Ayyuhal Walad - Isi Bagian 4

Ayyuhal Walad - Isi Bagian 4

Terjemah Kitab Ayyuhal Walad Bahasa Indonesia, Bab Isi Bagian 4.

أَيُّهَا الْوَلَدُ، لَوْ كَانَ الْعِلْمُ الْمُجَرَّدُ كَافِيًا لَكَ وَلَا تَحْتَاجُ إِلٰى عَمَلٍ سِوَاهُ لَكَانَ نِدَاءُ هَلْ مِنْ سَائِلٍ ؟ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ؟ هَلْ مِنْ تَائِبٍ ؟ ضَائِعًا بِلَا فَائِدَةٍ، وَرُوِيَ أَنَّ جَمَاعَةً  مِنَ الصَّحَابَةِ رِضْوَانُ اللّٰهِ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ ذَكَرُوْا عَبْدَ اللّٰهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا عِنْدَ رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ : نِعْمَ الرَّجُلُ هُوَ لَوْ كَانَ يُصَلِّى بِاللَّيْلِ، وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لِرَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِهِ : يَا فُلَانُ لَا تُكْثِرِ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَإِنَّ كَثْرَةَ النَّوْمِ يَدَعُ صَاحِبَهُ فَقِيْرًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Wahai anakku, jika hanya ilmu saja yang bisa mencukupimu dan kamu tidak perlu untuk mengamalkan selain ilmu, niscaya seruan, "Adakah yang meminta (pada-Ku) ? adakah yang memohon ampun (pada-Ku) ? adakah yang bertaubat (pada-Ku) ?" adalah sia-sia tanpa adanya faidah. Dan diriwayatkan sesungguhnya ada jamaah dari para sahabat, semoga ridlo-ridlo Allah terlimpahkan kepada mereka semua, menyebut-nyebut tentang Sahabat Abdullah bin Umar ra di sisi Rasulullah SAW, lalu Beliau bersabda, "Sebaik-baik seseorang adalah dia, jika dia melakukan sholat di malam hari". Dan Beliau bersabda, "Wahai Fulan, jangan memperbanyak tidur di malam hari, karena sesungguhnya banyak tidur dapat meninggalkan pemiliknya dalam keadaan fakir di hari kiamat".

أَيُّهَا الْوَلَدُ، وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ أَمْرٌ، وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ شُكْرٌ، وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْأَسْحَارِ ذِكْرٌ، قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ : ثَلَاثَةُ أَصْوَاتٍ يُحِبُّهَا اللّٰهُ تَعَالٰى صَوْتُ الدِّيْكِ وَصَوْتُ الَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَصَوْتُ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْأَسْحَارِ

Wahai anakku, ayat "Dan pada sebagian malam hari sholat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu (Al-Isra' : 79)" adalah perintah, ayat "Dan di waktu sahur (sebelum fajar), mereka memohon ampun (Adz-Dzariyat : 18)" adalah syukur, dan ayat "Dan orang-orang yang memohon ampun di waktu sahur (Ali Imran : 17)" adalah dzikir. Nabi SAW bersabda, "Ada 3 suara yang dicintai oleh Allah Yang Maha Luhur, yaitu suara kokok ayam jago, suara orang yang membaca Al-Qur'an, dan suara orang-orang yang memohon ampun di waktu sahur".

