Ayyuhal Walad - Isi Bagian 9

Ayyuhal Walad - Isi Bagian 9

Terjemah Kitab Ayyuhal Walad Bahasa Indonesia, Bab Isi Bagian 9.

أَيُّهَا الْوَلَدُ، إِنِّيْ أَنْصَحُكَ بِثَمَانِيَةِ أَشْيَاءَ، إِقْبَلْهَا مِنِّيْ لِئَلَّا يَكُوْنَ عِلْمُكَ خَصْمًا عَلَيْكَ يَوْمَ القِيَامَةِ، تَعْمَلُ مِنْهَا أَرْبَعَةً وَتَدَعُ مِنْهَا أَرْبَعَةً، أَمَّا اللَّوَاتِيْ تَدَعُ

Wahai anakku, sesungguhnya aku memberi nasehat padamu dengan 8 perkara, terimalah itu dariku agar ilmumu tidak menjadi musuh bagimu pada hari kiamat, lakukanlah 4 perkara dari 8 perkara itu dan tinggalkan 4 perkara dari 8 perkara itu. Adapun perkara-perkara yang harus kamu tinggalkan :

فَأَحَدُهَا - أَلَّا تُنَاظِرَ أَحَدًا فِي مَسْأَلَةٍ مَا اسْتَطَعْتَ لِأَنَّ فِيْهَا آفَاتٍ كَثِيْرَةً فَإِثْمُهَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهَا إِذْ هِيَ مَنْبَعُ كُلِّ خُلُقٍ ذَمِيْمٍ كَالرِّيَاءِ وَالْحَسَدِ وَالْكِبْرِ وَالْحِقْدِ وَالْعَدَاوَةِ وَالْمُبَاهَاةِ وَغَيْرِهَا، نَعَمْ لَوْ وَقَعَ مَسْأَلَةٌ بَيْنَكَ وَبَيْنَ شَخْصٍ أَوْ قَوْمٍ وَكَانَتْ إِرَادَتُكَ فِيْهَا أَنْ يَظْهَرَ الْحَقُّ وَلَا يَضِيْعَ جَازَ الْبَحْثُ لَكِنْ لِتِلْكَ الْإِرَادَةِ عَلَامَتَانِ : إِحْدَاهُمَا أَلَّا تُفَرِّقَ بَيْنَ أَنْ يَنْكَشِفَ الْحَقُّ عَلٰى لِسَانِكَ أَوْ عَلٰى لِسَانِ غَيْرِكَ، وَالثَّانِيَةُ أَنْ يَكُوْنَ الْبَحْثُ فِى الْخَلَاءِ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ فِى الْمَلَاءِ

[Pertama] hendaknya kamu tidak berdebat dengan seseorang dalam satu masalah semampumu, karena di dalamnya ada banyak bahaya, dosanya lebih besar daripada kemanfaatannya, karena itu adalah sumber setiap akhlaq yang tercela seperti riya', hasad (dengki), sombong, dendam, permusuhan, kesombongan, dan lainnya. Ya, jika terjadi masalah di antara kamu dan di antara seseorang atau kaum, sedangkan keinginanmu di dalamnya adalah agar perkara hak menjadi jelas dan menghilankannya, maka boleh saja membahasnya, tetapi keinginan demikian itu memiliki tanda-tanda :

Pertama, hendaknya kamu tidak membedakan antara perkara hak yang tersingkap melalui lisanmu atau melalui lisan orang lain.

Kedua, hendaknya pembahasan itu diadakan di tempat sepi lebih kamu sukai daripada di tempat ramai (publik).

وَاسْمَعْ أَنِّيْ أَذْكُرُ لَكَ هَاهُنَا فَائِدَةً وَاعْلَمْ أَنَّ السُّؤَالَ عَنِ الْمُشْكِلَاتِ عَرْضُ مَرَضِ الْقَلْبِ إِلَى الطَّبِيْبِ، وَالْجَوَابُ لَهُ سَعْيٌ لِإِصْلَاحِ مَرَضِهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الْجَاهِلِيْنَ الْمَرْضٰى قُلُوْبُهُمْ، وَالْعُلَمَاءَ الْأَطِبَّاءُ، وَالْعَالِمَ النَّاقِصَ لَا يُحْسِنُ الْمُعَالَجَةَ، وَالْعَالِمَ الكَامِلَ لَا يُعَالِجُ كُلَّ مَرِيْضٍ بَلْ يُعَالِجُ مَنْ يَرْجُوْ قَبُوْلَ الْمُعَالَجَةِ وَالصَّلَاحِ، وَإِذَا كَانَتِ الْعِلَّةُ مُزْمِنَةً أَوْ عَقِيْمًا لَا تَقْبَلُ الْعِلَاجَ فَحَذَاقَةُ الطَّبِيْبِ فِيْهِ أَنْ يَقُوْلَ هَذَا لَا يَقْبَلُ الْعِلَاجَ فَلَا تَشْتَغِلْ فِيْهِ بِمُدَاوَاتِهِ لِأَنَّ فِيْهِ تَضْيِيْعَ الْعُمْرِ

