Al-Mawaidzul Ushfuriyah - Hadits 2, Tentang Mengharap Rahmat Allah
Dari Sahabat Ibnu Mas'ud ra berkata, Rasulullah SAW bersabda :
"Orang durhaka yang mengharap rahmat Allah Yang Maha Luhur lebih dekat dengan Allah Yang Maha Luhur daripada orang yang ahli ibadah yang putus asa (dari rahmat-Nya)".
Sahabat Ibnu Mas'ud berkata, telah mengabari kami dari Sahabat Zaid bin Aslam, dari Sahabat Umar, sesungguhnya ada seorang di dalam umat-umat terdahulu yang giat dalam beribadah dan memberatkan dirinya (dalam beribadah) dan dia membuat putus asa manusia dari rahmat Allah Yang Maha Luhur, kemudian dia meninggal dunia.
Lalu dia bertanya, "Wahai Tuhanku, balasan apa bagiku di sisi-Mu ?". Allah SWT menjawab, "Neraka". Dia bertanya, "Wahai Tuhanku, lalu di mana ibadah dan upaya giatku ?". Allah SWT menjawab, "Sesungguhnya kamu telah membuat putus asa manusia dari rahmat-Ku di dunia, maka pada hari ini Aku memutuskanmu dari rahmat-Ku".
Diriwayatkan dari Sahabat Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW, sesungguhnya ada seseorang yang tidak melakukan amal kebaikan apapun kecuali tauhid. Ketika kematian mendatanginya, ia berkata kepada keluarganya, "Tatkala aku mati, maka bakarlah aku dengan api sehingga kalian meninggalkanku dalam keadaan menjadi abu, kemudian taburkanlah aku di laut pada hari angin (saat angin bertiup)". Mereka pun melakukannya.
Lalu tatkala ia berada di genggaman Allah Yang Maha Luhur, Allah bertanya, "Apa yang mendorongmu pada apa yang telah kamu lakukan ?". Ia menjawab, "Takut kepada-Mu". Lalu Allah mengampuninya sebab rasa takut itu, sedangkan ia tidak melakukan amal kebaikan apapun kecuali tauhid.
_______________________________
Berdasarkab hadits ini, ada sebuah hikayat. Sesungguhnya ada seseorang yang meninggal dunia pada masa Nabi Musa as, orang-orang tak mau memandikannya dan mengafaninya karena kefasikannya, lalu mereka menyeret kakinya dan membuangnya ke tempat sampah (tempat pembuangan sampah-sampah di masyarakat).
Lalu Allah Yang Maha Luhur memberikan wahyu kepada Nabi Musa as dan berkata, "Wahai Nabi Musa, ada seseorang yang telah meninggal dunia di tempat fulan di dalam tempat sampah, dia adalah wali (kakasih) dari para wali-Ku, sedangkan mereka tidak mau memandikan, mengkafani, dan memendamnya. Maka kamu pergilah, mandikan, kafani, dan shalatilah dia".
Nabi Musa as pun datang ke tempat itu dan bertanya kepada mereka (penduduk kampung) tentang si mayit. Mereka pun menjawab kepada beliau, "Seseorang telah mati dengan sifat demikian dan demikian dan sesungguhnya dia adalah orang fasik yang dilaknati".
Nabi Musa pun bertanya, "Di manakah tempatnya ? sesungguhnya Allah Yang Maha Luhur telah memberi wahyu kepadaku karena dia". Nabi Musa berkata (lagi), "Beritahu aku tempatnya". Lalu mereka pun pergi (ke tempat si mayit).
