Al-Mawaidzul Ushfuriyah - Hadits 32, Tentang Sifat-Sifat Umat Pilihan

Al-Mawaidzul Ushfuriyah - Hadits 32, Tentang Sifat-Sifat Umat Pilihan

Dari Sahabat Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda :

خِيَارُ أُمَّتِيْ مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ وَإِذَا أَحْسَنُوْا اسْتَبْشَرُوْا وَإِذَا أَسَاءُوْا اسْتَغْفَرُوْا وَإِذَا سَافَرُوْا قَصَرُوْا صَلَاتَهُمْ وَأَفْطَرُوْا مِنْ صَوْمِهِمْ وَاِنَّ شِرَارَ أُمَّتِى الَّذِيْنَ وُلِدُوْا فِى النِّعَمِ وَغُذُوْا فِى النِّعَمِ وَهِمَّتُهُمْ أَلْوَانُ الطَّعَامِ وَأَلْوَانُ الشَّرَابِ وَإِذَا تَكَلَّمُوْا تَشَدَّقُوْا وَإِذَا مَشَوْا تَبَخْتَرُوْا وَيْلٌ لِلْجَرَّارِيْنَ أَذْيَالًا وَالْأّكَّالِيْنَ إِفْضَالًا وَالنَّاطِقِيْنَ أَشْعَارًا

"Umat pilihanku adalah orang yang bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah, tatkala mereka berbuat baik maka mereka merasa bahagia, tatkala mereka berbuat buruk maka mereka memohon ampun, dan tatkala mereka bepergian maka mereka mengqashar sholat mereka dan membatalkan puasa mereka. Sesungguhnya seburuk-buruk umatku adalah orang-orang yang dilahirkan di dalam kenikmatan, diberi makan di dalam kenikmatan, himmah (keinginan) mereka adalah berbagai macam makanan dan berbagai macam minuman, tatkala mereka berbicara maka mereka bermulut besar, dan tatkala mereka berjalan maka mereka angkuh. Celakalah bagi orang-orang yang menyeret-nyeret ujung pakaian, orang-orang yang makan secara berlebihan, dan orang-orang yang melantunkan syair-syair". - teruskanlah khobar sampai akhirnya.

_______________________

Nabi SAW memuji umatnya, yaitu orang-orang yang hidup berdasarkan sifat ini dan mencela umat-umat lainnya, seolah-olah Beliau mendorong umatnya untuk melakukan taat dan istiqomah pada sifat itu. Sampai pada suatu malam dari beberapa malam Bulan Rajab, Nabi SAW terbangun untuk melihat di dalam masjid apakah ada seseorang dari sahabat-sahabatnya yang terbangun.

Ketika telah dekat dari pintu masjid, Nabi SAW mendengar suara Sahabat Abu Bakar as sedang menangis di dalam sholat. Sahabat Abu Bakar as hendak mengkhatamkan Al-Qur'an dalam 2 rakaat. Namun ketika telah sampai pada ayat ini :

إِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka" (At-Taubah : 111).

Menangislah Sahabat Abu Bakar dengan tangisan sedih yang teramat. Rasulullah SAW pun berhenti di samping pintu masjid, sedangkan air mata Sahabat Abu Bakar menetes-netes di atas tikar.

Di sisi masjid, terdengarlah suara Sahabat Ali bin Abi Thalib, semoga Allah memuliakannya, sedang menangis dengan suara yang keras. Ia hendak menghatamkan Al-Qur'an dalam 2 rakaat, namun ketika sampai pada ayat ini :

قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

"Katakanlah : "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran" (Az-Zumar : 9).

Meneteslah air mata Sahabat Ali bin Abi Thalib di atas tikar. Di sisi lainnya di dalam masjid, Sahabat Muadz bin Jabal ra sedang menangis dengan suara yang keras, ia hendak mengkhatamkan Al-Qur'an di dalam sholat, kecuali ia hanya membaca separuh atau sepertiga Al-Qur'an kemudian ia mengawali surat lainnya secara berurutan, ia sedang menangis di dalam sholat dan air matanya menetes-netes di atas tikar. Sedangkan Sahabat Bilal bin Rabah ra ada di pojok masjid melaksanakan sholat dan menangis. 

Menangislah Rasulullah SAW bersama mereka, lalu Nabi SAW pulang ke rumahnya dalam keadaan bahagia dan mereka tidak mengetahui kehadiran Nabi SAW.

