Ayyuhal Walad - Isi Bagian 11

Ayyuhal Walad - Isi Bagian 11

Terjemah Kitab Ayyuhal Walad Bahasa Indonesia, Bab Isi Bagian 11.

وَالثَّالِثُ - مِمَّا تَدَعُ أَلَّا تُخَالِطَ الْأُمَرَاءَ وَالسَّلَاطِيْنَ وَلَا تَرَاهُمْ لِأَنَّ رُؤْيَتَهُمْ وَمُجَالَسَتَهُمْ وَمُخَالَطَتَهُمْ أٓفَةٌ عَظِيْمَةٌ، وَلَوْ ابْتُلِيْتَ بِهَا دَعْ عَنْكَ مَدْحَهُمْ وَثَنَاءَهُمْ لِأَنَّ اللّٰهَ تَعَالٰى يَغْضَبُ إِذَا مُدِحَ الْفَاسِقُ وَالظَّالِمُ، وَمَنْ دَعَا لِطُوْلِ بَقَائِهِمْ فَقَدْ أَحَبَّ أَنْ يُعْصَى اللّٰهُ فِيْ أَرْضِهِ

[Ketiga] Salah satu perkara yang harus kamu tinggalkan adalah kamu tidak bergaul dengan para pemimpin dan para penguasa, dan tidak melihat mereka, karena sesungguhnya melihat mereka, menemani mereka duduk, dan bergaul dengan mereka terdapat bahaya yang besar. Apabila kamu diuji berada dalam posisi bergaul dengan mereka, maka tinggalkan untuk memuji dan menyanjung mereka, karena sesungguhnya Allah Yang Maha Luhur murka ketika seorang yang fasiq dan dhalim dipuji. Dan barang siapa yang mendoakan agar tetapnya kekuasaan mereka dalam waktu lama maka ia lebih suka bermaksiat kepada Allah di bumi-Nya.

وَالرَّابِعُ - مِمَّا تَدَعُ أَلَّا تَقْبَلَ شَيْئًا مِنْ عَطَاءِ الْأُمَرَاءِ وَهَدَايَاهُمْ وَإِنْ عَلِمْتَ أَنَّهَا مِنْ الْحَلَالِ لِأَنَّ الطَّمَعَ مِنْهُمْ يُفْسِدُ الدِّيْنَ، لِأَنَّهُ يَتَوَلَّدُ مِنْهُ الْمُدَاهَنَةُ وَمُرَاعَاةُ جَانِبِهِمْ وَالْمُوَافَقَةُ فِيْ ظُلْمِهِمْ، وَهٰذَا كُلُّهُ فَسَادٌ فِى الدِّيْنِ، وَأَقَلُّ مَضَرَّتِهِ أَنَّكَ إِذَا قَبِلْتَ عَطَايَاهُمْ وَانْتَفَعْتَ مِنْ دُنْيَاهُمْ أَحْبَبْتَهُمْ وَمَنْ أَحَبَّ أَحَدًا يُحِبُّ طُوْلَ عُمُرِهِ وَبَقَائِهِ بِالضَّرُوْرَةِ وَفِيْ مَحَبَّةِ بَقَاءِ الظَّالِمِ إِرَادَةٌ فِى الظُّلْمِ عَلٰى عِبَادِ اللّٰهِ تَعَالٰى وَإِرَادَةُ خَرَابِ الْعَالَمِ، فَأَيُّ شَيْءٍ يَكُوْنُ أَضَرَّ مِنْ هَذَا لِلدِّيْنِ وَالْعَاقِبَةِ ؟ وَإِيَّاكَ إِيَّاكَ أَنْ يَخْدَعَكَ اِسْتِهْوَاءُ الشَّيَاطِيْنِ أَوْ قَوْلُ بَعْضِ النَّاسِ لَكَ بِأَنَّ الْأَفْضَلَ وَالْأَوْلٰى أَنْ تَأْخُذَ الدِّيْنَارَ وَالدِّرْهَمَ مِنْهُمْ وَتُفَرِّقَهُمَا بَيْنَ الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ فَإِنَّهُمْ يُنْفِقُوْنَ فِى الْفِسْقِ وَالْمَعْصِيَةِ، وَإِنْفَاقُكَ عَلٰى ضُعَفَاءِ النَّاسِ خَيْرٌ مِنْ إِنْفَاقِهِمْ، فَإِنَّ اللَّعِيْنَ قَدْ قَطَعَ أَعْنَاقَ كَثِيْرٍ مِنَ النَّاسِ بِهٰذِهِ الْوَسْوَسَةِ، وَقَدْ ذَكَرْنَاهُ فِيْ إِحْيَاءِ الْعُلُوْمِ فَاطْلُبْهُ ثَمَّةَ

