Ayyuhal Walad - Isi Bagian 10

Ayyuhal Walad - Isi Bagian 10

Terjemah Kitab Ayyuhal Walad Bahasa Indonesia, Bab Isi Bagian 10.

وَالثَّانِي - مِمَّا تَدَعُ هُوَ أَنْ تَحْذَرَ مِنْ أَنْ تَكُوْنَ وَاعِظًا وَمُذَكِّرًا لِأَنَّ فِيْهِ آفَةً كَثِيْرَةً إِلَّا أَنْ تَعْمَلَ بِمَا تَقُوْلُ أَوَّلًا ثُمَّ تَعِظَ بِهِ النَّاسَ، فَتَفَكَّرْ فِيْمَا قِيْلَ لِعِيْسٰى عَلَيْهِ السَّلَامُ : يَا ابْنَ مَرْيَمَ عِظْ نَفْسَكَ فَإِنِ اتَّعَظَتْ فَعِظِ النَّاسَ وَإِلَّا فَاسْتَحِ مِنْ رَبِّكَ

[Kedua] merupakan sesuatu yang harus kamu tinggalkan yaitu kamu berhati-hati apabila kamu menjadi seorang yang memberikan nasehat dan pengingat, karena sesungguhnya di dalamnya ada banyak bahaya kecuali jika kamu mengamalkan apa yang kamu katakan terlebih dahuulu kemudian kamu bisa memberi nasehat pada manusia. Berpikirlah dalam apa yang dikatakan kepada Nabi Isa as, "Wahai putra Maryam, nasehatilah dirimu, lalu apabila kamu sudah menerima nasehat maka nasehatilah manusia. Dan jika tidak maka malulah kepada Tuhanmu".

وَإِنِ ابْتُلِيْتَ بِهٰذَا الْعَمَلِ فَاحْتَرِزْ عَنْ خَصْلَتَيْنِ

Apabila kamu diuji dengan kondisi ini (1), maka berhati-hatilah dari 2 perkara :

Catatan (1) :

Kondisi dan posisi sebagai seorang yang memberi nasehat dan pengingat.

الْأُوْلٰى عَنِ التَّكَلُّفِ فِى الْكَلَامِ بِالْعِبَارَاتِ وَالْإِشَارَاتِ وَالطَّامَّاتِ وَالْأَبْيَاتِ وَالْأَشْعَارِ لِأَنَّ اللّٰهَ تَعَالٰى يُبْغِضُ الْمُتَكَلَّفِيْنَ، وَالْمُتَكَلِّفُ الْمُتَجَاوِزُ عَنِ الْحَدِّ يَدُلُّ عَلٰى خَرَابِ الْبَاطِنِ وَغَفْلَةِ الْقَلْبِ، وَمَعْنَى التَّذْكِيْرِ أَنْ يَذْكُرَ الْعَبْدُ نَارَ الْأٰخِرَةِ وَتَقْصِيْرَ نَفْسِهِ فِيْ خِدْمَةِ الْخَالِقِ وَيَتَفَكَّرَ فِيْ عُمُرِهِ الْمَاضِى الَّذِيْ أَفْنَاهُ فِيْمَا لَا يَعْنِيْهِ وَيَتَفَكَّرَ فِيْمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْعَقِبَاتِ مِنْ عَدَمِ سَلَامَةِ الْإِيْمَانِ فِى الْخَاتِمَةِ وَكَيْفِيَّةِ حَالِهِ فِيْ قَبْضِ مَلَكِ الْمَوْتِ وَهَلْ يَقْدِرُ عَلٰى جَوَابِ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ وَيَهْتَمَّ بِحَالِهِ فِى الْقِيَامَةِ وَمَوَاقِفِهَا وَهَلْ يَعْبُرُ عَنِ الصِّرَاطِ سَالِمًا أَمْ يَقَعُ فِي الهَاوِيَةِ، وَيَسْتَمِرُّ ذِكْرُ هٰذِهِ الْأَشْيَاءِ فِيْ قَلْبِهِ فَيُزْعِجُهُ عَنْ قَرَارِهِ، فَغَلَيَانُ هٰذِهِ النِّيْرَانِ وَنَوْحَةُ هٰذِهِ الْمَصَائِبَ يُسَمَّى تَذْكِيْرًا