Dengarlah, sesungguhnya aku mengingatkan padamu tentang sebuah faidah di sini. Ketahuilah bahwa pertanyaan tentang perkara-perkara yang berat itu menunjukkan penyakit hati (yang butuh dibawa) ke dokter dan jawabannya adalah berusaha menyembuhkan penyakit itu. Ketahuilah sesungguhnya orang-orang yang bodoh adalah orang yang sakit hatinya, ulama' adalah dokternya, orang alim yang kurang sempurna ilmunya tidak baik dalam mengobati, dan orang alim yang sempurna tidak dapat mengobati semua orang yang sakit tetapi ia dapat mengobati orang yang mengharap menerima obat dan kesembuhan. Dan tatkala penyakit itu sudah kronis atau mandul (tidak dapat disembuhkan), maka dokter yang cerdas akan mengatakan "Penyakit ini tidak dapat menerima obat". Jadi, janganlah kamu tersibukkan untuk mengobatinya karena sesungguhnya di dalamnya hanya akan menyia-nyiakan umur.

ثُمَّ اعْلَمْ أَنَّ مَرَضَ الْجَهْلِ عَلٰى أَرْبَعَةِ أَنْوَاعٍ : أَحَدُهَا يَقْبَلُ الْعِلَاجَ وَالْبَاقِى لَا يَقْبَلُ، أَمَّا الَّذِيْ لَا يَقْبَلُ الْعِلَاجَ فَأَحَدُهَا مَنْ كَانَ سُؤَالُهُ وَاعْتِرَاضُهُ عَنْ حَسَدِهِ وَبُغْضِهِ، فَكُلَّمَا تُجِيْبُهُ بِأَحْسَنِ الْجَوَابِ وَأَفْصَحِهِ وَأَوْضَحِهِ فَلَا يَزِيْدُ لَهُ ذٰلِكَ إِلَّا بُغْضًا وَعَدَاوَةً وَحَسَدًا، فَالطَّرِيْقُ أَلَّا تَشْتَغِلَ بِجَوَابِهِ، فَقَدْ قِيْلَ

كُلُّ الْعَدَاوَةِ قَدْ تُرْجٰى إِزَالَتُهَا # إِلَّا عَدَاوَةَ مَنْ عَادَاكَ عَنْ حَسَدٍ

Kemudian, ketahuilah bahwa penyakit kebodohan tergolong atas 4 macam, salah satunya tidak menerima obat dan sisanya bisa menerima obat. Adapun orang yang tidak dapat menerima obat :

Pertama, orang yang pertanyaannya dan pertentangannya karena sifat hasad (dengki) dan amarahnya (emosinya). Setiap kali kamu menjawabnya dengan jawaban yang paling baik, paling fasih, dan paling jelas, maka demikian itu tidak akan bertambah kecuali amarah, permusuhan, dan dengki. Maha jalan keluarnya adalah kamu hendaknya tidak sibuk untuk menjawabnya. Telah dikatakan :

Setiap permusuhan telah diharapkan hilangnya permusuhan itu # Kecuali permusuhan orang yang memusuhimu karena dengki.

فَيَنْبَغِى أَنْ تُعْرِضَ عَنْهُ وَتَتْرُكَهُ مَعَ مَرَضِهِ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالٰى : فَأَعْرِضْ عَمَّنْ تَوَلّٰى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا، وَالْحَسُوْدُ بِكُلِّ مَا يَقُوْلُ وَيَفْعَلُ يُوْقِدُ النَّارَ فِي زَرْعِ عَمَلِهِ، كَمَا قَالَ النَّبِى عَلَيْهِ السَّلَامُ : الْحَسَدُ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

Selayaknya kamu berpaling darinya dan meninggalkannya dengan penyakitnya. Allah Yang Maha Luhur berfirman, "Maka berpalinglah (wahai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi (An-Najm : 29)". Sifat hasad (dengki) dengan setiap apa yang ia katakan dan lakukan, dapat menyalakan api dalam tanaman amalnya, sebagaimana Nabi SAW bersabda, "Sifat hasad (dengki) dapat memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar".

