Al-Mawaidzul Ushfuriyah - Hadits 19, Tentang Kisah Jin Islam di Masa Nabi SAW

Al-Mawaidzul Ushfuriyah - Hadits 19, Tentang Kisah Jin Islam di Masa Nabi SAW

Dari Sahabat Ali bin Abi Thalib, semoga Allah memuliakannya, berkata : suatu ketika kami bersama Rasulullah SAW pada awal islam, tiba-tiba datanglah kepada kami seorang di atas unta. Telah membekas perjalanan di dalam dirinya dan untanya, tampaklah payahnya perjalanan padanya. Ia pun berhenti di hadapan kami lalu bertanya, "Siapakah dari kalian yang bernama Muhammad ?".

Kami pun memberi isyarat (menunjuk) kepada Nabi SAW. Lalu orang itu berkata, "Wahai Nabi Muhammad, apakah kamu yang akan menjelaskan kepadaku apa yang telah diperintah Tuhanmu kepadamu ataukah aku yang akan menjelaskan kepadamu apa yang telah diperintahkan berhalaku kepadaku ?".

Nabi SAW pun menjawab, "Tentu aku yang akan memberitahumu apa yang telah diperintahkan Tuhanku kepadaku". Perawi (yang meriwayatkan) berkata, lalu Nabi SAW menjelaskan kepadanya, Beliau pun berkata, "Agama islam dibangun pada 5 hal bersama syarat-syaratnya".

Kemudian orang itu berkata : Wahai Nabi Muhammad, aku adalah Ghasan bin Malik Al-Amiri, kami memiliki berhala yang mana kami menyembelih sesembelihan kami di sisinya pada Bulan Rajab dan kami berqurban kepadanya dengan sesembelihan kami. Lalu seseorang dari kami menyembelih sesembelihan di sisinya, ia bernama Isham. Ketika Isham mengangkat tangannya dari sesembelihan, ia mendengar suara dari dalam perut berhala. "Wahai Isham, telah datang agama islam dan batallah berhala-berhala, dijagalah pertumpahan darah, disambunglah tali sanak, jelaslah kebenaran dan kesejahteraan". Isham pun bahagia karena demikian itu, dia keluar (pergi) dan memberitahu kami. Kemudian tersebarlah kabar tentangmu, Wahai Rasulullah. Ketika setelah beberapa hari, seseorang menyembelih di sisi berhala, ia bernama Thariq. Ketika Thariq mengangkat tangannya dari sesembelihan, ia mendengar suara terucap dari dalam perut berhala, "Wahai Thariq, telah diutus seorang nabi yang benar, telah didatangkan wahyu yang difirmankan dari Tuhan yang Maha Mulia lagi Maha Pencipta". Thariq pun keluar (pergi) semberi mengembor-gemborkan tentang demikian itu, lalu kuatlah kabar tentangmu di sisi kami, wahai Rasulullah, sedangkan kami berada (bingung) di antara orang yang mendustakan dan orang yang membenarkan. Dan ketika sejak tiga hari, aku menyembelih sesembelihan pada berhala itu. Ketika aku mengangkat tanganku dari sesembelihan, aku mendengar suara keras dari dalam perut berhala yang mengatakan dengan lisan yang fasih, "Wahai Ghasan bin Malik Al-Amiri, telah datang kebenaran, seorang nabi dari kabilah Hasyim di Kota Tihamah (Mekkah). Bagi orang-orang yang menolongnya akan memperoleh kesejahteraan dan bagi orang-orang yang menghinanya akan memperoleh penyesalan, ia adalah penunjuk lagi pengajak menuju hari kiamat". Kemudian naiklah berhala itu dari bumi dan terjatuh di atas wajahnya.