Pertama, dari memaksakan pembicaraan dengan ibrah-ibrah (makna-makna tersembunyi), isyarat-syarat, hal-hal menakjubkan, bait-bait, dan syair-syair, karena sesungguhnya Allah Yang Maha Luhur membenci orang-orang yang memaksa. Orang yang memaksa dan melewati batas menujukkan batinnya rusak dan hati yang lupa. Makna (tujuan) mengingatkan adalah agar si hamba itu mengingat neraka akhirat dan kecorobohan dirinya dalam berkhidmat kepada Sang Khaliq, berpikir dalam umur yang telah terlewati yang mana ia menghabiskanya dalam melakukan sesuatu yang tidak berguna, berpikir tentang apa yang ada di hadapannya, baik siksa-siksa, iman tidak selamat dalam akhir hayat, bagaimana keadaan iman saat malaikat mencabutnya, apakah ia mampu menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir, gelisah atas keadaannya pada hari kiamat dan tempatnya, apakah ia mampu melewati shirath (jembatan) secara selamat, ataukah ia akan terjatuh ke dalam Neraka Hawiyah. Mengingat perkara-perkara ini berlanjut terus di dalam hatinya, sehingga ini dapat menjadikan ia gelisah dari ketetapan hatinya. Maka mendidihnya perasaan seperti api ini dan jeritan musibah-musibah ini dinamakan mengingatkan.

وَإِعْلَامُ الْخَلْقِ وَإِطْلَاعُهُمْ عَلٰى هٰذِهِ الْأَشْيَاءِ وَتَنْبِيْهُهُمْ عَلٰى تَقْصِيْرِهِمْ وَتَفْرِيْطِهِمْ وَتَبْصِيْرِهِمْ بِعُيُوْبِ أَنْفُسِهِمْ لِتَمَسَّ حَرَارَةُ هٰذِهِ النِّيْرَانِ أَهْلَ الْمَجْلِسِ وَتُجْزِعَهُمْ تِلْكَ الْمَصَائِبُ لِيَتَدَارَكُوْا الْعُمُرَ الْمَاضِيَّ بِقَدْرِ الطَّاقَةِ وَيَتَحَسَّرُوْا عَلَى الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ فِيْ غَيْرِ طَاعَةِ اللّٰهِ تَعَالٰى، هٰذِهِ الْجُمْلَةُ عَلٰى هٰذَا الطَّرِيْقِ تُسَمَّى وَعْظًا، كَمَا لَوْ رَأَيْتَ أَنَّ السَّيْلَ قَدْ هَجَمَ عَلٰى دَارِ أَحَدٍ، وَكَانَ هُوَ وَأَهْلُهُ فِيْهَا، فَتَقُوْلُ : الْحَذَرَ الْحَذَرَ فِرُّوْا مِنَ السَّيْلِ، وَهَلْ يَشْتَهِى قَلْبُكَ فِيْ هٰذِهِ الْحَالَةِ أَنْ تُخْبِرَ صَاحِبَ الدَّارِ خَبَرَكَ بِتَكَلُّفِ الْعِبَارَاتِ النُّكَتِ وَالْإِشَارَاتِ فَلَا تَشْتَهِى البَتَّةَ، فَكَذٰلِكَ حَالُ الْوَاعِظِ فَيَنْبَغِى أَنْ يَجْتَنِبَهَا

