tiba menghentakkannya bersamaan dengan gerakan tubuh seakan sedang melompat atau berjalan cepat.

Di antaranya adalah sesuatu yang dinamakan dengan tahzin, yaitu seseorang yang meninggalkan karakter dan kebiasaannya di dalam membaca Al-Qur'an, dia melakukannya dengan wajah lain seolah dia sedang bersedih yang hampir menangis karena khusyu' dan khudlu' (merendahkan diri). Hal itu dilarang karena di dalamnya terdapat unsur riya'.

Di antaranya adalah sesuatu yang dinamakan dengan tar'id, yaitu seseorang yang menggetarkan suaranya dalam membaca Al-Qur'an seakan-akan suaranya menggelentar karena keadaan sangat dingin atau kesakitan yang menimpanya.

Di antaranya adalah sesuatu yang dinamakan takrif, yang terjadi pada orang yang saling berkumpul, mereka membaca dengan suara satu lalu memutus bacaan. Sebagian dari mereka membaca kalimat (diputus) dan (dilanjutkan) sebagian lain membaca kalimat lain. Mereka berusaha menjaga suara, namun tidak memperhatikan apa yang berurutan dari bacaan itu, baik berupa melalaikan pahala terlebih lagi melalaikan ta'dhim (mengagungkan) pada Kalam Allah Yang Maha Perkasa.

Semua itu hukumnya haram yang dilarang untuk menerimanya dan wajib juga menolak dan mengingkari orang yang melakukannya.


Baca selengkapnya : Terjemah Kitab Hidayatul Mustafid Bahasa Indonesia.