Ketika pagi telah tiba, mereka datang ke masjid dan melaksanakan sholat fajar (sholat subuh) di belakang Nabi SAW. (Selesai sholat) Nabi SAW pun menghadapkan wajahnya ke arah mereka, lalu bertanya dengan rasa bahagia, "Wahai Abu Bakar, mengapa kamu menangis pada ayat ini : ""Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka" (At-Taubah : 111) ?".

Sahabat Abu Bakar pun menjawab, "Bagaimana aku tidak menangis, sedangkan Allah Yang Maha Luhur telah berfirman, "Aku telah membeli diri hamba-hamba-Ku", tatkala seorang budak memiliki cacat maka ia tidak akan dibeli. Atau tampaklah cacatnya setelah pembelian, maka pembeli akan mengembalikannya. Jika aku mempunyai cacat ketika pembelian atau tampak adanya cacat setelah pembelian, maka Allah Yang Maha Luhur akan mengembalikanku, lalu aku akan menjadi penghuni neraka. Karena demikianlah aku menangis".

Datanglah Malaikat Jibril as dan berkata, "Katakan kepada Abu Bakar wahai Nabi Muhammad, tatkala pembeli mengetahui cacat budak dan tetap membelinya bersamaan dengan adanya cacat itu, maka tiada kekuasaan baginya untuk melakukan pengembalian. Sedangkan Allah Yang Maha Luhur adalah Dzat Yang Maha Mengetahui atas cacat hamba-Nya sebelum Dia menciptakannya. Bersamaan dengan cacatnya, Allah membelinya dan tidak akan mengembalikannya, maka demikian pula cacat itu ketika setelah pembelian".

Dalam sebuah masalah bahwa seseorang yang telah membeli 10 budak, lalu ia menemui satu budak tanpa cacat dari mereka. Pembeli pun berkeinginan untuk mengambil budak tanpa cacat dan mengembalikan sisanya, maka syariat tidak memerintahkan demikian itu, tetapi memerintahkan menerima semuanya. Sedangkan Allah Yang Maha Luhur membeli setiap orang-orang mukmin, termasuk di dalam akad penjualan itu ada orang-orang yang bersih hatinya, para wali Allah, para nabi dan para rasul. Sudah menjadi ijma' (kesepakatan) umat bahwa Allah tidak akan mengembalikan (menolak) para nabi, orang-orang yang bersih hatinya, dan para rasul. Maka dapat diketahui bahwa orang yang mempunyai cacat tidak akan dikembalikan (ditolak) pula.

Rasulullah SAW pun merasa bahagian dan bahagia pula para sahabatnya. Kemudian Rasulullah SAW bertanya kepada Sahabat Ali bin Abi Thalib, semoga Allah memuliakannya, "Wahai Ali, mengapa kamu menangis ketika membaca : Katakanlah : "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ?" (Az-Zumar : 9) ?".

Sahabat Ali bin Abi Thalib pun menjawab, "Bagaimana aku tidak menangis, Allah Yang Maha Luhur berfirman : Katakanlah : "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ?" (Az-Zumar : 9).Bapak kami yaitu Nabi Adam sa adalah manusia yang paling mengetahui dan Allah Yang Maha Luhur telah berfirman di dalam hak Nabi Adam :

وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا

"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya" (Al-Baqarah : 31).

Sedangkan kami tidak mengetahui seperti halnya Nabi Adam, bagaimana kami bisa sama derajatnya dengan Nabi Adam ?".

Datanglah Malaikat Jibril dan berkata, "Katakan kepada Ali wahai Nabi Muhammad, makna ayat itu bukan seperti yang kamu kira. Tetapi, tidaklah sama di hari kiamat antara orang kafir dengan orang mukmin. Karena sesungguhnya orang kafir tidaklah menyembah kecuali pada berhala, ia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Sedangkan orang mukmin menyembah Allah dan mengatakan di setiap waktu dan masa, "Tiada tuhan selain Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah", tatkala mereka berbuat baik maka mereka merasa bahagia, tatkala mereka berbuat buruk maka mereka memohon ampun, dan tatkala mereka bepergian maka mereka mengqashar sholat mereka dan membatalkan puasa mereka". Maka tidaklah berdosa (tidak masalah atau tidak apa-apa), tidaklah sama antara orang kafir dengan orang-orang mukmin, karena sesungguhnya tempat orang kafir adalah neraka dan tempat orang mukmin adalah surga".

_______________________

Wallahu a'lam bis showab.

Baca lebih lengkap : Terjemah Kitab Al-Mawaidzul Ushfuriyah Bahasa Indonesia.