Memberitahu makhluk dan menunjukkan mereka pada perkara-perkara ini, mengingatkan mereka atas kecerobohan dan keteledoran mereka, dan memperlihatkan mereka terhadap aib-aib pada diri mereka agar panasnya perasaan seperti api ini dapat menyentuh para penghuni majlis dan musibah-musibah tersebut dapat mengejutkan mereka adalah supaya mereka mendapati (memperbaiki) umur yang telah terlewati sesuai kadar kemampuan (semampunya) dan agar mereka merasa menyesal atas hari-hari yang telah berlalu tanpa digunakan untuk melakukan ketaatan kepada Allah Yang Maha Luhur. Inti atas metode ini dinamakan nasehat. Sebagaimana jika kamu melihat banjir tiba-tiba datang pada rumah seseorang, sedangkan ia dan keluarganya berada di dalamnya, maka kamu akan berkata, "Hati-hati, hati-hati, larilah dari banjir". Apakah pada keadaan ini hatimu berkeinginan untuk memberitahu pemilik rumah tentang pemberitahuanmu dengan bertele-tele menggunakan ibrah-ibrah (makna-makna tersembunyi), lelucon, dan isyarat-isyarat ?, kamu tentu tidak mengingankan itu pastinya. Demikian pula keadaan orang yang memberikan nasehat, maka selayaknya ia menjauhi demikian itu.

وَالْخَصْلَةُ الثَّانِيَةُ أَلَّا تَكُوْنَ هِمَّتُكَ فِيْ وَعْظِكَ أَنْ يَنْعَرَ الْخَلْقُ فِيْ مَجْلِسِكَ أَوْ يُظْهِرُوْا الْوَجْدَ وَيَشُقُّوا الثِّيَابَ لِيُقَالَ : نِعْمَ الْمَجْلِسُ هٰذَا، لِأَنَّ كُلَّهُ مَيْلٌ لِلدُّنْيَا وَهُوَ يَتَوَلَّدُ مِنَ الْغَفْلَةِ بَلْ يَنْبَغِى أَنْ يَكُوْنَ عَزْمُكَ وَهِمَّتُكَ أَنْ تَدْعُوَ النَّاسَ مِنَ الدُّنْيَا إِلَى الْأٰخِرَةِ وَمِنَ الْمَعْصِيَةِ إِلَى الطَّاعَةِ وَمِنَ الْحِرْصِ إِلَى الزُّهْدِ  وَمِنَ الْبُخْلِ إِلَى السَّخَاءِ وَمِنَ الشَّكِّ إِلَى الْيَقِيْنِ وَمِنَ الْغَفْلَةِ إِلَى الْيَقْظَةِ وَمِنَ الْغُرُوْرِ إِلَى التَّقْوٰى، وَتُحَبِّبَ إِلَيْهِمُ الْأٰخِرَةَ وَتُبَغِّضَ إِلَيْهِمُ الدُّنْيَا وَتُعَلِّمَهُمْ عِلْمَ الْعِبَادَةِ وَالزُّهْدِ وَلَا تُغِرَّهُمْ بِكَرَمِ اللّٰهِ تَعَالٰى عَزَّ وَجَلَّ وَرَحْمَتِهِ لِأَنَّ الْغَالِبَ فِيْ طِبَاعِهِمْ الزَّيْغُ عَنْ مَنْهَجِ الشَّرْعِ وَالسَّعْيُ فِيْمَا لَا يَرْضَى اللّٰهُ تَعَالٰى بِهِ وَالْإِسْتِعْثَارُ بِالْأَخْلَاقِ الرَّدِيَّةِ، فَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمْ الرُّعْبَ وَرَوِّعْهُمْ وَحَذِّرْهُمْ عَمَّا يَسْتَقْبِلُوْنَ مِنَ الْمَخَاوِفِ وَلَعَلَّ صَفَاتِ بَاطِنِهِمْ تَتَغَيَّرُ وَمُعَامَلَةَ ظَاهِرِهِمْ تَتَبَدَّلُ وَيَتَظَهَّرُوا الْحِرْصَ وَالرُّغْبَةَ فِى الطَّاعَةِ وَالرُّجُوْعِ عَنِ الْمَعْصِيَةِ