وَالثَّانِى أَنْ تَكُوْنَ عِلَّتُهُ مِنَ الْحَمَاقَةِ وَهُوَ أَيْضًا لَا يَقْبَلُ الْعِلَاجَ، كَمَا قَالَ عِيْسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ : إِنِّيْ مَا عَجَزْتُ عَنْ إِحْيَاءِ الْمَوْتٰى وَقَدْ عَجَزْتُ عَنْ مُعَالَجَةِ الْأَحْمَقِ، وَذٰلِكَ رَجُلٌ يَشْتَغِلُ بِطَلَبِ الْعِلْمِ زَمَنًا قَلِيْلًا وَيَتَعَلَّمُ شَيْئًا مِنَ الْعِلْمِ الْعَقْلِيِّ وَالشَّرْعِيِّ فَيَسْأَلُ وَيَعْتَرِضُ مِنْ حَمَاقَتِهِ عَلَى الْعَالِمِ الْكَبِيْرِ الَّذِيْ مَضَى عُمْرُهُ فِى الْعُلُوْمِ الْعَقْلِيَّةِ وَالشَّرْعِيَّةِ، وَهٰذَا الْأَحْمَقُ لَا يَعْلَمُ وَيَظُنُّ أَنَّ مَا أُشْكِلَ عَلَيْهِ هُوَ أَيْضًا مُشْكِلٌ عَلَى الْعَالِمِ الْكَبِيْرِ، فَإِذَا لَمْ يَعْلَمْ هٰذَا الْقَدْرَ يَكُوْنُ سُؤَالُهُ مِنَ الْحَمَاقَةِ فَيَنْبَغِى أَلَّا تَشْتَغِلَ بِجَوَابِهِ

Kedua, apabila penyakitnya bersumber dari kebodohan dan itu juga tidak dapat menerima obat, sebagaimana Nabi Isa as berkata, "Sesungguhnya aku mampu menghidupkan orang yang sudah mati tetapi aku benar-benar tidak mampu mengobati orang yang bodoh". Demikian itu adalah seseorang yang sibuk menuntut ilmu dalam waktu yang singkat dan mempelajari sedikit ilmu yang bersifat aqli (logika) dan syariat, lalu ia bertanya dan karena kebodohannya ia menentang orang alim besar yang mana umur orang alim itu telah terlewati dalam ilmu-ilmu aqliyah dan syariat. Orang yang bodoh ini tidak mengerti dan menyangka bahwa permasalahan yang berat (musykil) baginya juga berat (musykil) bagi orang alim besar itu. Tatkala ia tidak mengetahui kadar ini maka pertanyaannya bersumber dari kebodohan, selayaknya kamu tidak tersibukkan untuk menjawabnya.

وَالثَّالِثُ أَنْ يَكُوْنَ مُسْتَرْشِدًا وَكُلُّ مَا لَا يَفْهَمُ مِنَ الْكَلَامِ الْأَكَابِرِ يُحْمَلُ عَلٰى قُصُوْرِ فَهْمِهِ وَكَانَ سُؤَالُهُ لِلْإِسْتِفَادَةِ، لَكِنْ يَكُوْنُ بَلِيْدًا لَا يُدْرِكُ الْحَقَائِقَ، فَلَا يَنْبَغِى الْإِشْتِغَالُ بِجَوَابِهِ أَيْضًا كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : نَحْنُ مَعَاشِرَ الْأَنْبِيَاءِ أُمِرْنَا أَنْ نُكَلِّمَ النَّاسَ عَلٰى قَدْرِ عُقُوْلِهِمْ

Ketiga apabila ia adalah orang yang meminta petunjuk (meminta bimbingan) dan setiap perkataan orang-orang alim besar yang tidak ia pahami tertumpu pada pemahamannya yang pendek. Pertanyaannya adalah untuk meminta faidah tetapi ia adalah orang dungu yang tidak menjangkau hakekat, maka tidak selayaknya untu menjawabnya juga, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Kamu golongan para nabi diperintah untuk berbicara (menyampaikan risalah) pada manusia sesuai dengan kadar akal mereka".

وَأَمَّا الْمَرَضُ الَّذِيْ يَقْبَلُ الْعِلَاجَ فَهُوَ أَنْ يَكُوْنَ مُسْتَرْشِدًا عَاقِلًا فَهِمًا لَا يَكُوْنُ مَغْلُوْبَ الْحَسَدِ وَالْغَضَبِ وَحُبِّ الشَّهْوَةِ وَالْجَاهِ وَالْمَالِ وَيَكُوْنُ طَالِبَ الطَّرِيْقِ الْمُسْتَقِيْمِ وَلَمْ يَكُنْ سُؤَالُهُ وَاعْتِرَاضُهُ عَنْ حَسَدٍ وَتَعَنُّتٍ وَامْتِحَانٍ، وَهٰذَا يَقْبَلُ الْعِلَاجَ فَيَجُوْزُ أَنْ تَشْتَغِلَ بِجَوَابِ سُؤَالِهِ بَلْ يَجِبُ عَلَيْكَ إِجَابَتُهُ

Dan adapun penyakit yang dapat menerima obat yaitu apabila ia adalah orang yang meminta petunjuk, berakal, dan faham. Ia tidak dikalahkan oleh sifat hasad, marah, cinta syahwat, cinta kedudukan, dan cinta harta. Ia adalah orang yang mencari jalan yang lurus, pertanyaan dan pertentangannya tidak bersumber dari sifat hasad, keras kepala, dan menguji. Orang ini dapat menerima obat, maka kamu boleh sibuk menjawab pertanyaannya bahkan wajib bagimu menjawabnya.

Wallahu a'lam bis showab.

Baca lebih lanjut : Terjemah Kitab Ayyuhal Walad Bahasa Indonesia.