[Keempat] Salah satu perkara yang harus kamu tinggalkan adalah kamu tidak menerima apapun dari pemberian para pemimpin dan hadiah mereka, meskipun kamu mengetahui bahwa pemberian itu dari perkara halal, karena sesungguhnya mengharap dari mereka dapat merusak agama. Karena sesungguhnya dari sifat tamak itu (mengharap pemberian para pemimpin) akan melahirkan penjilat, membela pihak mereka, dan setuju pada kedhaliman, semua ini akan menjadikan kerusakan di dalam agama. Kemadharatan yang paling kecil ketika kamu menerima pemberian mereka dan memperoleh manfaat dari (harta) dunia mereka adalah kamu akan mencintai mereka. Barang siapa yang mencintai seseorang maka ia pun akan menginginkan orang itu umurnya panjang dan tetap dalam kemadharatan (membahayakan). Sedangkan mencintai tetapnya kedhaliman ada sebuah keinginan dalam mendhalimi hamba-hamba Allah Yang Maha Luhur dan keinginan akan kehancuran alam. Manakah sesuatu yang lebih membahayakan daripada hal ini bagi agama dan akhir hayat ?. Maka takutlah takutlah apabila kamu sampai terbujuk oleh pemikat syetan atau ucapan sebagian manusia padamu bahwa "yang lebih utama dan yang lebih pantas adalah menerima dinar dan dirham dari para pemimpin dan membagi-bagikannya di antara orang-orang fakir dan miskin. Sesungguhnya mereka menginfakkan ke dalam kefasikan dan maksiat, sedangkan infakmu pada para kaum dhuafa' manusia lebih baik daripada infak mereka". Sesungguhnya syetan yang dilaknat itu telah memenggal leher banyak manusia dengan godaan (bisikan) ini. Aku telah menjelaskannya di dalam Kitab Ihya Ulumiddin, maka carilah di sana.

وَأَمَّا الْأَرْبَعَةُ الَّتِيْ يَنْبَغِى لَكَ أَنْ تَفْعَلَهَا

Adapun empat perkara yang selayaknya kamu lakukan adalah :

فَالأَوَّلُ - أَنْ تَجْعَلَ مُعَامَلَتَكَ مَعَ اللّٰهِ تَعَالٰى بِحَيْثُ لَوْ عَامَلَ مَعَكَ بِهَا عَبْدُكَ تَرْضٰى بِهَا مِنْهُ وَلَا يَضِيْقُ خَاطِرُكَ عَلَيْهِ وَلَا تَغْضَبُ، وَالَّذِيْ لَا تَرْضٰى لِنَفْسِكَ مِنْ عَبْدِكَ الْمَجَازِيِّ فَلَا تَرْضٰى أَيْضًا لِلّٰهِ تَعَالٰى وَهُوَ سَيِّدُكَ الْحَقِيْقِيُّ

[Yang pertama] hendaklah kamu menjadikan hubunganmu dengan Allah Yang Maha Luhur, seperti jika kamu berhubungan dengan hambamu (bawahanmu), kamu ridlo padanya karena hubungan itu, hatimu tidak terbesit suram terhadapnya (tidak kecewa), dan kamu tidak marah. Sesuatu yang dirimu tidak ridlo dari hambamu (bawahanmu) yang bersifat majaz (1) maka kamu juga tidak ridlo (jika itu diperbuat sama) terhadap Allah Yang Maha Luhur, sedangkan Dia adalah Tuanmu (Majikanmu) yang hakiki.

Catatan (1) :

Bersifat majaz maksudnya adalah hanya sebuah majaz saja, sekedar sebagai asumsi, kiasan, dan perbandingan, bukan yang hamba atau bawahan yang sebenarnya.

