Ayyuhal Walad, Isi Bagian 3

Ayyuhal Walad, Isi Bagian 3

Terjemah Kitab Ayyuhal Walad Bahasa Indonesia, Isi Bagian 3

وَقَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : حَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا وَزِنُوْا أَعْمَالَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوْزَنُوْا

Rasulullah SAW bersabda, "Hitung-hitunglah (koreksilah) diri kalian sebelum kalian diperhitungkan amal perbuatannya dan timbanglah amal perbuatan kalian sebelum kalian ditimbang amal perbuatannya".

وَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ : مَنْ ظَنَّ أَنَّهُ بِدُوْنِ الْجَهْدِ يَصِلُ فَهُوَ مُتَمَنٍّ وَمَنْ ظَنَّ أَنَّهُ بِبَذْلِ الْجَهْدِ يَصِلُ فَهُوَ مُسْتَغْنٍ

Sahabat Ali bin Abi Thalib berkata, "Barang siapa menyangka bahwa ia akan sampai tanpa berusaha, maka ia adalah orang yang berangan-angan. Dan barang siapa yang menyangka bahwa ia akan sampai dengan mencurahkan usahanya, maka ia adalah orang yang tidak membutuhkan Allah".

وَقَالَ الْحَسَنُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالٰى : طَلَبُ الْجَنَّةِ بِلَا عَمَلٍ ذَنْبٌ مِنْ ذُنُوْبٍ، وَقَالَ : عَلَامَةُ الْحَقِيْقَةِ تَرْكُ مُلَاحَظَةِ الْعَمَلِ لَا تَرْكُ الْعَمَلِ

Syekh Hasa Al-Bashri ra berkata, "Mencari surga tanpa mengamalkan adalah sebuah dosa dari dosa-dosa". Dan beliau berkata, "Tanda-tanda hakikat adalah tidak memandang amal perbuatannya, bukan meninggalkan amalnya".

وَقَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْأَحْمَقُ مَنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ وَتَمَنَّى عَلَى اللّٰهِ تَعَالٰى الْأَمَانِيَّ

Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang cerdas adalah orang yang menghutangi dirinya dan beramal untuk sesuatu setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan atas Allah Yang Maha Luhur agar memperoleh keinginannya".

أَيُّهَا الْوَلَدُ، كَمْ مِنْ لَيَالٍ أَحْيَيْتَهَا بِتِكْرَارِ الْعِلْمِ وَمُطَالَعَةِ الْكُتُبِ وَحَرَمْتَ عَلٰى نَفْسِكَ النَّوْمَ لَا أَعْلَمُ مَا الْبَاعِثُ فِيْهِ، إِنْ كَانَ نَيْلَ عَرَضِ الدُّنْيَا وَجَذْبَ حُطَامِهَا وَتَحْصِيْلَ مَنَاصِبِهَا وَالْمُبَاهَاةِ عَلَى الْأَقْرَانِ وَالْأَمْثَالِ فَوَيْلٌ لَكَ ثُمَّ وَيْلٌ لَكَ، وَإِنْ كَانَ قَصْدُكَ فِيْهِ إِحْيَاءَ شَرِيْعَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَهْذِيْبَ أَخْلَاقِكَ وَكَسْرَ النَّفْسِ الْأَمَّارَةَ بِالسُّوْءِ فَطُوْبٰى لَكَ ثُمَّ طُوْبٰى لَكَ، وَلَقَدْ صَدَقَ مَنْ قَالَ شِعْرًا

سَهْرُ الْعُيُوْنِ لِغَيْرِ وَجْهِكَ ضَائِعٌ # وَبُكَاؤُهُنَّ لِغَيْرِ فَقْدِكَ بَاطِلٌ

Wahai anakku, banyak sekali malam-malam yang mana kamu menghidupkannya dengan mengulang-ulang ilmu, mengkaji kitab-kitab, dan kamu mengharamkan dirimu untuk tidur, aku tak mengerti apa yang mendorongnya. Jika demikian itu untuk memperoleh harta benda dunia, menarik remukannya, menghasilkan kedudukannya dan kesombongan pada teman-teman sepadan dan sesama, maka celaka kamu kemudian celaka kamu. Dan jika tujuanmu di dalamnya adalah untuk menghidupkan syariat Nabi SAW, membersihkan akhlaqmu, dan memecah hawa nafsu yang sangat memerintah pada keburukan, maka sangatlah beruntung kamu kemudian sangatlah beruntung kamu. Telah benar orang yang berkata dalam syair :

Mata yang tetap terjaga karena selain dirimu adalah sesuatu yang sia-sia # Dan mata yang menangis karena selain kehilanganmu adalah sesuatu yang bathil.

