Al-Mawaidzul Ushfuriyah - Hadits 6, Tentang Keutamaan Hari Jum'at

Mawaidzul Ushfuriyah - Hadits 6

Dari Abu Nashr Al-Wasithi berkata, aku mendengar dari Abu Raja' Al-Atharidi menceritakan dari Abu Bakar ra :

أنّ أعربيّا أتى الى النبيّ صلّى اللّٰه تعالى عليه وسلّم فقال : بلغني عنك أنّك تقول من الجمعة الى الجمعة ومن الصلاة الى الصلاة كفارة لما بينهما لمن اجتنب الكبائر، قال رسول اللّٰه صلّى اللّٰه عليه وسلّم : نعم، ثمّ زاد فقال : الغسل يوم الجمعة كفارة والمشي الى الجمعة كفارة وكلّ قدم منها كعمل عشرين سنة فإذا فرغ من الجمعة أجير بعمل مائتى سنة

"Sesungguhnya ada orang A'raby datang kepada Nabi SAW lalu bertanya, "Telah sampai kepadaku darimu bahwa sesungguhnya Engkau bersabda - Dari Jum'at ke Jum'at lainnya dan dari sholat ke sholat lainnya adalah penglebur dosa pada apa yang ada di antara keduanya bagi orang yang menjauhi dosa-dosa besar ?". Rasulullah SAW menjawab, "Iya", kemudian Beliau menambahi lalu berkata, "Mandi di Hari Jum'at adalah penglebur dosa, berjalan menuju sholat jum'at adalah penglebur dosa, dan setiap telapak kaki (yang dilangkahkan) dari sholat jum'at seperti amal 20 tahun. Lalu tatkala ia telah selesai dari sholat jum'at, maka ia diberi pahala dengan amal 200 tahun"".

________________

Sahabat Abu Bakar As-Shiddiq ra meriwayatkan cerita ini dan disebutkan bahwa sesungguhnya beliau adalah seorang pedagang pada masa jahiliyah. Dan penyebab beliau memeluk islam adalah, sesungguhnya beliau melihat di dalam mimpi di Kota Syam. Beliau melihat di dalam mimpinya bahwa ada matahari dan bulan yang beberada di pangkuan beliau. Lalu beliau memegang keduanya dengan tangan beliau, memeluk keduanya ke dada beliau, dan mengenakan selendang beliau pada keduanya.

Ketika Sahabat Abu Bakar bangun, maka beliau pun pergi menemui seorang rahib (pendeta) nasrani untuk menanyakan padanya tentang mimpi itu. Beliau pun mendatangi, berkata tentang mimpi itu, dan memita ta'bir darinya.

Lalu rahib (pendeta) itu bertanya, "Dari mana kamu ?". Sahabat Abu Bakar menjawab, "Dari Kota Makkah". Rahib itu bertanya, "Dari kabilah (suku) mana ?". Sahabat Abu Bakar menjawab, "Dari kabilah Taim". Rahib itu bertanya, "Apa pekerjaanmu ?". Sahabat Abu Bakar menjawab, "Berdagang".

Rahib itu berkata, "Akan datang di zamanmu seorang dari Bani Hasyim yang bernama Muhammad Al-Amin (yang dapat dipercaya). Dia berasal dari kabilah Hasyim dan dia adalah nabi akhir zaman. Jikalau tidak ada dia, maka Allah tidak menciptakan langit, bumi, dan makhluk yang ada di dalamnya, Allah tidak menciptakan Nabi Adam, dan Allah tidak menciptakan para nabi dan para rasul. Dia adalah baginda para nabi dan para rasul, dan penutup para nabi. Dan kamu akan masuk pada agama islamnya, menjadi penolong baginy, dan menjadi kholifah sesudahnya. Ini adalah ta'bir mimpimu".

Kemudian Rahib itu berkata, "Aku telah menemui kepribadian dan sifatnya di dalam Kitab Taurat, Kitab Inzil, dan Kitab Zabur. Sesungguhnya aku telah memeluk islam padanya dan aku menyimpan keislamanku karena takut orang-orang nasrani (takut akan kedengkian mereka)".

Ketika Sahabat Abu Bakar ra mendengar sifat Nabi SAW dari rahib itu, maka luluhlah hatinya dan rindu untuk mengunjunginya. Beliau datang ke Kota Makkah (pulang) dan mencarinya, lalu beliau menemukannya. Beliau mencintai Nabi SAW, tak tahan satu jam tanpa melihatnya.

