Al-Mawaidzul Ushfuriyah - Hadits 3, Tentang Memuliakan Orang Yang Tua
Dari Sahabat Anas bin Malik ra berkata, Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya Allah Yang Maha Luhur melihat wajah orang yang sudah tua di waktu pagi dan sore, lalu Dia berkata, "Wahai hamba-Ku, telah tua umurmu, telah tipis kulitmu, telah rapuh tulangmu, telah dekat ajalmu, dan telah tiba waktu kedatanganmu pada-Ku, maka malulah kepada-Ku karena sesungguhnya aku pun malu (tidak tega) karena ubamu (usia tuamu) untuk menyiksamu di dalam neraka".
__________________________
Dikisahkan, sesungguhnya Sahabat Ali bin Abi Thalib ra pergi berjamaah sholat fajar (sholat subuh) dengan tergesa-gesa. Lalu ia bertemu dengan orang tua di jalan yang berjalan di depannya dengan tenang dan santai dalam menempuh jalan. Sahabat Ali bin Abi Thalib ra tidak melewatinya karena memuliakan dan menghormatinya sampai dekatlah waktu terbitnya matahari.
Ketika orang tua itu telah dekat pada pintu masjid, maka ia tidak memasuki masjid. Lalu Sahabat Ali bin Abi Thalib ra mengetahui bahwa dia adalah orang Nasrani. Beliau pun memasuki masjid, beliau menemui Rasulullah SAW dalam keadaan ruku'. Rasulullah SAW memanjangkan ruku'nya kira-kira 2 ruku' sehingga Sahabat Ali bin Abi Thalib bisa mendapatinya (tidak ketinggalan).
Ketika selesai sholat, seorang sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa Engkau memanjangkan ruku' di dalam sholat ini ? Engkau tidak pernah melakukan seperti ini".
Rasulullah SAW pun menjawab, "Ketika aku ruku' dan membaca "Subhana rabbiyal adhim (Maha Suci Tuhan-Ku Yang Maha Agung)" sebagaimana wiridku dan aku hendak mengangkat kepadaku, maka datanglah Malaikat Jibril as. Dia meletakkan sayapnya di atas punggungku dan menahanku lama. Ketika dia mengangkat sayapnya, aku pun mengangkat kepalaku".
Lalu para sahabat bertanya, "Mengapa Malaikat Jibril melakukan demikian ?". Rasulullah SAW pun menjawab, "Aku tidak bertanya kepadanya tentang itu".
Lalu datanglah Malaikat Jibril ra dan berkata, "Wahai Nabi Muhammad, sesungguhnya Sahabat Ali bin Abi Thalib sedang tergesa-gesa untuk berjamah. Lalu ia bertemu orang tua nasrani di jalan, dia tidak mengetahui bahwa orang tua itu adalah nasrani. Dia memuliakannya karena ubannya (usia tuanya), tidak mendahuluinya, dan menjaga haknya. Lalu Allah Yang Maha Luhur memerintahku agar aku menahanmu di dalam ruku' sehingga Sahabat Ali bin Abi Thalib bisa mendapati sholat fajar (tidak ketinggalan sholat subuh). Ini bukanlah suatu yang mengejutkan dan sesuatu yang paling mengejutkan dari yang mengejutkan adalah, sesungguhnya Allah Yang Maha Luhur memerintahkan Malaikat Mikail as untuk menahan matahari dengan sayapnya sehingga matahari tidak terbit lama karena Sahabat Ali bin Abi Thalib ra".
Perawi berkata, "Derajat (kemuliaan) ini adalah sebab menghormati orang tua yang sudah sangat tua padahal dia adalah orang nasrani".
__________________________
Hikayat lain, ketika telah dekat wafatnya guru dari Syekh Abu Manshur Al-Maturidi, semoga Allah Yang Maha Luhur merahmati beliau, guru beliau pada waktu itu berumur 80 tahun.
Lalu syekh itu (guru Syekh Abu Manshur) sakit dan memerintahkan Syekh Abu Mansur untuk mencari seorang budak yang berumur sama sepertinya, membelinya, dan memerdekakanya. Syekh Abu Mansur pun mencari namun tidak menemukan budak seperti ini. Orang-orang pun mengatakan. "Bagaimana kamu akan menemukan budak berumur 80 tahun sedangkan ia masih tetap menjadi budak dan tidak dimerdekakan ?".
Syekh Abu Mansur, semoga Allah merahmati beliau, pun kembali kepada gurunya dan menceritakan kepadanya tentang ucapan orang-orang. Ketika gurunya mendengar ucapan ini, gurunya pun meletakkan kepalanya di atas tanah (bersujud), bermunajah kepada Tuhannya, dan mengatakan "Wahai Tuhanku, sesungguhnya makhluk tidaklah menanggung kemuliaannya tatkala budaknya berumur 80 tahun dengan masih tetap menjadi budak, tetapi ia akan memerdekakannya. Lalu aku telah mencapai umur 80 tahun, maka bagaimanakah Engkau tidak memerdekakanku dari api neraka, sedangkan Engkau adalah Dzat Yang Maha Mulia, Maha Pemurah, Maha Agung, Maha Pengampun, lagi Maha Menerima Syukur".
Lalu Allah Yang Maha Luhur pun memerdekakan gurunya (wafat) karena bagusnya ia bermunajah.
Wallahu a'lam bis showab.
Baca lebih lengkap : Terjemah Kitab Al-Mawaidzul Ushfuriyah Bahasa Indonesia.