Perawi (yang meriwayatkan) berkata, lalu bertakbirlah Rasulullah dan bertakbir pula para sahabatnya bersamanya. Ghasan berkata, "Aku telah melantunkan 3 bait syair, apakah kamu mau mengizinkanku untuk melagukannya, Wahai Rasulullah ?". Rasulullah pun mengizinkannya, lalu ia melantunkan :

أسرع سيرا في طلب بسهل # وحزن في بلاد من الرمل

Aku mempercepat perjalanan dalam pencarian dengan kemudahan # dan kesusahan di dalam neraga-negara pasir

لأنصر خــير الناس نصـرا مــؤزّرا # وأعـقد حـبلا من حبالك في حـبلي

Agar aku bisa menolong sebaik-baik manusia dengan pertolongan yang dapat memberi pertolongan # Dan aku mengikat tali dari tali-talimu (agama islam) di dalam taliku

وأشهد أنّ الله حـقّ موحـّـدا # وهذا أدين به ما قـلت قـدمى نعـلى

Aku bersaksi bahwa sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang Maha Benar lagi Maha Esa # Dan ini adalah aku beragama pada apa yang aku katakan kepada kedua telapak kaki sandalku

__________________________

Perawi berkata : Orang-orang yang pertama memeluk islam setelah (turunnya) wahyu (pertama) adalah Siti Khadijah, kemudian Sahabat Abu Bakar As-Shiddiq, kemudian Sahabat Ali bin Abi Thalib, kemudian Sahabat Zaid bin Haritsah, kemudian Qamariyah seorang budak wanita, kemudian Hamzah bin Abdul Muthalib, kemudian Sahabat Utsman bin Affan, kemudian Sahabat Zuhair, kemudian Sahabat Ubaidah bin Jarah, kemudian Sahabat Thalhah bin Ubaidillah, kemudian Sahabat Zubair bin Awwam, semoga Allah Yang Maha Luhur meridloi mereka semua. Mereka telah memeluk islam dan menyimpan (menyembunyikan) keislaman mereke dari orang-orang kafir.

Kemudian turunlah Malaikat Jibril as lalu berkata, "Wahai Nabi Muhammad, sesungguhnya Allah Yang Maha Luhur menyampaikan salam kepadamu dan memerintahkanmu untuk mengajak manusia kepada agama islam".

Nabi SAW pun berdiri, naik ke Gunung Abu Qubais, lalu menyeru dengan suara keras sembari mengatakan, "Katakanlah tiada tuhan selain Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah".

Ketika orang-orang mendengar seruan Nabi SAW, berkumpullah orang-orang kafir di Darun Nadwah (1), mereka bermusyawarah di dalam perkara di antara mereka.

Catatan (1) :

Darun Nadwah adalah sebuah rumah atau balai pertemuan para pemuka kafir Quraisy berkumpul untuk membahas beberapa perkara penting, yang didirikan oleh Qushay bin Kilab (Kakek buyut Nabi SAW - Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abdu Manaf bin Qushay).

Mereka berkata, "Sesungguhnya Muhammad telah mencaci tuhan kita dan mengajak kepada Tuhan yang tidak kita ketahui, bagaimana bisa tipu daya ini ?. Muhammad mengatakan kepada kita, "Jangan menyembah tuhan-tuhan kalian, yaitu 360 berhala, kecuali Allah yang Maha Esa lagi Maha Memaksa"".

Di antara mereka adalah Syaibah bin Rabi'ah, Walid bin Harits, Shofwan bin Umayyah, Ka'ab bin Asy'raf, Aswad bin Abdu Yaghuts, Sha'khr bin Al-Harits, dan Kinanah bin Rabi'. Mereka adalah orang-orang kafir Mekkah dan mereka adalah para pemimpin orang-orang kafir.

Mereka berkata, "Muhammad telah mengajak kepada kita kepada Tuhan yang tidak kita ketahui dan dia tidak mencaci tuhan-tuhan kita".

Lalu berdirilah seseorang dari mereka dan dia berkata, "Muhammad menginginkan harta di dalam demikian itu dan orang-orang tidak menoleh kepadanya (tidak menghiraukannya)". Mereka berkata, "Muhammad adalah tukang sihir yang pendusta".

