Ayyuhal Walad - Isi Bagian 1

Ayyuhal Walad - Isi Bagian 1

Terjemah Kitab Ayyuhal Walad Bahasa Indonesia, Bab Isi Bagian 1.


إِعْلَمْ، أَيُّهَا الْوَلَدُ وَالْمُحِبُّ الْعَزِيْزُ أَطَالَ اللّٰهُ بَقَاكَ بِطَاعَتِهِ وَسَلَكَ بِكَ سَبِيْلَ أَحِبَّائِهِ، أَنَّ مَنْشُوْرَ النَّصِيْحَةِ يُكْتَبُ مِنْ مَعْدَنِ الرِّسَالَةِ، إِنْ كَانَ قَدْ بَلَغَكَ مِنْهُ نَصِيْحَةٌ فَأَيُّ حَاجَةٍ لَكَ فِيْ نَصِيْحَتِيْ ؟ وَإِنْ لَمْ يَبْلُغْكَ فَقُلْ لِيْ مَاذَا حَصَلْتَ فِيْ هٰذِهِ السِّنِيْنِ الْمَاضِيَةِ ؟

Ketahuilah wahai anakku dan seorang pecinta yang mulia, semoga Allah memanjangkan sisa umurmu dengan senantiasan taat kepada-Nya dan menempuhmu pada jalan para kekasih-Nya. Sesungguhnya nasehat yang tersebar akan ditulis dalam intisari risalah, apabila nasehat dari intisari risalah ini telah benar-benar tersampaikan padamu, maka manakah nasehat yang kamu butuhkan ? dan apabila tidak tersampaikan padamu maka katakanlah padaku apa yang telah kamu hasilkan dalam tahun-tahun teng telah terlewati ?.

أَيُّهَا الْوَلَدُ، مِنْ جُمْلَةِ مَا نَصَحَ بِهِ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّتَهُ قَوْلُهُ عَلَيْهِ السَّلَامُ : عَلَامَةُ إِعْرَاضِ اللّٰهِ تَعَالٰى عَنِ الْعَبْدِ اشْتِغَالُهُ بِمَا لَا يُعْنِيْهِ وَإِنَّ امْرَأً ذَهَبَتْ سَاعَةٌ مِنْ عُمْرِهِ فِيْ غَيْرِ مَا خُلِقَ لَهُ مِنَ الْعِبَادَةِ لَجَدِيْرٌ أَنْ تَطُوْلَ عَلَيْهِ حَسْرَتَهُ وَمَنْ جَاوَزَ الْأَرْبَعِيْنَ وَلَمْ يَغْلِبْ خَيْرُهُ عَلٰى شَرِّهِ فَلْيَتَجَهَّزْ إِلَى النَّارِ، وَفِيْ هٰذِهِ النَّصِيْحَةِ كِفَايَةٌ لِأَهْلِ الْعِلْمِ

Wahai anakku, salah satu pokok dari apa yang telah Rasulullah SAW nasehatkan pada umat Beliau adalah sabdanya, "Tanda berpalingnya Allah Yang Maha Luhur dari seorang hamba adalah ia tersibukkan dengan sesuatu yang tidak berguna. Sesungguhnya seseorang yang telah kehilangan waktu dari umurnya selain untuk melakukan  ibadah, niscaya layaklah penyesalan (kesedihan) yang panjang baginya. Dan barang siapa melewati 40 tahun dan kebaikannya tidak melebihi keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke dalam neraka". Di dalam nasehat ini ada kecukupan bagi ahlul ilmi.

أَيُّهَا الْوَلَدُ، النَّصِيْحَةُ سَهْلَةٌ وَالْمُشْكِلُ قُبُوْلُهَا لِأَنَّهَا فِيْ مَذَاقِ مُتَّبِعِى الْهَوَى مُرَّةٌ، إِذِ الْمَنَاهِى مَحْبُوْبَةٌ فِيْ قُلُوْبِهِمْ وَعَلَى الْخُصُوْصِ لِمَنْ كَانَ طَالَبَ الْعِلْمِ الرَّسْمِى وَمُشْتَغِلًا فِيْ فَضْلِ النَّفْسِ وَمَنَاقِبِ الدُّنْيَا فَإِنَّهُ يَحْسَبُ أَنَّ الْعِلْمَ الْمُجَرَّدَ لَهُ سَيَكُوْنُ نَجَاتُهُ وَخَلَاصُهُ فِيْهِ وَأَنَّهُ مُسْتَغْنٍ عَنِ الْعَمَلِ، وَهٰذَا إِعْتِقَادُ الْفَلَاسِفَةِ  سُبْحَانَ اللّٰهِ الْعَظِيْمِ، لَا يَعْلَمُ هٰذَا هٰذَا الْمَغْرُوْرُ أَنَّهُ حِيْنَ حَصَلَ الْعِلْمَ إِذَا لَمْ يَعْمَلْ بِهِ تَكُوْنُ الْحُجَّةُ عَلَيْهِ آكَدَ، كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَالِمٌ لَا يَنْفَعُهُ اللّٰهُ بِعِلْمِهِ

Wahai anakku, nasehat itu mudah tetapi berat untuk menerimanya karena sesungguhnya nasehat dalam rasa orang-orang yang menuruti hawa nafsu terasa pahit, sebab larang-larangan lebih dicintai di dalam hati mereka, terkhusus bagi orang yang menuntut ilmu formal, orang yang tersibukkan dengan keutamaan diri dan prestasi dunia. Dia mengira bahwa ilmu saja akan dapat menjadi penyelamat dan penolongnya dan ia tidak perlu untuk mengamalkannya. Ini adalah keyakinan orang-orang filsafat, Maha Suci Allah Yang Maha Agung. Orang yang tertipu ini tidak mengetahui bahwa ketika dia menghasilkan ilmu, ketika ia tidak mengamalkan ilmunya, maka ada ladasan (dalil) yang menguatkan terhadapnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Siksa paling berat manusia di hari kiamat adalah orang alim yang mana Allah tidak menjadikannya bermanfaat dalam ilmunya".