Ketika telah lama perkara itu (telah lama saling kenal dan saling akrab), Rasulullah SAW bertanya pada suatu hari, "Wahai Abu Bakar, setiap hari kamu datang padaku dan duduk bersamaku, mengapa kamu masih belum memeluk islam ?".

Sahabat Abu Bakar pun menjawab, "Jikalau kamu adalah seorang nabi, maka pasti kamu mempunyai mukjizat ?"

Nabi SAW menjawab, "Apakah masih belum mencukupimu mujizat yang mana kamu bermimpi di Kota Syam, seorang rahib mena'biri mimpi itu, dan dia menceritakan padamu tentang keislamannya ?".

Ketika Sahabat Abu Bakar ra mendengar, beliau pun berkata, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Engkau adalah utusan Allah". Beliau memeluk islam dan baguslah keislamannya.

________________

Hikayah yang lain, ada 2 orang bersaudara majusi penyembah api di masa Malik bin Dinar. Salah satunya berumur 73 tahun dan satu lainnya berumur 35 tahun. Lalu berkatalah saudara muda (adik) pada saudara tua (kakak), "Mari kita menguji coba api itu, apakah api itu memuliakan kita atau membakar kita sebagaima ia membakar sesuatu yang tidak menyembahnya. Lalu jika api itu memuliakan kita, maka kita akan tetap menyembahnya. Dan jika tidak, maka tidak".

Keduanya pun menyalakan api, lalu berkatalah saudara muda pada saudara tua, "Apakah kamu yang meletakkan tanganmu ataukah aku yang meletakkannya ?". Saudara tua pun menjawab, "Tentu kamu yang meletakkannya".

Lalu saudara muda itu meletakkan tangannya pada api, api pun membakar tangannya, lalu ia berkata, "Aaah". Dia pun mencabut tangannya dari api, lalu berkata, "Aku menyembahmu sejak 35 tahun, namun kamu menyakitiku (membakarku)".

Saudara muda itu berkata, "Wahai saudaraku, mari kita menyembah Tuhan Yang Esa, jikalau kita berbuat dosa dan meninggalkan perintah-Nya 35 tahun, maka Dia mengampuni kita dan memaafkan kita dengan taat satu jam dan permohonan ampun sekali saja".

Saudara tua itu pun memberi jawaban padanya atas demikian itu, lalu ia berkata, "Mari kita pergi menemui orang yang dapat menunjukkan kita pada jalan yang lurus dan mengajarkan kita agama islam".

Perawi (yang meriwayatkan kisah ini) berkata, lalu terkumpullah pendapat keduanya untuk pergi menemui Malik bin Dinar agar beliau mau menampakkan (mengajarkan) agama islam pada keduanya. 

Keduanya pun menuju, mendatangi, dan menemui Malik bin Dinar sedangkan beliau berada pada perkumpulan orang-orang Basrah, beliau duduk pada orang-orang umum (publik), dan beliau memberi nasehat pada mereka. Dan telah berkumpul banyak orang pada beliau.

Ketika keduanya sudah melihat Malik bin Dinar, berkatalah saudara tua pada saudara muda, "Telah tampak padaku agar aku tidak memeluk islam karena kebanyakan umurku telah berlalu dalam menyembah api. Dan jikalau aku memeluk islam dan aku kembali pada agama islam, agama Nabi Muhammad, maka keluargaku dan tetangga-tetanggaku akan mencelaku, sedangkan api lebih aku cintai daripada celaan mereka".

Saudara muda pun berkata, "Jangan lakukan itu, karena sesungguhnya celaan mereka terkadang bisa hilang, sedangkan (status sebagai penyembah) api selamanya tidak akan hilang". Namun saudara tua tidak mau mendengarkannya.

Saudara muda pun berkata, "Kamu dan urusanmu (terserah kamu, aku lepas tangan), kamu adalah orang celaka anak dari orang celaka, wahai orang yang bathil di dunia dan akhirat". Pulanglah saudara tua dan ia tidak mau memeluk islam. 

Lalu datanglah saudara muda bersama anak-anaknya yang masih kecil dan bersama istrinya. Mereka memasuki majlis orang-orang dan duduk sampai Malik bin Dinar selesai dari pembicaraannya dan nasehatnya.