Kemudian mereka berkata kepada Al-Walid, "Apa pendapatmu ?". Al-Walid menjawab, "Aku tidak bisa mengatakan apapun di dalam perkara ini". Mereka pun menisbatkan Walid kepada Nabi SAW (Mereka menganggap Al-Walid setuju, membela, dan mempercayai Nabi SAW). Al-Walid pun hanyut oleh amarah yang sangat, lalu Al-Walid berkata, "Berilah aku kesempatan selama 3 hari".

Al-Walid memiliki 2 berhala yang keduanya terbuat dari permata, emas, perak, dan dengan bermacam-macam mutiara. Keduanya diletakkan di atas kursi dan Al-Walid mengenakan keduanya dengan bermacam-macam pakaian. Al-Walid pun menyembah keduanya selama 3 hari 3 malam secara berturut-turut, ia tidak makan, tidak minum, (sesekali) pergi ke rumah dan anak-anaknya, dan ia beribadah dengan rendah hati kepada keduanya.

Pada hari ketiga, Al-Walid berkata, "Demi hak ibadah yang mana aku menyembah kepada kalian berdua selama 3 hari dengan peribadatan ini, maka katakan dan beritahu kami tentang perkara Muhammad".

Syetan pun masuk di dalam mulut berhala, mulut itu bergerak, berbicara, dan mengatakan, "Sesungguhnya Muhammad bukanlah seorang nabi, maka janganlah kalian membenarkannya".

Al-Walid pun bahagia, ia keluar (pergi) dan memberitahu orang-orang kafir tentang perkataan ini, sedangkan orang-orang kafir Mekkah berkumpul di sekitar Al-Walid dan mereka berkata, "Sudah sepatutnya bagi kita untuk mengatakan kepada Muhammad".

Ketika Nabi SAW mendengar perkataan mereka, Beliau bersusa hati karena demikian itu. Lalu Turunlah Malaikat Jibril as sembari berkata, "Wahai Nabi Muhammad, celakalah bagi orang yang membuat-buat perkataan ini", yakni Al-Walid. Ketika Al-Walid mendengar perkataan ini (celaka), maka ia tertawa dan berkata, "Aku tidak peduli".

Lalu mereka berkumpul, meletakkan di hadapan mereka sebuah berhala yang bernama habal. Mereka mengenakannya bermacam-macam pakaian dan mereka bersujud kepadanya. Lalu mereka mengundang Nabi SAW, Beliau datang bersama Sahabat Abdullah bin Mas'ud. 

Nabi SAW dan Sahabat Abdullah bin Mas'ud duduk di sekitar mereka, lalu masuklah syetan di dalam perut berhala, nama syetan itu adalah Musfir. Ia mengolok-olok Nabi SAW dari dalam perut berhala. Ketika Sahabat Abdullah bin Mas'ud mendengar, ia pun kebingungan dan berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang dikatakan berhala ini ?".

Nabi SAW pun menjawab, "Wahai Abdullah, jangan takut dari perkataan ini karena sesungguhnya itu adalah syetan".

Lalu Nabi SAW pun menyingkir (kembali pulang), Beliau berpapasan dengan seorang penunggang kuda di tengah jalan yang mengenakan pakaian hijau. Orang itu turun dari kudanya lalu mengucapkan salam kepada Nabi SAW. 

Nabi SAW pun menjawabnya lalu bertanya, "Siapakah kamu, wahai orang yang berkendara ? ucapan salammu telah membuatku heran".

Orang itu menjawab, "Aku adalah keturunan bangsa jin, aku telah memeluk islam pada masa Nabi Nuh as, tetapi aku pergi dari tanah airku. Ketika aku datang, aku mendapati istriku menangis, lalu aku bertanya padanya, ia menjawab padaku, "Apakah kamu tidak tahu bahwa Musfir telah melakukan suatu perbuatan (buruk) kepada Nabi Muhammad SAW". Ketika aku mendengarnya, aku pun mengikuti jejak Musfir, lalu aku membunuhnya di antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah. Ini adalah darahnya pada pedangku, kepalanya ada di dalam kantong, badannya terbuang (tergeletak) di antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah, dan bentuknya seperti bentu anjing yang terpotong kepalanya".