قَالَ سُفْيَانُ الثَّوْرِى رَحْمَةُ اللّٰهِ عَلَيْهِ : إِنَّ اللّٰهَ تَبَارَكَ وَتَعَالٰى خَلَقَ رِيْحًا تَهُبُّ بِالْأَسْحَارِ تَحْمِلُ الْأَذْكَارِ وَالْإِسْتِغْفَارِ إِلَى  الْمَلِكِ الْجَبَّارِ، وَقَالَ أَيْضًا : إِذَا كَانَ أَوَّلُ اللَّيْلِ يُنَادِى مُنَادٍ مِنْ تَحْتَ الْعَرْشِ : أَلَا لِيَقُمِ الْعَابِدُوْنَ، فَيَقُوْمُوْنَ وَيُصَلُّوْنَ مَا شَاءَ اللّٰهُ، ثُمَّ يُنَادِى مُنَادٍ فِيْ شَطْرِ اللَّيْلِ : أَلَا لِيَقُمِ الْقَانِتُوْنَ، فَيَقُوْمُوْنَ فَيُصَلُّوْنَ إِلَى السَّحْرِ، فَإِذَا كَانَ السَّحْرُ نَادَى مُنَادٍ : أَلَا لِيَقُمِ الْمُسْتَغْفِرُوْنَ، فَيَقُوْمُوْنَ وَيَسْتَغْفِرُوْنِ، فَإِذَا طَلَعَ الْفَجْرُ نَادَى مُنَادٍ : أَلَا لِيَقُمِ الْغَافِلُوْنَ، فَيَقُوْمُوْنَ مِنْ فُرُشِهِمْ كَالْمَوْتٰى نُشِرُوْا مِنْ قُبُوْرِهِمْ

Imam Sufyan As-Tsauri ra berkata : Sesungguhnya Allah Yang Maha Berkah lagi Maha Luhur menciptakan angin yang berhembus di waktu sahur, ia membawa dzikir-dzikir dan istighfar ke Tuhan Yang Maha Perkasa. Beliau juga berkata : Ketika tiba awal malam, menyerulah malaikat yang menyeru dari bawah Arsy, "Ingatlah, hendaklah berdiri (bangunlah) orang-orang yang ahli ibadah", mereka pun bangun dan melaksanakan sholat apapun yang dikehendaki Allah. Kemudian menyerulah malaikat yang menyeru di pertengahan malam, "Ingatlah, hendaklah berdiri (bangunlah) orang-orang yang tunduk (khusyu')", mereka pun bangun dan melaksanakan sholat sampai waktu sahur. Ketika waktu sahur telah tiba, menyerulah malaikat yang menyeru, "Ingatlah, hendaklah berdiri (bangunlah) orang-orang yang memohon ampun kepada Allah", mereka pun bangun dan memohon ampun. Lalu ketika telah muncul fajar, menyerulah malaikat yang menyeru, "Ingatlah, hendaklah berdiri (bangunlah) orang-orang yang lupa", mereka pun bangun dari tempat-tempat tidur mereka seperti orang-orang mati yang dibangkitkan dari kubur mereka.

أَيُّهَا الْوَلَدُ، رُوِيَ فِيْ وَصَايَا لُقْمَانُ الْحَكِيْمِ لِابْنِهِ أَنَّهُ قَالَ : يَا بُنَيَّ، لَا يَكُوْنَنَّ الدِّيْكُ أَكْيَسَ مِنْكَ يُنَادِى بِالْأَسْحَارِ وَأَنْتَ نَائِمٌ، وَلَقَدْ أَحْسَنَ مَنْ قَالَ شِعْرًا

لَقَدْ هَتَفَتْ فِيْ جُنْحِ لَيْلٍ حَمَامَةٌ # عَلٰى فَنَنٍ وَهْنًا وَإِنِّيْ لَنَائِمٌ

كَذَبْتُ وَبَيْتِ اللّٰهِ لَوْ كُنْتُ عَاشِقًا # لَمَا سَبَقَتْنِيْ بِالْبُكَاءِ الْحَمَائِمُ

وَأَزْعُمُ أَنِّيْ هَائِمٌ ذُوْ صَبَابَةٍ # لِرَبِّيْ فَلَا أَبْكِى وَتَبْكِى الْبَهَائِمُ

Wahai anakku, diriwayatkan di dalam wasiat-wasiat Lukman Al-Hakim pada putranya, sesungguhnya ia berkata : Wahai anak kecilku, sungguh jangan sampai seekor ayam jago lebih pintar daripada kamu, ia menyeru di waktu sahur sedangkan kamu sedang tidur. Telah benar-benar baik seseorang yang berkata dalam syair :

Burung merpati telah berkicau di tepi malam # Pada ranting pohon (berkicau) dengan lemah sedangkan aku sedang tidur

Aku telah berdusta, demi Baitullah, jika aku rindu pada Allah # Maka tidaklah burung merpati mendahuluiku dengan tangisan

Aku mengira bahwa aku gelisah karena rindu # Pada Tuhanku, tetapi aku tidak menangis padahal hewan ternak pun menangis.