Ketika Nabi Musa melihatnya dalam keadaan terbuang di tempat sampah dan orang-orang mengabari beliau tentang perbuatan-perbuatan buruknya, maka beliau pun bermunajah kepada Tuhannya sembari berkata, "Wahai Tuhanku, Engkau telah memerintahkanku untuk memendam dan menyolatinya, sedangkan kaumnya memberi kesaksian buruk terhadapnya, maka Engkau lebih mengetahui daripada mereka dengan pujaan dan celaan",
Lalu Allah Yang Maha Luhur memberikan wahyu kepada Nabi Musa, "Wahai Nabi Musa, telah benar kaumnya di dalam apa yang mereka kisahkan tentangnya dari perbuatan-perbuatan buruknya, hanya saja dia memohon pertolongan kepada-Ku saat wafatnya dengan 3 perkara. Jikalau semua prang-orang yang berdosa dari golongan makhluk-Ku memohon kepada-Ku dengan 3 perkara itu, niscaya Aku akan memberikannya. Lalu bagaimana Aku tidak merahmatinya, sedangkan dirinya telah benar-benar memohon dan Aku adalah Tuhan Yang Maha Paling Pengasih dari semua yang pengasih".
Nabi Musa bertanya, "Wahai Tuhanku, apa 3 perkara itu ?". Allah Yang Maha Luhur menjawab, "Ketika telah dekat wafatnya, dia berdoa :
- Wahai Tuhanku, Engkau mengetahui tentangku, sesungguhnya aku telah melakukan kemaksiatan, sedangkan aku membenci maksiat di dalam hatiku, tetapi telah terkumpul 3 perkara di dalam diriku sehingga aku melakukan maksiat bersamaan kebencian terhadap maksiat di dalam hatiku. Pertamanya adalah hawa nafsu, teman yang buruk, dan Iblis semoga laknat Allah kepadanya. Ketiganya ini telah menjatuhkanku di dalam maksiat. Sesungguhnya Engkau mengetahui tentangku atas apa yang aku ucapkan, maka ampunilah aku.
- Keduanya, dia berdoa : Wahai Tuhanku, Engkau mengetahui bahwa sesungguhnya aku telah melakukan maksiat dan derajatkau bersama dengan orang-orang fasik. Tetapi aku mencintai berteman dengan orang-orang sholeh dan kezuhudan mereka, dan derajat bersama mereka lebih aku cintai daripada orang-orang fasik.
- Ketiga, dia berdoa : Wahai Tuhanku, Engkau mengetahui tentangku bahwa sesungguhnya orang-orang sholeh lebih aku cintai daripada orang-orang fasik, sehingga jikalau ada 2 orang yang berhadapan denganku, yaitu orang sholeh dan orang keji, niscaya aku mendahulukan kebutuhan orang sholeh di atas orang yang keji"".
Perawi (yang meriwayatkan hikayat ini) berkata di dalam riwayat Wahab bin Munabbih, dia berdoa : "Wahai Tuhanku, jika Engkau memaafkan dan mengampuni dosa-dosaku, maka para kekasih-Mu dan para nabi-Mu akan bahagia dan bersedihlah syetan, musuhku dan musuh-Mu. Jika Engkau menyiksaku sebab dosa-dosaku, maka syetan dan para penolongnya akan bahagia, dan sedihlah para nabi dan para wali. Sesungguhnya aku mengetahui bahwa kebahagiaan para wali lebih Engkau cintai daripada kebahagiaan syetan dan para penolongnya, maka ampunilah aku. Ya Allah sesungguhnya Engkau mengetahui tentangku atas apa yang aku ucapkan, maka kasihanilah aku dan ampunilah aku".
Allah Yang Maha Luhur berkata, "Lalu aku merahmatinya, mengampuninya, dan memaafkannya, karena sesungguhnya Aku adalah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, terkhusus pada orang yang mengakui dosanya di hadapan-Ku. Dan orang ini telah mengakui dosa, maka Aku mengampuninya dan memaafkannya. Wahai Nabi Musa, lakukan apa yang telah Aku perintahkan kepadamu, karena sesungguhnya Aku akan mengampuni, demi menghormatinya, kepada orang yang mau menyolati jenazahnya dan mau datang memendamnya".
Wallahu a'lam bis showab,
Baca lebih lengkap : Terjemah Kitab Al-Mawaidzul Ushfuriyah Bahasa Indonesia.