Mintahul Mughits - (21) Meriwayatkan Hadits Dengan Makna, Adab Guru dan Murid

Mintahul Mughits - (21) Meriwayatkan Hadits Dengan Makna, Adab Guru dan Murid

Terjemah Kitab Minhatul Mughits Bahasa Indonesia, Bab Meriwayatkan Hadits Dengan Makna dan Bab Adab Guru dan Murid.

MERIWAYATKAN HADITS DENGAN MAKNA
Meriwayatkan hadits dengan makna yaitu jika seorang rawi mengubah lafadz hadits dengan suatu arah dari beberapa arah lainnya, bukan maknanya. Pendapat yang shahih menjelaskan bahwa hal itu diperbolehkan bagi orang alim yang tidak menyimpang sedikit pun dari maksud (makna) hadits, karena kepandaiannya dan kuatnya cara mengolah di dalam perkataannya.

ADAB GURU DAN MURID
Adapun adab guru dan murid, maka adab yang terkait keduanya adalah :
  1. Niat yang shahih (baik dan benar)
  2. Memperbaiki akhlaq
  3. Bersuci (menjauhkan diri) dari tujuan-tujuan duniawi
Adab guru (rawi yang menyampaikan riwayat hadits) secara individu :
  1. Menjadi sosok yang didengar ketika hal itu dibutuhkan
  2. Tidak meriwayatkan hadits di dalam suatu negara (kota) yang mana di dalamnya terdapat seorang rawi yang lebih berhak meriwayatkan hadits, tetapi menunjukkan kepada rawi itu (maksudnya adalah jika orang di negara atau kota itu ingin menerima riwayat darinya, dia hendaknya menyarankan untuk menerima riwayat dari rawi tersebut).
  3. Tidak meninggalkan seseorang yang ingin mendengar hadits darinya karena niat yang rusak
  4. Bersuci
  5. Duduk dengan waqar (yaitu duduk dengan tenang dan santai saat menyampaikan hadits)
  6. Tidak meriwayatkan hadits dengan berdiri
  7. Tidak tergesa-gesa
  8. Tidak meriwayatkan hadits di jalan, kecuali jika terpaksa karena hal itu
  9. Menahan (tidak melanjutkan) meriwayatkan hadits ketika dia khawatir terjadi perubahan atau lupa, baik karena sakit atau pikun
  10. Memiliki penulis yang cermat, apabila dia membuka sebuah majlis untuk mendikte hadits

Adab murid (rawi yang menerima riwayat hadits) secara individu :
  1. Membuat gurunya bersikap waqar (tidak tergesa-gesa, harus menunggu gutu tenang dan santai)
  2. Tidak meninggalkan untuk tetap mengambil faidah, baik karena malu atau sombong
  3. Menulis apa yang ia dengar secara sempurna
  4. Memperhatikan batasan dan hafalannya
  5. Selalu mengingat-ingat apa yang dihafalkannya
  6. Menunjukkan rawi lain atas apa yang telah ia dengar
  7. Berhenti pada batas pengetahuannya (tidak melanjutkan untuk membicarakan apa yang belum diketahui olehnya).
Catatan Kaki :
Penyusunan kitab ini selesai pada Malam Kamis tanggal 6 Bulan Jumadil Akhir Tahun 1338 Hijriyyah. Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam, semoga rohmat ta'dhim dan kesejahteraan senantiasa terlimpahkan kepada baginda kita, Nabi Muhammad SAW, penutup para nabi dan para rasul, serta keluarga beliau, para sahabat beliau, dan para tabi'in.

Wallahu a'lam bis showab.