أَيُّهَا الْوَلَدُ، خُلَاصَةُ الْعِلْمِ أَنْ تَعْلَمَ الطَّاعَةَ وَالْعِبَادَةَ مَا هِيَ، إِعْلَمْ أَنَّ الطَّاعَةَ وَالْعِبَادَةَ مُتَابِعَةُ الشَّارِعِ فِى الْأَوَامِرِ وَالنَّوَاهِى بِالْقَوْلِ وَالْفِعْلِ، يَعْنِى كُلَّ مَا تَقُوْلُ وَتَفْعَلُ وَتَتْرُكُ يَكُوْنُ بِاقْتِدَاءِ الشَّرْعِ كَمَا لَوْ صُمْتَ يَوْمَ الْعِيْدِ وَأَيَّامَ التَّشْرِيْكِ تَكُوْنُ عَاصِيًا أَوْ صَلَّيْتَ فِيْ ثَوْبٍ مَغْصُوْبٍ وَإِنْ كَانَتْ صُوْرَةَ عِبَادَةٍ تَأْثَمُ

Wahai anakku, inti sari ilmu adalah kamu mengerti tentang apa itu ta'at dan ibadah. Ketahuilah sesungguhnya ta'at dan ibadah itu mengikuti syariat di dalam perintah-perintah dan larangan-larangan baik ucapan maupun perbuatan. Yakni setiap apa yang kamu katakan, lakukan, dan tinggalkan harus mengikuti syariat sebagaimana jika kamu puasa di hari id (hari raya) dan ahri-hari tasyriq maka kamu bermaksiat atau kamu melakukan sholat dengan paikan hasil ghasab. Meskipun demikian itu adalah bentuk ibadah, maka kamu tetap berdosa.

أَيُّهَا الْوَلَدُ، يَنْبَغِى لَكَ أَنْ يَكُوْنَ قَوْلُكَ وَفِعْلُكَ مُوَافِقًا لِلشَّرْعِ إِذِ الْعِلْمُ وَالْعَمَلُ بِلَا اقْتِدَاءِ الشَّرْعِ ضَلَالَةٌ، وَيَنْبَغِى لَكَ أَلَّا تَغْتَرَّ بِالشَّطْحِ وَالطَّامَّاتِ الصُّوْفِيَّةِ لِأَنَّ السُّلُوْكَ هٰذَا الطَّارِيْقُ يَكُوْنُ بِالْمُجَاهَدَةِ وَقَطْعِ شَهْوَةِ النَّفْسِ وَقَتْلِ هَوَاهَا بِسَيْفِ الرِّيَاضَةِ لَا بِالطَّامَّاتِ والتُّرَّهَاتِ

Wahai anakku, selayaknya bagimu jika ucapan dan perbuataanmu sesuai dengan syariat, karena sesungguhnya ilmu dan amal tanpa mengikuti syariat adalah sesat. Dan selayaknya bagimu untuk tidak tertipu dengan keanehan dan hal-hal menakjubkan orang-orang sufi, karena sesungguhnya menempuh jalan ini harus dengan mujahadah, memutus syahwat diri, dan membunuh hawa nafsu dengan pedang riyadloh (latihan atau tirakat), tidak dengan hal-hal menakjubkan dan bualan-bualan.