وَرُوِيَ أَنَّ الْجُنَيْدَ قَدَّسَ اللّٰهُ سِرَّهُ رُؤِيَ فِى الْمَنَامِ بَعْدَ مَوْتِهِ فَقِيْلَ لَهُ : مَا الْخَبَرُ يَا أَبَا الْقَاسِمِ ؟ قَالَ : طَاحَتْ تِلْكَ الْعِبَارَاتُ وَفَنِيَتْ تِلْكَ الْإِشَارَاتُ وَمَا نَفَعَنَا إِلَّا رَكَيْعَاتٌ رَكَعْنَاهَا فِيْ جَوْفِ اللَّيْلِ

Dan diriwayatkan, sesungguhnya Imam Junaid, semoga Allah menyucikan sirr-nya, dimimpikan setelah beliau wafat. Lalu beliau ditanya, "Bagaimana kabarmu, wahai Abu Qasim ?". Beliau menjawab, "Telah rusak ibarat-ibarat itu, telah binasa isyarat-isyarat itu, dan tidaklah bermanfaat bagi kami kecuali rakaat-rakaat kecil yang mana kami melakukannya di pertengahan malam".

أَيُّهَا الْوَلَدُ، لَا تَكُنْ مِنَ الْأَعْمَالِ مُفْلِسًا وَلَا مِنَ الْأَحْوَالِ خَالِيًا وَتَيَقَّنْ أَنَّ الْعِلْمَ الْمُجَرَّدَ لَا يَأْخُذُ بِالْيَدِ، مِثَالُهُ لَوْ كَانَ عَلٰى رَجُلٍ فِيْ بَرِيَّةٍ عَشَرَةُ أَسْيَافٍ هِنْدِيَّةٍ مَعَ أَسْلِحَةٍ أُخْرٰى وَكَانَ الرَّجُلُ شُجَاعًا وَأَهْلُ حَرْبٍ فَحَمَلَ عَلَيْهِ أَسَدٌ عَظِيْمٌ مُهِيْبٌ، فَمَا ظَنُّكَ ؟ هَلْ تَدْفَعُ الْأَسْلِحَةُ شَرَّهُ عَنْهُ بِلَا اسْتِعْمَالِهَا أَوْ ضَرَبَهَا ؟ وَمِنْ الْمَعْلُوْمِ أَنَّهَا لَا تَدْفَعُ إِلَّا بِالتَّحْرِيْكِ وَالضَّرْبِ، فَكَذَا لَوْ قَرَأَ رَجُلٌ مِائَةَ أَلْفِ مَسْأَلَةٍ عِلْمِيَّةٍ وَتَعَلَّمَهَا وَلَمْ يَعْمَلْ بِهَا لَا تُفِيْدُ إِلَّا بِالْعَمَلِ، وَمِثْلُهُ أيْضًا لَوْ كَانَ لِرَجُلٍ حَرَارَةٌ وَمَرَضٌ صَفْرَاوِيٌّ يَكُوْنُ عِلَاجُهُ بِالسَّكَنْجَبِيْنَ وَالْكَشْكَابِ فَلَا يَحْصُلُ الْبُرَءُ إِلَّا بِاسْتِعْمَالِهِمَا

كرمى دو هزار رطل همى بيمائى # تامى نخورى نباشدت شيدائى (١)

Wahai anakku, janganlah kamu menjadi orang yang bangkrut dari amal-amal perbuatanmu, jangan menjadi orang yang sepi (kosong) dalam ahwalmu (hatimu), dan yakinlah bahwa ilmu tanpa amal tidak akan berguna. Contohnya jika seseorang di dalam gurun pasir membawa 10 pedang india dan senjata-senjata lainnya, orang itu adalah seorang yang pemberani dan ahli berperang. Lalu seekor harimau besar dan menakutkan menyergapnya, bagaimana menurutmu ? apakah sejata-sejata itu dapat menolaknya dari keburukan (sergapan) harimau tanpa menggunakannya atau memukulkannya ?. Tentu sudah diketahui bahwa senjata-senjata itu tidak dapat menolak tanpa digerakkan dan dipukulkan. Maka demikian pula seseorang yang sudah membaca 100.000 permasalahan ilmiah dan mempelajarinya, tetapi ia tidak mengamalkannya, 100.000 permasalahan ilmiah itu tidak akan memberikan faidah kecuali dengan diamalkan. Contoh juga, jika seseorang sedang sakit panas (demam) dan saking kuning, obatnya adalah dengan tumbuhan "sakanjabin" dan "kaskab", maka tidak akan menghasilkan kesembuhan kecuali dengan mengamakan (mengkonsumi) keduanya.

(1). Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi menerjemah bait ini dari bahasa Persia, beliau mengatakan :

لَوْ كِلْتَ أَلْفَيْ رِطْلِ خَمْرٍ لَمْ تَكُنْ - لِتَصِيْرَ نَشْوَانًا إِذَا لَمْ تَشْرَبْ

"Jika kamu menakar 200 liter khamr, maka itu tidak akan - Menjadikanmu mabuk ketika kamu tidak meminumnya".

Wallahu a'lam bis showab.

Baca lebih lanjut : Terjemah Kitab Ayyuhal Walad Bahasa Indonesia.