Kemudian, berdirilah pemuda itu (saudara muda) menemui Malik bin Dinar dan menceritakan kisahnya. Ia meminta Malik bin Dinar untuk menampakkan (mengajarkan) agama islam padanya dan pada keluarganya. Malik bin Dinar pun menampakkan (mengajarkan) kepada mereka dan mereka semua masuk islam, menangislah semua orang karena bahagia.

Dan pemuda itu (saudara muda) hendak pulang, lalu Malik bin Dinar berkata padanya, "Duduklah sehingga aku dapat mengumpulkan sedikit harta dunia untukmu dari sahabat-sahabatku". Pemuda itu pun menjawab, "Aku tidak ingin menjual agama dengan dunia", kemudia ia pergi.

Pemuda itu pun memasuki khorobah (1), lalu ia menemukan sebuah rumah yang bisa ditinggali, lalu ia tinggal di dalamnya.

Catatan (1) :

Maksud kata خربة (khorobah) adalah daerah yang sudah runtuh, rusak, dan tak dihuni

Ketika tiba pagi di hari esok, istrinya berkata padanya, "Pergilah ke pasar, carilah pekerjaan, dan belilah dari upahmu sesuatu yang dapat kita makan". 

Kemudian berdirilah pemuda itu, ia pun pergi ke pasar, namun tidak ada seorang pun yang mau menjadikannya buruh, ia pun berkata pada dirinya, "Aku akan bekerja di dalam masjid itu karena Allah Yang Maha Luhur".

Lalu pemuda itu memasuki sebuah masjid yang ditinggal dari jamaah (jarang digunakan untuk berjamaah), ia sholat di dalamnya karena Allah Yang Maha Luhur sampai malam. Kemudian ia pulang ke rumahnya dalam keadaan kosong kedua tangannya.

Istrinya pun bertanya, "Apakah kamu tidak menemukan sesuatu (pekerjaan) pada hari ini ?". Pemuda itu pun menjawab, "Wahai istriku, pada hari ini aku bekerja pada Raja, namun Dia tidak memberiku sesuatu, mudah-mudahan Dia akan memberiku besok". Mereka semua pun bermalam dalam keadaan kelaparan.

Ketika tiba pagi di hari esok, pemuda itu pun pergi ke pasar, namun ia tidak menemukan sebuah pekerjaan. Pergilah ia ke masjid itu dan sholat di dalamnya karena Allah Yang Maha Luhur sampai malam. Kemudian ia pulang ke rumahnya dalam keadaan kosong kedua tangannya.

Istrinya pun bertanya padanya, "Apakah kamu juga tidak menemukan sesuatu (pekerjaan) pada hari ini ?". Pemuda itu pun menjawab, "Pada hari ini aku bekerja pada Raja yang mana aku telah bekerja pada-Nya kemarin. Aku berharap Dia akan memberiku besok dan besok adalah Hari Jum'at". Mereka juga pun bermalam dalam keadaan lapar.

Ketika tiba pagi di hari esok dan hari itu adalah Hari Jum'at, maka pergilah pemuda itu ke pasar namun ia tidak menemukan sebuah pekerjaan. Ia pun pergi ke masjid itu, ia sholat di dalamnya, kemudian ia mengangkat tangannya ke langit, lalu ia berdoa, "Wahai Tuhanku, Wahai Bagindaku, Wahai Pelindungku, Engkau telah memuliakanku dengan (memeluk) agama islam, Engkau memahkotahiku dengan mahkota islam, dan Engkau memberiku petunjuk dengan mahkota petunjuk. Maka dengan menghormati agama yang mana Engkau telah merizkikanku pada agama itu (dengan memeluk agama itu) dan dengan menghormati hari yang penuh berkah lagi mulia yang mana derajatnya agung di sisi-Mu yaitu Hari Jum'at, aku memohon kepada-Mu agar Engkau menghilangkan susahnya mencari nafkah keluargaku dari hatiku dan memberiku rizki yang mana aku tidak menyangkanya. Maka aku, demi Allah, aku malu pada istriku dan keluargaku, aku takut berubahnya keadaan pada mereka karena barunya keadaan mereka di dalam agama islam".