وَاعْلَمْ أَنَّ اللِّسَانَ الْمُطْلَقَ وَالْقَلْبَ الْمُطْبِقَ الْمَمْلُوْءَ بِالْغَفْلَةِ وَالشَّهْوَةِ عَلَامَةُ الشَّقَاوَةِ، فَإِذَا لَمْ تَقْتُلِ النَّفْسَ بِصِدْقِ الْمُجَاهَدَةِ فَلَنْ يَحْيَ قَلْبُكَ بِأَنْوَارِ الْمَعْرِفَةِ

Dan ketahuilah, sesungguhnya lisan yang lepas (tak terkendali) dan hati yang terkunci yang dipenuhi dengan lupa dan syahwat adalah tanda celaka. Ketika kamu tidak membunuh nafsu dengan mujahadah yang sungguh maka hatimu tidak akan hidup dengan cahaya-cahaya makrifat.

وَاعْلَمْ أَنَّ بَعْضَ مَسَائِلِكَ الَّتِيْ سَأَلْتَنِيْ عَنْهَا لَا يَسْتَقِيْمُ جَوَابُهَا بِالْكِتَابَةِ وَالْقَوْلِ، إِنْ تَبْلُغْ تِلْكَ الْحَالَةَ تَعْرِفْ مَا هِيَ وَإِلَّا فَعِلْمُهَا مِنَ الْمُسْتَحِيْلَاتِ لِأَنَّهَا ذَوْقِيَّةٌ، وَكُلُّ مَا يَكُوْنُ ذَوْقِيًّا لَا يَسْتَقِيْمُ وَصْفُهُ بِالْقَوْلِ كَحَلَاوَةِ الْحُلْوِ وَمِرَارَةِ الْمُرِّ لَا تُعْرَفُ إِلَّا بِالذُّوْقِ، كَمَا حُكِيَ أَنَّ عِنِّيْنًا كَتَبَ إِلٰى صَاحِبٍ لَهُ أَنْ عَرِّفْنِيْ لَذَّةَ الْمُجَامَعَةِ كَيْفَ تَكُوْنُ فَكَتَبَ لَهُ جَوَابَهُ يَا فُلَانُ إِنِّيْ كُنْتُ حَسَبْتُكَ عِنِّيْنًا فَقَطْ، وَالْأٓنَ عَرَفْتُ أَنَّكَ عِنِّيْنٌ وَأَحْمَقُ، لِأَنَّ هٰذِهِ اللَّذَّةَ ذَوْقِيَّةٌ إِنْ تَصِلْ إِلَيْهَا تَعْرِفُ وَإِلَّا لَا يَسْتَقِيْمُ وَصْفُهَا بِالْقَوْلِ وَالْكِتَابَةِ

Ketahuilah sesungguhnya sebagian masalahmu yang kamu tanyakan padaku, jawabannya tidaklah dapat dijelaskan hanya dengan tulisan dan ucapan. Jika kamu sampai pada keadaan itu, maka kamu akan mengerti apa itu, jika tidak maka mengetahuinya merupakan hal yang mustahil karena itu adalah urusan rasa. Dan setiap urusan rasa, menyifatinya tidaklah dapat dijelaskan dengan ucapan seperti manisnya sesuatu yang manis dan pahitnya sesuatu yang pahit, kamu tidak akan mengerti kecuali merasakannya. Sebagaimana diceritakan bahwa seorang yang impoten mengirim surat kepada temannya, "Beritahu aku tentang nikmatnya bersetubuh, bagaimakah nikmatnya ?". Lalu temannya itu menulis jawaban padanya, "Wahai fulan, sesungguhnya aku sudah mengira bahwa kamu hanya impoten saja, dan sekarang aku tahu bahwa kamu impoten dan juga bodoh". Karena sesungguhnya nikmatnya rasa ini adalah jika kamu merasakannya maka kamu akan mengerti, dan jika tidak maka menyifatinya tidak dapat dijelaskan hanya dengan ucapan dan tulisan. 

Wallahu a'lam bis showab.

Baca lebih lanjut : Terjemah Kitab Ayyuhal Walad Bahasa Indonesia.