Nabi SAW pun bahagia, lalu mendoakan jin itu dengan kebaikan. Kemudian Nabi SAW bertanya, "Siapa namamu ?". Ia menjawab, "Namaku adalah Muhair bin Abhar dan tempat tinggalku di atas Gunung Turisina".

Kemudian jin itu bertanya, "Apakah kamu tidak memerintahku untuk mengolok-olok orang kafir dari dalam mulur berhala sebagaimana Musfir mengolok-olokmu ?". Nabi SAW menjawab padanya, "Lakukanlah".

Kemudian orang-orang kafir pun berkumpul di hari kedua, mereka mengundang Nabi SAW, mereka meletakkan habal di hadapan mereka, mereka mengenakannya dengan bermacam-macam pakaian, mereka bersujud padanya, dan merendahkan diri kepadanya sebagaimana mereka telah melakukannya di hari pertama.

Lalu mereka berkata, "Wahai habal, bahagiakanlah hati kami pada hari ini dengan mengolok-olok Nabi Muhammad SAW". Berhala habal pun berkata, "Wahai penghuni Kota Mekkah, ketahuilah bahwa orang ini (Nabi SAW) adalah seorang nabi yang hak, agamanya hak, dan Nabi Muhammad mengajak kalian kepada perkara hak. Kalian dan berhala-berhala kalian adalah bathil, jika kalian tidak beriman kepadanya dan tidak membenarkannya, maka kalian akan berada di Neraka Jahannam abadi selamanya di dalamnya. Maka benarkanlah Nabi Muhammad, dia adalah Nabi Allah, dan sebaik-baik makhluk-Nya".

Berdirilah Abu Jahal, semoga ia mendapatkan laknat, ia memegang berhala itu, membantingnya ke atas bumi (tanah), memecahkannya, dan membakarnya dengan api.

Nabi SAW pun menyingkir (kembali pulang) ke rumahnya dalam keadaan gembira. Kemudian ia memberikan nama pada jin itu dengan nama Abdullah bin Abhar. Jin itu melantunkan sebuah syair di dalam masalah membunuh Musfir, ia berkata :

أنا عبد الله بن عبهر # انّي قتلت ذا الفجور مسفرا

Aku adalah Abdullah bin Abhar # Sesungguhnya aku telah membunuh syetan yang durhaka yaitu Musfir

هممته بضرب سيفي منكرا # لدى الصفا والمروة طغى واستكبرا

Aku bermaksud menebarkan pedangku pada syeta yang ingkar # Di antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah, ia melampaui batas dan sombong

وخالف الحقّ وقال منكرا # بشتمه نبيّه المطهّرا

(Musfir) menentang kebenaran, dan syetan yang ingkat itu berkata # Dengan mencaci nabinya yang suci

والله لا أبرح حتّى ينصرا # ويظهر الإسلام حتّى يقرّا

Demi Allah, aku tidak akan berhenti sampai Nabi SAW mendapatkan pertolongan # dan tampaklah agama islam sampai diakui

أو يذلّ فيه كلّ من تكبّرا # كلّ يهودى ومن تنصّرا

Atau hinalah di dalam islam, setiap orang yang sombong # Setiap orang Yahudi dan Orang Nasrani

جنود كسرى وملوك قيصرا

Yaitu para tentara Kisra dan kerajaan-kerajaan Kaisar (2).

Catatan (2) :

Qaishar atau kaisar dinisbatkan pada raja secara umum, sedangkan Kisra dinisbatkan pada raja Persia.

Wallahu a'lam bis showab.

Baca lebih lengkap : Terjemah Kitab Al-Mawaidzul Ushfuriyah Bahasa Indonesia.