Ayyuhal Walad - Isi Bagian 8

Ayyuhal Walad - Isi Bagian 8

Terjemah Kitab Ayyuhal Walad Bahasa Indonesia, Bab Isi Bagian 8.

ثُمَّ اعْلَمْ أَنَّ التَّصَوُّفَ لَهُ خَصْلَتَانِ : الْإِسْتِقَامَةُ مَعَ اللّٰهِ تَعَالٰى وَالسُّكُوْنُ عَنِ الخَلْقِ، فَمَنْ اسْتَقَامَ مَعَ اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ وَأَحْسَنَ خُلُقَهُ مَعَ النَّاسِ وَعَامَلَهُمْ بِالْحِلْمِ فَهُوَ صُوْفِيٌّ، وَالْإِسْتِقَامَةُ أَنْ يَفْدِيَ حَظَّ نَفْسِهِ عَلٰى أَمْرِ اللّٰهِ تَعَالٰى، وَحُسْنُ الْخُلُقِ مَعَ النَّاسِ أَنْ لَا تَحْمِلَ النَّاسَ عَلٰى مُرَادِ نَفْسِكَ بَلْ تَحْمِلَ نَفْسَكَ عَلٰى مُرَادِهِمْ مَا لَمْ يُخَالِفُوْا الشَّرْعَ

Kemudian ketahuilah bahwa tasawuf memiliki 2 karakter, yaitu istiqomah terhadap Allah Yang Maha Luhur dan tenang (tentram) dari makhluk. Lalu barang siapa yang beristiqomah terhadap Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung, memperbaiki akhlaqnya terhadap manusia, dan berinteraksi dengan mereka, maka dia adalah seorang sufi. Istiqomah adalah apabila seseorang menebus jatah dirinya sendiri (mengorbankan kepentingan diri sendiri) untuk melakukan perintah Allah Yang Maha Luhur. Berakhlaq yang baik terhadap manusia adalah apabila kamu tidak membawa (memaksa) manusia pada keinginan dirimu sendiri, tetapi membawa dirimu pada keinginan mereka selama mereka tidak bertentangan dengan syariat.

ثُمَّ إِنَّكَ سَأَلْتَنِيْ عَنِ الْعُبُوْدِيَّةِ وَهِيَ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ : أَحَدُهَا مُحَافَظَةُ أَمْرِ الشَّرْعِ وَثَانِيْهَا الرِّضَاءُ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَقِسْمَةِ اللّٰهِ تَعَالٰى وَثَالِثُهَا تَرْكُ رِضَاءِ نَفْسِكَ فِيْ طَلَبِ رِضَاءِ اللّٰهِ تَعَالٰى

Kemudian kamu bertanya padaku tentang ubudiyyah (ibadah), yaitu ada tiga macam : pertama adalah menjaga perintah syariat, kedua adalah ridlo dengan qadla, qadar, dan pembagian Allah SWT, dan ketiga adalah meninggalkan ridlo dirimu sendiri demi mencari ridlo Allah Yang Maha Luhur.

وَسَأَلْتَنِيْ عَنِ التَّوَكُّلِ وَهُوَ أَنْ تَسْتَحْكِمَ اعْتِقَادَكَ بِاللّٰهِ تَعَالٰى فِيْمَا وَعَدَ، يَعْنِى تَعْتَقِدُ أَنَّ مَا قُدِّرَ لَكَ سَيَصِلُ إِلَيْكَ لَا مَحَالَةَ وَإِنِ اجْتَهَدَ كُلُّ مَنْ فِى الْعَالَمِ عَلٰى صَرْفِهِ عَنْكَ، وَمَا لَمْ يُكْتَبْ لَنْ يَصِلَ إِلَيْكَ وَإِنْ سَاعَدَكَ جَمِيْعُ الْعَالَمِ

Kamu bertanya padaku tentang tawakkal, yaitu memperkokoh keyakinanmu kepada Allah Yang Maha Luhur dalam apapun yang telah Dia janjikan. Yakni kamu meyakini bahwa apapun yang telah ditakdirkan untukmu akan sampai padamu secara pasti, meskipun semua orang di dalam alam berusaha menyingkirkannya darimu dan apapun yang tidak dicatat bahwa ia untukmu maka ia tidak akan sampai padamu meskipun seluruh alam membantumu.

وَسَأَلْتَنِيْ عَنِ الْإِخْلَاصِ وَهُوَ أَنْ تَكُوْنَ أَعْمَالُكَ كُلُّهَا لِلّٰهِ تَعَالٰى وَلَا يَرْتَاحَ قَلْبُكَ بِمَحَامِدِ النَّاسِ وَلَا تُبَالِيَ بِمَذَمَّتِهِمْ، وَاعْلَمْ أَنَّ الرِّيَاءَ يَتَوَلَّدُ مِنْ تَعْظِيْمِ الخَلْقِ وَعِلَاجُهُ أَنْ تَرَاهُمْ مُسَخَّرِيْنَ تَحْتَ القُدْرَةِ وَتَحْسَبَهُمْ كَالْجَمَادَاتِ فِيْ عَدَمِ قُدْرَةِ إِيْصَالِ الرَّاحَةِ وَالْمَشَقَّةِ لِتَخْلُصَ مِنْ مُرَاءَاتِهِمْ وَمَتَى تَحْسَبُهُمْ ذَوِى قُدْرَةٍ وَإِرَادَةٍ لَنْ يَبْعُدَ عَنْكَ الرِّيَاءُ