Perawi (yang meriwayatkan kisah ini) berkata, kemudian pemuda itu berdiri dan tersibukkan dengan sholat, ia sholat 2 rakaat. Ketika telah tiba waktu pertengahan siang, pemuda itu keluar untuk sholat Jum'at sedangkan rasa lapar telah mengalahkan (dirasakan) anak-anaknya.

Datanglah seorang ke pintu rumahnya yang mana di dalamnya ada keluarganya. Orang itu mengetuk pintu mereka, keluarlah istrinya, lalu tiba-tiba orang itu adalah pemuda yang berwajah tampan. Di tangannya membawa talam dari emas yang tertutupi oleh kain serbet yang disulam emas (dengan benang emas).

Lalu orang itu berkata pada istrinya, "Ambillah talam ini dan katakan pada suamimu, ini adalah upah pekerjaanmu dalam 2 hari, maka bertambahlah kamu di dalam pekerjaan, maka kami akan menambahimu upahnya, khusunya pada hari ini yakni Hari Jum'at. Karena sesungguhnya pekerjaan yang sedikit pada hari ini di sisi Raja Yang Perkasa adalah banyak".

Istrinya pun mengambil talam itu, namun ternyata di dalamnya ada 100 dinar. Lalu ia mengambil satu dinar dan pergi tukang penukaran uang dan tukang penukar uang itu adalah orang nasrani. Tukang penukar uang itu pun menimbang dinarnya, dia menambah dari satu misqal (2) ke dua mistqal.

Catatan (2) :

Maksud kata مثقال (mitsqal) di sini adalah logam pemberat yang digunakan untuk menimbang dan mengetahui berapa berat barang yang ditimbang.

Lalu tukang penukar uang itu melihat di dalam ukiran dinar, dia pun mengetahui bahwa dinar itu merupakan hadiah akhirat, ia bertanya kepada istri pemuda, "Dari mana kamu menemukan dinar ini ?". 

Istri pemuda pun mengisahkan kepadanya, tukang penukar uang itu bertanya, "Tampakkanlah (ajarkanlah) aku agama islam". Lalu dia pun memeluk agama islam, kemudian dia memberikan 1.000 dirham pada istri pemuda, lalu dia berkata, "Jika 1.000 dirham ini telah habis, maka beritahu aku".

Ketika pemuda itu (selesai) sholat, ia pun meneruskan (pulang) ke rumahnya dalam keadaan kosong kedua tangannya. Ia membeber kain serbet, memenuhinya dengan pasir, dan berkata pada dirinya, "Jika istriku bertanya apa ini, maka aku akan menjawab padanya aku membawa tepung".

Ketika pemuda itu masuk ke khorobah, ia pun melihat rumahnya, maka tiba-tiba rumahnya terpasang tikar dan ia mendapati bau makanan di dalamnya. Lalu ia pun meletakkan kain serbet itu di sebelah pintu supaya istrinya tidak mengetahuinya.

Lalu pemuda itu bertanya pada istrinya tentang keaadaan dan apa yang telah ia lihat di dalam rumah. Istrinya pun menceritakan kisah itu padanya, lalu ia bersujud kepada Allah yang Maha Mulia lagi Maha Agung karena syukur.

Kemudian istrinya bertanya pada pemuda itu, "Apa yang kamu bawa di dalam kain serbet ?". Ia pun menjawab pada istrinya, "Jangan tanya padaku". 

Lalu istrinya pergi, ia membuka kain serbet itu, maka tiba-tiba pasir telah menjadi tepung dengan izin Allah Yang Maha Luhur. Pemuda itu pun bersujud karena syukur dan ia menyembah Allah sampai Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung mewafatkannya.

________________

Al-faqih, semoga rahmat Allah terlimpahkan pada beliau, berkata : Angkatlah tangan kalian ke langit dan berdoalah - dengan menghormati Hari Jum'at, maka ampunilah dosa-dosa kami dan hilangkanlah kesusahan kami - Pemuda ini, ketika ia berdoa kepada Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya dengan hak Hari Jum'at, sehingga Allah mengabulkan hajatnya dan memberinya rizki tanpa disangka-sangka. Maka demikian juga kita, tatkala kita berdoa pada Hari Jum'at mudah-mudahan Allah mengabulkan hajat-hajat kita, maka sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan Tuhan Yang Maha Pemurah.


Wallahu a'lam bis showab,

Baca lebih lengkap : Terjemah Kitab Al-Mawaidzul Ushfuriyah Bahasa Indonesia.