أَيُّهَا الْوَلَدُ، عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ وَاحْبِبْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُجْزِيٌّ بِهِ

Wahai anakku, hiduplah semaumu karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah semaumu karena sesungguhnya kamu akan berpisah darinya, dan kerjakan semaumu karena sesungguhnya kamu akan dibalas atas itu.

أَيُّهَا الْوَلَدُ، أَيُّ شَيْءٍ حَاصِلٍ لَكَ مِنْ تَحْصِيْلِ عِلْمِ الْكَلَامِ وَالْخِلَاِف وَالطِّبِّ وَالدَّوَاوِيْنَ وَالْأَشْعَارِ وَالنُّجُوْمِ وَالْعَرُوْضِ وَالنَّحْوِ وَالتَّصْرِيْفِ غَيْرُ تَضْيِيْعِ الْعُمُرِ بِخِلَافِ ذِى الْجَلَالِ، إِنِّيْ رَأَيْتُ فِيْ إِنْجِيْلْ عِيْسٰى عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ : مِنْ سَاعَةٍ أَنْ يُوْضَعَ الْمَيِّتُ عَلَى الْجَنَازَةِ إِلٰى أَنْ يُوْضَعَ عَلٰى شَفِيْرِ الْقَبْرِ يَسْأَلُ اللّٰهُ  بِعَظَمَتِهِ مِنْهُ أَرْبَعِيْنَ سُؤَالًا أَوَّلُهَا يَقُوْلُ عَبْدِيْ طَهَّرْتَ مَنْظَرَ الْخَلْقِ سِنِيْنَ وَمَا طَهَّرْتَ مَنْظَرِيْ سَاعَةً وَكُلُّ يَوْمٍ يَنْظُرُ فِيْ قَلْبِكَ يَقُوْلُ مَا تَصْنَعُ لِغَيْرِيْ وَأَنْتَ مَحْفُوْفٌ بِخَيْرِيْ أَمَّا أَنْتَ فَأَصَمُّ لَا تَسْمَعُ

Wahai anakku, apapun sesuatu yang telah kamu hasilkan, baik menghasilkan ilmu kalam, ilmu pertentangan, ilmu kedokteran, ilmu dawawin (departemen atau dewan kepemerintahan), ilmu syair-syair, ilmu nujum (perbintangan), ilmu arudh (sastra), ilmu nahwu, dan ilmu sharaf, tidaklah menyia-nyiakan umur, berbeda dengan Dzat yang memiliki keagungan. Sesungguhnya aku melihat di dalam Kitab Injil Nabi Isa as, "Sejak mayat diletakkan pada jenazah sampai diletakkan di pinggir kuburan, Allah dengan sifat-sifat keagungan-Nya bertanya padanya sebanyak 40 pertanyaan. Yang pertama, Allah berkata, "Wahai hamba-Ku, kamu mensucikan diri dari padandangan makhluk selama bertahun-tahun sedangkan kamu tidak mensucikan diri dari pandangan-Ku sesaat". Setiap hari Allah memandang harimu sembari berkata, "Apa yang telah kamu perbuat pada selain Aku sedangkan kamu dikepung oleh kebaikan dari-Ku". Adapun kamu tuli dan kamu tidak dapat mendengar".

أَيُّهَا الْوَلَدُ، الْعِلْمُ بِلَا عَمَلٍ جُنُوْنٌ وَالْعَمَلُ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَكُوْنُ، وَاعْلَمْ أَنَّ الْعِلْمَ الَّذِيْ لَا يُبْعِدُكَ الْيَوْمَ عَنِ الْمَعَاصِى وَلَا يَحْمِلُكَ عَلَى الطَّاعَةِ لَنْ يُبْعِدُكَ غَدًا عَنِ النَّارِ جَهَنَّمَ، فَإِذَا لَمْ تَعْمَلْ بِعَمَلِكَ الْيَوْمَ وَلَمْ تُدَارِكِ الْأَيَّامَ الْمَاضِيَّةِ تَقُوْلُ غَدًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ : فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا، فَيُقَالُ : يَا أَحْمَقُ أَنْتَ مِنْ هُنَاكَ تَجِيْئُ

Wahai anakku, ilmu tanpa amal adalah gila dan amal tanpa ilmu tidak akan penah ada. Ketahuilah bahwa ilmu yang tidak bisa menjauhkanmu pada hari ini dari maksiat dan tidak membawamu pada ketaatan, maka ia tidak akan bisa menjauhkanmu besok dari neraka Jahannam. Lalu, tatkala kamu tidak mengamalkan ilmumu pada hari ini dan kamu tidak mendapati (kebaikan) di hari-hari yang telah terlewati, maka kamu akan berkata besok di hari kiamat, "Maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan melakukan kebaikan". Lalu dijawab, "Wahai orang bodoh, dari sana (dunia) kamu datang".

