Terjemah Kitab Hujjah Ahlus Sunnah Wal Jamaah Bahasa Indonesia, Muqoddimah

Terjemah Kitab Hujjah Ahlus Sunnah Wal Jamaah Bahasa Indonesia, Bab Muqoddimah

(Terjemah Kitab Hujjah Ahlus Sunnah Waljamaah, penulis : KH. Ali Maksum, Pondok Pesantren Kerapyak, Yogyakarta).

Ikutilah Ulama’ Karena Mereka Adalah Lentera Dunia dan Lampu Akhirat

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Segala puji hanya bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) sebagai penjelasan atas segala sesuatu, petunjuk dan rohmat bagi kaum mukmin. Di dalamnya ada penglihatan, cahaya, dan obat bagi apa yang ada di dalam hati, dan tidaklah memikirkannya (Al-Qur’an) kecuali orang-orang yang kuat, maka bertanyalah kalian kepada alhi dzikir jika kalian tidak mengerti. Dan Allah berfirman :

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْـهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْـمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيْرًا
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”.

Rohmat dan kesejahteraan semoga tetap terlimpahkan kepada baginda kita, Nabi Muhammad, yang diutus dengan kesabaran (kemurahan hati) dan kasih sayang yang luas, yaitu orang yang bersabda :

مَهْمَا أُوْتِيْتُمْ مِنْ كِتَابِ اللهِ فَالْعَمَلُ بِهِ وَاجِبٌ لَا عُذْرَ لِأَحَدٍ فِي تَرْكِهِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِي كِتَابِ اللهِ فَسُنَّةٌ مِنِّيْ مَاضِيَةٌ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِي سُنَّةٍ مِنِّيْ فَمَا قَالَ أَصْحَابِيْ، إِنَّ أَصْحَابِيْ كَالنُّجُوْمِ فِي السَّمَاءِ، بِأَيُّمَا أَخَذْتُمْ بِهِ اهْتَدَيْتُمْ، وَ اخْتِلاَفُ أَصْحَابِيْ لَكُمْ رَحْمَةٌ
Bagaimana pun juga, kalian telah diberi kitab Allah (Al-Qur’an), maka mengamalkannya adalah kewajiban, tiada alasan bagi seorang pun untuk meninggalkannya. Jika tidak ada di dalam kitab Allah, maka (bersandarlah kepada) sunnahku yang telah lewat. Jika tidak ada di dalam sunnahku, maka (bersandarlah kepada) apa yang telah diucapkan sahabat-sahabaku karena sesungguhnya sahabat-sahabatku seperti bintang-bintang di langit, manakala kalian mengambilnya maka kalian telah mendapatkan petunjuk, dan perbedaan pendapat sabahat-sahabatku bagi kalian adalah rohmat”.

Dan semoga (rohmat dan kesejahteraan) tetap terlimpahkan kepada keluarga beliau, sahabat beliau, orang-orang yang sabar, orang-orang yang benar, orang-orang yang patuh (dalam beribadah), orang-orang yang berinfaq, dan orang-orang yang memohon ampun di waktu sahur, yaitu orang-orang yang mana mereka adalah kepercayaan umat ini yang dijaga dari ijtima’ (bersepakat) kepada kesalahan dan kesesatan. Dan semoga (rohmat dan kesejahteraan) terlimpahkan kepada orang-orang yang mengikuti mereka dengan ikhsan (kebaikan) dan tidak mengikuti jalan-jalan syetan. Dan sesudah pendahuluan di atas :

Maka ketika saya (penulis Kitab Hujjah Ahlus Sunnah Wal Jamaah, KH. Ali Maksum) melihat sentuhan kebutuhan saudara-sudaraku yang menuntut (ilmu) di pondok pesantren Kerapyak secara khusus dan lainnya dari persolanan orang-orang yang pendek akalnya (amam) secara umum, (membutuhkan) atas penjelasan :

(Yaitu) persoalan dari masalah-masalah yang tidak selayaknya menjadikan keingkaran di dalamnya, seperti masalah sholat sunnah qobliyah jum’at, masalah talqin mayit sesudah dipendam, dan sebagainya, supaya perasaan was-was dan keraguan yang bathil tidak menguasai mereka di dalam agama mereka, syetan serta pengikutnya tidak mengusai mereka dengan godaan dan kesesatan, dan (syetan) tidak menipu mereka dengan mengenakan pakaian ahli hawa nasfu meskipun telah banyak pendapat yang dikatakan dan pendapat yang mengatakan. Dan (supaya) mereka mengetahui dengan haq (pasti) bahwa sesungguhnya apa yang ada pada ulama’ salaf sholih ialah kebenaran yang diikuti, tidaklah sesudah kebenaran kecuali kesesatan.

Saya (penulis Kitab Hujjah Ahlus Sunnah Wal Jamaah, KH. Ali Maksum) mengumpulkan di dalam kitab ini tentang apa yang tokoh-tokoh ulama yang dunia dan tokoh-tokoh besar islam katakan. Karena tiada jalan atas persoalan orang yang pendek akal (awam) di dalam perkara ini kecuali mengumpulkan dan menukil (mengambil pendapat) dari pelajaran mereka-mereka (para ulama’) yang mulia dan bergantung kepada mereka. Meskipun saya sesungguhnya tidak akan menceritakan diri sendiri tentang beban berat kesulitan ini (saat menulis kitab). Jika saja Al-Khatib Al-Baghdadi tidak mengeluarkan dalam Kitab Al-Jami’ dan lainnya bahwa Rosulullah SAW bersabda :

إِذَا ظَهَرَتِ الْفِتَنُ اَوْ قَالَ الْبِدَعُ, وَسُبَّ أَصْحَابِيْ فَلْيُظْهِرِ الْعَالِمُ عِلْمَهُ، فَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَ الْمَلَائِكَةِ وَ النَّاسِ أَجْمَعِيْنَ، لَا يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُ صِرْفًا وَلَا عَدْلًا
Jika telah muncul fitnah,  atau beliau berkata : bid’ah, dan  sahabatku dicacimaki, maka hendaklah orang yang berilmu (ulama) menampakkan ilmunya. Barang siapa yang tidak melakukannya, maka baginya laknat Allah, para malaikat, dan seluruh manusia. Allah tidak akan menerima darinya, baik ibadah wajib maupun ibadah sunnah”.

Dan apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Hakim dari Sahabat Ibnu Abbas ra, bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda :

مَا ظَهَرَ أَهْلُ بِدْعَةٍ إِلَّا أَظْهَرَ اللهُ فِيْهِمْ حُجَّتَهُ عَلَى لِسَانِ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ
Tidaklah muncul ahli bid’ah kecuali Allah menampakkan di dalam mereka hujjah-Nya atas lisan orang yang Dia kehendaki dari makhluk-Nya”.

Dan di sini saya akan menyebut tentang persoalan yang akan datang dari 2 macam persoalan yang telah disebutkan (sebelumnya). Dan hanya Allah, Dzat yang dimintai pertolongan untuk memperoleh kebenaran, hanya kepada-Nyalah berpasrah diri, dan hanya kepada-Nyalah tempat kembali.

Pengumpul (penulis kitab)
Orang yang fakir (atas rohmat Allah SWT), KH. Ali Maksum
Yogyakarta – Jawa Tengah