Washoya - Pelajaran 15, Tentang Muruah, Syahamah, dan Izzatun Nafs
Terjemah Kitab Washoya Al-Aba' lil Abna' Bahasa Indonesia, Pelajaran 15, Tentang Muruah (Kewibawaan), Syahamah (Jiwa Kesatria), dan Izzatun Nafs (Kemuliaan Diri)
Wahai anak kecilku, tiada kebaikan di dalam seseorang tatkala ia sedikit kewibawaannya, rendah himmahnya (keinginan dan hasrat kebaikan), hina dirinya, terhina di antara kaumnya dan teman bergaulnya. Tatkala ia dihina maka ia berkecil hati dan merasa hina, dan tatkala ia diremehkan maka ia menjadi pengecut pada tempat tertolaknya kemuliaan dirinya.
Orang-orang seperti mereka itu wahai anak kecilku, bukanlah orang-orang yang tergolong memperoleh kemuliaan dengan dinisbatkan pada orang-orang yang menuntut ilmu-ilmu agama dan mereka bukan tergolong orang-orang yang membawa syariat islam.
Maka wahai anak kecilku, jagalah dengan kewibawaanmu, jangan menempatkan dirimu pada bukan tempatnya, jagalah diri dari bercampur diri dengan orang-orang rendah akhlaknya dan bergaul dengan orang tercela akhlaknya, tinggikan (luhurkan) dirmu dari kehinaan, jangan menjadi budak perutmu dan tidak pula menjadi budak syahwatmu.
Wahai anak kecilku, fakir harta tidaklah terhitung di dalam aib orang-orang. Seseorang dinilai memiliki aib karena sedikit kewibawaannya, bukan karena sedikit kekayaannya, ia dipuji berdasarkan perbuatan-perbuatan baiknya bukan berdasarkan hartanya yang banyak. Merupakan sifat muruah yaitu jika kamu menjadi air di wajahnya dari hinanya meminta-minta dengan ridlo pada kehidupan yang mencukupi, kamu mencukupi diri dengan suapan-suapan makanan yang dapat menegakkan tulang punggungmu (26).
(26) Di dalam hadits syarif dari Nabi SAW bersabda :
مَا مَلَأَ ابْنُ اٰدَمَ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنِهِ بِحَسْبِ ابْنِ اٰدَمَ أُكُلاَتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
"Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk daripada perunya. Cukuplah bagi anak Adam makanan-makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Namun, jika ia memang harus (memenuhinya), maka hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya" - Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, dan Imam Hakim dari hadits Sahabat Al-Miqdam bin Ma'dikarib.
Jangan mengundat-undat pemberian seseorang kepadamu untuk menghasilkan sesuatu yang merupakan kenikmatanmu yang bersifat rusak (memancing pemberian orang lain agar kamu diberi lagi). Merupakan sifat muruah yaitu jika kamu melihat kebutuhan teman-temanmu dengan pandangan memuliakan dan pandangan kasih sayang. Dan merupakan sifat muruah yaitu tatkala kamu menolong salah seorang temanmu dengan sesuatu dari hartamu, maka kamu tidak menjadilah demikian itu sebagai lantaran untuk menghina dan meremehkannya.
Wahai anak kecilku, merupakan sifat syahamah yaitu jika kau memaafkan orang yang menganiayamu sedangkan kamu mampu untuk membalasnya, dan kamu berbuat baik pada orang yang berbuat buruk padamu sedangkan kamu lebih kuat (lebih mampu) daripadanya untuk berbuat buruk. Merupakan sifat syahamah yaitu jika kamu berkata dengan kalimat yang benar meskipun merugikan dirimu sendiri. Merupakan sifat syahamah yaitu jika kamu menjaga kemuliaanmu meskipun kamu adalah orang yang fakir yang tidak memiliki harta apapun.
Wahai anak kecilku, barang siapa yang tidak memiliki kemuliaan di dalam dirinya, maka ia tidak akan memperoleh faidah dari kemuliaan harta dan selainnya. Kemuliaan diri lebih utama daripada kemuliaan harta. Lalu merupakan sifat mulia diri yaitu jika kamu bisa berbuat baik di antara manusia meskipun kamu adalah orang yang fakir. Merupakan sifat mulia diri yaitu jika kamu tidak memperlihatkan bahwa kamu butuh pada seseorang sekalipun rumahnya ada di dekatmu. Merupakan sifat mulia diri yaitu jika kamu bersabar atas kesulihatn hidup seperti halnya sabarnya orang yang mulia dan kamu tidak menggantungkan kebutuhanmu pada selain Tuhanmu.
Wahai anak kecilku, merupakan sifat mulia diri, sifat muruah, dan sifat syahamah, yaitu jika kamu tidak membawa (menjauhi diri dari) penganiaayaan dan kehinaan pada dirimu, tidak pula pada salah seorang temanmu, tidak pula pada seseorang dari generasi agama dan tanah airmu yang mana dari tanahnya kamu diciptakan dan di bawah langitnya kamu dididik. Rasulullah SAW bersabda :
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
"Seorang mukmin pada mukmin lainnya seperti bangunan yang sebagiannya menguatkan sebagian lainnya" (27).
(27) Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Sahabat Abu Musa Al-Asy'ari ra.
Baca lebih lengkap : Terjemah Kitab Washoya Al-Aba' lil Abna' Bahasa Indonesia.
Wallahu a'lam bis showab.