Perkara kedua, hendaknya himmahmu (keinginanmu) tidaklah menjadikan manusia meraung-raung menangis di dalam majlismu, atau mereka menunjukkan rasa senang dan merobek-robek pakaian, agar dikatakan, "Sebaik-baik majlis adalah majlis ini", karena sesungguhnya semua itu condong karena dunia dan itu terlahir dari sifat lupa. Tetapi, selayaknya azam (tekad) dan himmahmu (keinginan) adalah untuk mengajak manusia dari dunia pada akhirat, dari maksiat pada taat, dari sifat loba pada zuhud, dari kekikiran pada kemurahan, dari keraguan pada keyakinan, dari lupa pada sadar, dan dari tertipu pada taqwa. Dan kamu bisa menjadikan mereka cinta akhirat dan membenci dunia, mengajarkan mereka ilmu ibadah dan zuhud, dan tidak menipu mereka dengan (mengatasnamakan) kemurahan dan rahmat Allah Yang Maha Luhur, Maha Mulia dan Maha Agung. Karena pada umumnya, watak mereka berpaling dari jalan syariat, berusaha dalam mendapatkan sesuatu yang tidak diridloi Allah Yang Maha Luhur, dan terpeleset ke dalam akhlaq yang buruk. Maka tanamkanlah rasa takut ke dalam hati mereka, takutilah dan peringatkanlah mereka dari rasa-rasa takut yang akan mereka hadapai, supaya sifat-sifat batin mereka berubah dan tindakan dhahir mereka bisa berganti. Mereka dapat menunjukkan sifat loba dan cinta dalam melakukan ketaatan serta kembali dari maksiat.

وَهٰذَا طَرِيْقُ الْوَعْظِ وَالنَّصِيْحَةِ وَكُلُّ وَعْظٍ لَا يَكُوْنُ هٰكَذَا فَهُوَ وَبَالٌ عَلٰى مَنْ قَالَ وَسَمِعَ بَلْ قِيْلَ : إِنَّهُ غَوْلٌ وَشَيْطَانٌ يَذْهَبُ بِالْخَلْقِ عَنِ الطَّرِيْقِ وَيُهْلِكُهُمْ، فَيَجِبُ عَلَيْهِمْ أَنْ يَفِرُّوْا مِنْهُ لِأَنَّ مَا يُفْسِدُ هٰذَا القَائِلُ مِنْ دِيْنِهِمْ لَا يَسْتَطِيْعُ بِمِثْلِهِ الشَّيْطَانُ، وَمَنْ كَانَتْ لَهُ يَدٌ وَقُدْرَةٌ يَجِبُ عَلَيْهِ أَنْ يُنْزِلَهُ عَنْ مَنَابِرِ الْمَوَاعِظِ وَيَمْنَعَهُ عَمَّا بَاشَرَ فَإِنَّهُ مِنْ جُمْلَةِ الْأَمْرِ بِالْمَعْرُوْفِ وَالنَّهْيِ عَنِ الْمُنْكَرِ

Ini adalah jalan memberikan pitutur dan nasehat. Dan setiap pitutur yang tidak seperti ini maka itu adalah bencana bagi orang yang mengatakan dan mendengarnya. Bahkan dikatakan, "Sesungguhnya itu adalah "ghoul" (2) dan syetan pergi membawa makhluk menjauh dari jalan agama islam dan merusak mereka". Maka wajib bagi mereka untuk lari darinya (orang yang memberi nasehat) karena sesungguhnya agama mereka yang dirusak oleh orang yang mengatakan ini (orang yang memberi nasehat), syetan pun tidak mampu melakukan seperti orang itu (orang yang memberi nasehat). Barang siapa yang memiliki kekuasaan dan kemampuan maka wajib baginya untuk menurunkan orang itu dari mimbar-mimbar nasehat dan mencegahnya dari apa yang ia kerjakan, karena pencegahan itu merupakan bentuk dari amar ma'ruf dan nahi munkar.

Catatan (2) :

Dalam makna pesantren, para kyai memaknai kalimat "ghoul" dengan istilah gerduwo atau demit. Sedangkan makna wikipedia arab, ghoul adalah semacam makhluk perusak dalam mitos dan cerita-cerita orang arab yang memiliki sifat buruk fisik, buas, berbentuk besar, dan menakutkan.

Wallahu a'lam bis showab.

Baca lebih lanjut : Terjemah Kitab Ayyuhal Walad Bahasa Indonesia.