وَالثَّانِى - كُلَّمَا عَمِلْتَ بِالنَّاسِ اِجْعَلْهُ كَمَا تَرْضٰى لِنَفْسِكَ مِنْهُمْ لِأَنَّهُ لَا يَكْمُلُ إِيْمَانُ عَبْدٍ حَتّٰى يُحِبَّ لِسَائِرِ النَّاسِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

[Kedua] setiap kali kamu memperlakukan manusia, maka jadikanlah itu sebagaimana kamu bisa ridlo terhadap dirimu sendiri dari mereka, karena sesungguhnya tidaklah sempurna iman seorang hamba sehingga ia mencintai semua manusia sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.

وَالثَّالِثُ - إِذَا قَرَأْتَ الْعِلْمَ أَوْ طَالَعْتَهُ يَنْبَغِى أَنْ يَكُوْنَ عِلْمُكَ يُصْلِحُ قَلْبَكَ وَيُزَكِّى نَفْسَكَ كَمَا لَوْ عَلِمْتَ أَنَّ عُمْرَكَ مَا يَبْقَى غَيْرَ أُسْبُوْعٍ فَبِالضَّرُوْرَةِ لَا تَشْتَغِلُ فِيْهَا بِعِلْمِ الْفِقْهِ وَالْأَخْلَاقِ وَالْأُصُوْلِ وَالْكَلَامِ وَأَمْثَالِهَا، لِأَنَّكَ تَعْلَمُ أَنَّ هٰذِهِ الْعُلُوْمَ لَا تُغْنِيْكَ بَلْ تَشْتَغِلُ بِمُرَاقَبَةِ الْقَلْبِ وَمَعْرِفَةِ صِفَاتِ النَّفْسِ وَالْإِعْرَاضِ عَنْ عَلَائِقِ الدُّنْيَا وَتُزَكِّي نَفْسَكَ عَنِ الْأَخْلَاقِ الذَّمِيْمَةِ وَتَشْتَغِلُ بِمَحَبَّةِ اللّٰهِ تَعَالٰى وَعِبَادَتِهِ وَالْإِتِّصَافِ بِالْأَوْصَافِ الْحَسَنَةِ وَلَا يَمُرُّ عَلٰى عَبْدٍ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ إِلَّا يُمْكِنُ أَنْ يَكُوْنَ مَوْتُهُ فِيْهِ

[Ketiga] ketika kamu mempelajari dan menelaah ilmu, maka selayaknya ilmumu dapat memperbaiki hatimu dan mensucikan dirimu, sebagaimana jika kamu mengetahui bahwa umurmu tidaklah tersisa kecuali hanya seminggu. Maka karena terpaksa, kamu tidak akan tersibukkan di dalamnya dengan ilmu fiqih, akhlaq, ushul fiqih, kalam, dan sebagainya. Karena kamu mengetahui bahwa ilmu-ilmu ini tidak akan memberi manfaat bagimu, tetapi kamu sibuk meneliti hati, mengetahui sifat-sifat diri, dan berpaling dari keterikatan dunia. Kamu harus mensucikan dirimu dari akhlaq yang tercela dan tersibukkan dengan cinta pada Allah Yang Maha Luhur, beribadah kepada-Nya, dan menyifati diri dengan sifat-sifat yang baik. Tidaklah lewat sehari semacam pada seorang hamba kecuali mungkin saja kematiannya ada di dalam hari itu.

أَيُّهَا الْوَلَدُ، إِسْمَعْ مِنِّيْ كَلَامًا أٰخَرَ وَتَفَكَّرْ فِيْهِ حَتّٰى تَجِدَ خَلَاصًا : لَوْ أَنَّكَ أُخْبِرْتَ أَنَّ السُّلْطَانَ بَعْدَ أُسْبُوْعٍ يَجِيْئُكَ زَائِرًا، فَأَنَا أَعْلَمُ أَنَّكَ فِيْ تِلْكَ الْمُدَّةِ لَا تَشْتَغِلُ إِلَّا بِإِصْلَاحِ مَا عَلِمْتَ أَنَّ نَظْرَ السُّلْطَانِ سَيَقَعُ عَلَيْهِ مِنَ الثِّيَابِ وَالْبَدَنِ وَالدَّارِ وَالْفِرَاشِ وَغَيْرِهَا، وَالْآنَ تَفَكَّرْ إِلٰى مَا أَشَرْتُ بِهِ فَإِنَّكَ فَهِمٌ، وَالْكَلَامُ الْفَرْدُ يَكْفِى الكَيِّسَ، قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ : إِنَّ اللّٰهَ لَا يَنْظُرُ إِلٰى صُوَرِكُمْ وَلَا إِلٰى أَعْمَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلٰى قُلُوْبِكُمْ وَنِيَاتِكُمْ، وَإِنْ أَرَدْتَ عِلْمَ أَحْوَالِ الْقَلْبِ فَانْظُرْ إِلَى الْإِحْيَاءِ وَغَيْرِهِ مِنْ مُصَنَّفَاتِيْ، وَهٰذَا الْعِلْمُ فَرْضُ عَيْنٍ وَغَيْرُهُ فَرْضُ كِفَايَةٍ، إِلَّا مِقْدَارَ مَا يُؤَدَّى بِهِ فَرَائِضُ اللّٰهِ تَعَالٰى وَهُوَ يُوَفِّقُكَ حَتّٰى تُحَصِّلَهُ