Kamu bertanya padaku tentang ikhlas, yaitu apabila semua amal-amal perbuatanmu hanya untuk Allah Yang Maha Luhur, kamu tidak merasa senang dengan pujian manusia dan kamu tidak peduli dengan celaan mereka. Ketahuilah bahwa sifat riya dapat lahir dari mengagungkan makhluk (1). Obatnya adalah apabila kamu dapat melihat mereka tertunduk di bawah kekuasaan Allah dan kamu menganggap mereka seperti benda-benda padat yang tidak memiliki kuasa memberikan kenyamanan dan penderitaan agar kamu dapat terbebas dari perbuatan riya terhadap mereka. Dan kapanpun kamu menganggap mereka memiliki kekuasaan dan kehendak, maka sifat riya tidak akan menjauh darimu.

Catatan (1) :

Maksudnya adalah sifat riya dapat muncul karena kamu merasa bahwa kamu akan memperoleh nilai agung dalam pandangan manusia.

أَيُّهَا الْوَلَدُ، وَالْبَاقِى مِنْ مَسَائِلِكَ بَعْضُهَا مَسْطُوْرٌ فِيْ مُصَنَّفَاتِيْ فَاطْلُبْهُ ثَمَّةَ وَكِتَابَةُ بَعْضِهَا حَرَامٌ، إِعْمَلْ أَنْتَ بِمَا تَعْلَمُ لِيَنْكَشِفَ لَكَ مَا لَمْ تَعْلَمْ

Wahai anakku, sisa dari masalahmu, sebagiannya sudah tertulis di dalam karya-karyaku, carilah di dalam sana dan menulis (jawaban) sebagian masalahmu yang lain adalah haram. Amalkanlah apapun yang kamu ketahui agar terbukalah bagimu apa yang belum kamu ketahui.

أَيُّهَا الْوَلَدُ، بَعْدَ الْيَوْمِ لَا تَسْأَلْنِيْ مَا أُشْكِلَ عَلَيْكَ إِلَّا بِلِسَانِ الْجَنَانِ لِقَوْلِهِ تَعَالٰى : وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوْا حَتّٰى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ، وَاقْبَلْ نَصِيْحَةَ الْخَضِرِ عَلَيْهِ السَّلَامُ حِيْنَ قَالَ : فَلَا تَسْأَلْنِيْ عَنْ شَيْءٍ حَتّٰى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا، وَلَا تَسْتَعْجِلْ حَتّٰى تَبْلُغَ أَوَانَهُ فَيَنْكَشِفَ لَكَ وَتَرَاهُ : سَأُرِيْكُمْ آيَاتِيْ فَلَا تَسْتَعْجِلُوْنَ، فَلَا تَسْأَلْنِيْ قَبْلَ الْوَقْتِ وَتَيَقَّنْ أَنَّكَ لَا تَصِلُ إِلَّا بِالسَّيْرِ لِقَوْلِهِ تَعَالٰى : أَوَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوْا

Wahai anakku, setelah hari ini, janganlah kamu bertanya padaku mengenai sesuatu yang terasa berat bagimu kecuali dengan bahasa hati, sesuai dengan Firman Allah Yang Maha Luhur, "Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka sesungguhnya itu lebih baik bagi mereka (Al-Hujurat : 5)". Terimalah nasehat Nabi Khidzir as ketika beliau berkata, "Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu (Al-Kahfi : 70)". Jangan tergesa-gesa sehingga kamu sampai pada waktu yang tepat, lalu sesuatu itu akan tersingkap bagiku dan kamu akan melihatnya, "Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera (Al-Anbiya : 37)". Jangan bertanya padaku sebelum waktunya dan yakinlah bahwa kamu tidak akan bisa sampai kecuali dengan melakukan perjalanan spiritual, sesuai dengan Firman Allah Yang Maha Luhur, "Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan .... (Ar-Rum : 9)".

أَيُّهَا الْوَلَدُ، بِاللّٰهِ إِنْ تَسِرْ تَرَ الْعَجَائِبَ فِيْ كُلِّ مَنْزِلٍ وَابْذُلْ رُوْحَكَ فَإِنَّ رَأْسَ هٰذَا الْأَمْرِ بَذْلُ الرُّوْحِ كَمَا قَالَ ذُو النُّوْنِ الْمِصْرِى رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالٰى لِأَحَدِ تَلَامِذَتِهِ : إِنْ قَدَرْتَ عَلٰى بَذْلِ الرُّوْحِ فَتَعَالَ وَإِلَّا فَلَا تَشْتَغِلْ بِتُرَّهَاتِ الصُّوْفِيَّةِ

Wahai anakku, demi Allah, apabila kamu mau melakukan perjalanan spiritual maka kamu akan melihat keajaiban-keajaiban di setiap tempat dan serahkan ruhmu karena sesungguhnya pokok perkara ini adalah menyerahkan ruh, sebagaimana Syekh Dzun Nun Al-Mishri ra berkata pada salah satu dari murid-muridnya, "Jika kamu mampu menyerahkan ruhmu, maka datanglah ke sini. Jika tidak maka janganlah tersibukkan dengan bualan orang-orang sufi".

Wallahu a'lam bis showab.

Baca lebih lanjut : Terjemah Kitab Ayyuhal Walad Bahasa Indonesia.