أَيُّهَا الْوَلَدُ، اجْعَلِ الْهِمَّةَ فِى الرُّوْحِ وَالْهَزِيْمَةَ فِى النَّفْسِ وَالْمَوْتَ فِى الْبَدَنِ لِأَنَّ مَنْزِلَكَ الْقَبْرُ وَأَهْلُ الْمَقَابِرِ يَنْتَظِرُوْنَكَ فِيْ كُلِّ لَحْظَةٍ مَتٰى تَصِلُ إِلَيْهِمْ، إِيَّاكَ إِيَّاكَ أَنْ تَصِلَ إِلَيْهِمْ بِلَا زَادٍ

Wahai anakku, jadikanlah himmah (keinginan) di dalam ruh (jiwa), kekalahan di dalam nafsu, dan kematian di dalam badanmu, karena sesungguhnya tempatmu adalah kubur dan para penghuni kuburan sedang menantimu di setiap saat kapan kamu akan sampai (menyusul) pada mereka. Takutlah kamu takutlah kamu, jika kamu sampai pada mereka tanpa bekal.

قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ : هٰذِهِ الْأَجْسَادُ قَفَصُ الطُّيُوْرِ أَوِ اصْطَبْلُ الدَّوَابِّ فَتَفَكَّرْ فِيْ نَفْسِكَ مِنْ أَيِّهِمَا أَنْتَ ؟ إِنْ كُنْتَ مِنَ الطُّيُوْرِ الْعَلَوِيَّةِ فَحِيْنَ تَسْمَعُ طَنِيْنَ طِبْلٍ إِرْجِعِيْ إِلٰى رَبِّكِ تَطِيْرُ صَاعِدًا إلٰى أَنْ تَقْعَدَ فِيْ أَعَالِى بُرُوْجِ الْجِنَانِ كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِهْتَزَّ  عَرْشُ الرَّحْمٰنِ مِنْ مَوْتِ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ، وَالْعِيَاذُ بِاللّٰهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الدَّوَابِّ كَمَا قَالَ اللّٰهُ تَعَالٰى : اُولٓئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ، فَلَا تَأْمَنِ انْتِقَالَكَ مِنْ زَاوِيَةِ الدَّارِ إِلٰى هَاوِيَةِ النَّارِ

Sahabat Abu Bakar As-Shiddqi ra berkata, "Tubuh ini ibarat sangkar burung atau kandang hewan melata, maka berpikirlah di dalam dirimu, yang manakah kamu ?. Jika kamu termasuk burung-burung yang berada di tempat tinggi, lalu ketika kamu mendengar suara genderang yang berdendang, "Kembalilah pada Tuhanmu (Al-Fajr : 28)", maka kamu akan terbang naik ke atas sampai kamu dapat duduk di menara-menara surga yang tinggi, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Arsy Yang Maha Penyayang berguncang karena wafatnya Sahabat Sa'ad bin Mu'adz". Dan aku memohon perlindungan kepada Allah, jika kamu termasuk hewan melata, sebagaimana Allah Yang Maha Luhur berfirman, "Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi (Al-A'raf : 179)", maka jangan merasa aman karena perpindahanmu dari sudut rumah ke jurang neraka".

وَرُوِيَ أَنَّ الْحَسَنَ الْبَصْرِى رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالٰى أُعْطِىَ شُرْبَةَ مَاءٍ بَارِدٍ فَأَخَذَ الْقَدَحَ وَغُشِيَ عَلَيْهِ وَسَقَطَ مِنْ يَدِهِ، فَلَمَّا أَفَاقَ قِيْلَ : مَا لَكَ يَا أَبَا سَعِيْدٍ ؟ قَالَ : ذَكَرْتُ أُمْنِيَّةَ أَهْلِ النَّارِ حِيْنَ يَقُوْلُوْنَ لِأَهْلِ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيْضُوْا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ

Dan diriwayatkan sesungguhnya Syekh Hasan Al-Bashri ra, diberi seteguk air dingin, lalu ia mengambil wadah, ia pingsan dan jatuhlah wadah itu dari tangannya. Ketika ia telah tersadar, maka ia ditanya,"Apa yang terjadi padamu Wahai Abu Said ?". Ia menjawab, "Aku mengingat harapan para penghuni neraka ketika mereka berkata pada para penghuni surga, "Tuangkanlah air kepada kami atau apapun yang telah Allah berikan kepada kalian"".

Wallahu a'lam bis showab.

Baca lebih lanjut : Terjemah Kitab Ayyuhal Walad Bahasa Indonesia.