Wahai anakku, dengarkanlah perkataanku yang lain dan berpikirlah di dalamlah sampai kamu menemukan kebebasan (keselamatan) : Jika kamu diberitahu bahwa seorang penguasa akan datang mengunjungimu setelah satu minggu, maka aku tahu bahwa dalam masa itu kamu tidak akan tersibukkan kecuali untuk memperbaiki sesuatu yang kamu ketahui, bahwa pandangan penguasa itu akan terjatuh (terfokus) pada sesuatu itu, baik pakaian, badan, rumah, tempat tidur, dan lainnya. Sekarang, berpikirlah pada sesuatu yang telah aku isyaratkan karena kamu sudah paham. Satu ungkapan kata sudah mencukupi bagi orang yang cerdas. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk fisik kalian, tidak pada amal-amal perbuatan kalian, tetapi Dia melihat pada hati dan niat kalian". Apabila kamu ingin mengetahui ahwal (keadaan) hati maka lihatlah pada Kitab Ihya Ulumiddin dan lainnya yang termasuk karya-karyaku. Ilmu ini (hukumnya) adalah fardlu ain dan selainnya adalah fardlu kifayah, kecuali sekedar ilmu untuk dapat mengerjakan kewajiban-kewajiban dari Allah Yang Maha Luhur dan Dialah yang memberikanmu pertolongan sehingga kamu dapat menghasilkannya (mencapainya).

وَالرَّابِعُ - أَلَّا تَجْمَعَ مِنَ الدُّنْيَا أَكْثَرَ مِنْ كِفَايَةِ سَنَةٍ، كَمَا كَانَ رَسُوْلُ اللّٰهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ يُعِدُّ ذٰلِكَ لِبَعْضِ حُجُرَاتِهِ وَقَالَ : اللّٰهُمَّ اجْعَلْ قُوْتَ آلِ مُحَمَّدٍ كَفَافًا، وَلَمْ يَكُنْ يُعِدُّ ذٰلِكَ لِكُلِّ حُجُرَاتِهِ بَلْ كَانَ يُعِدُّهُ لِمَنْ عَلِمَ أَنَّ فِيْ قَلْبِهَا ضَعْفًا، وَأَمَّا مَنْ كَانَتْ صَاحِبَةَ يَقِيْنٍ فَمَا كَانَ يُعِدُّ لَهَا أَكْثَرَ مِنْ قُوْتِ يَوْمٍ أَوْ نِصْفٍ

[Keempat] Kamu seharusnya tidak mengumpulkan dunia lebih banyak daripada (melebihi) kecukupan dalam masa setahun. Sebagaimana Rasulullah SAW menyiapkan kebutuhan setahun itu bagi sebagian istri-istri Beliau. Beliau berdoa, "Ya Allah, jadikanlah kebutuhan makanan pokok keluarga (Nabi) Muhammad tercukupi". Beliau tidak menyiapkan itu (kebutuhan pokok selama setahun) bagi setiap istri-istri Beliau, tetapi menyiapkannya bagi istri yang diketahui bahwa di dalam hatinya masih lemah. Adapun istri yang memiliki keyakinan (kuat) maka Beliau tidak menyiapkannya lebih banyak daripada (melebihi) kebutuhan pokok sehari atau setengah hari.

Wallahu a'lam bis showab.

Baca lebih lanjut : Terjemah Kitab Ayyuhal Walad Bahasa Indonesia.