Al-Mawaidzul Ushfuriyah - Hadits 22, Keutamaan Susahnya Mencari Rizki Keluarga

Al-Mawaidzul Ushfuriyah - Hadits 22, Keutamaan Susahnya Mencari Rizki Keluarga

Dari Said bin Musayyab ra berkata, pada suatu hari Kholifah Ali bin Abi Thalib keluar dari rumah, lalu Sahabat Salman Al-Farisi ra berpapasan dengannya. Kholifah Ali bertanya padanya, "Bagaimana keadaanmu pagi ini wahai Abu Abdillah ?". 

Sahabat Salman Al-Farisi menjawab, "Pagi ini aku berada di antara 4 kesusahan wahai pemimpin orang-orang mukmin".

Kholifah Ali bin Abi Thalib bertanya, "Apa itu ? semoga Allah Yang Maha Luhur merahmatimu". 

Sahabat Salman Al-Farisi menjawab, "Susah terhadap keluarga yang menuntut roti (makan), susah terhadap Sang Pencipta yang memerintahkanku untuk ta'at, susah terhadap syetan yang memerintahkanku untuk bermaksiat, dan susah terhadap Malaikat Maut yang mencari (menanti) ruhku".

Kholifah Ali bin Abi Thalib berkata : Bergembiralah wahai Abu Abdillah, karena sesungguhnya di dalam setiap perkara itu ada derajatnya (derajat luhur). Sesungguhnya aku pernah masuk menemui Rasulullah SAW pada suatu hari. 

Beliau bertanya, "Bagaimana keadaanmu pagi ini wahai Ali ?". 

Aku pun menjawab, "Wahai Rasulullah, (aku berada) di dalam 4 kesusahan, yaitu tiada di dalam rumahku selain air dan sesungguhnya aku bersusah hati atas keadaan anak-anakku, susah terhadap taat kepada Sang Pencipta, susah terhadap akhir buruk (su'ul khatimah), dan susah terhadap Malaikat Maut".

Lalu Nabi SAW berkata, "Bergembiralah wahai Ali, karena sesungguhnya susah terhadap keluarga adalah tutup dari neraka, susah terhadap taat kepada Sang Pencipta adalah menjadikan aman dari siksa, susah terhadap akhir buruk (su'ul khatimah) adalah jihad dan jihad lebih utama daripada ibadah 60 tahun, dan susah terhadap Malaikat Maut adalah penglebur semua dosa-dosa. Ketahuilah wahai Ali, sesungguhnya rizki hamba-hamba ada di atas kekuasaan Allah Yang Maha Luhur sedangkan kesusahanmu tidak akan memberi madharat dan tidak akan memberimu manfaat kecuali kamu akan diberi pahala atas itu. Jadilah orang yang syukur, ta'at, dan berpasrah diri, maka kamu akan menjadi teman-teman Allah Yang Maha Luhur (orang-orang yang dekat dengan Allah SWT)".

Aku bertanya, "Pada sesuatu manakah aku akan bersyukur kepada Allah Yang Maha Luhur ?". Rasulullah SAW menjawab, "Pada agama Islam".

Kholifah Ali bin Abi Thalib berkata, aku bertanya, "Pada sesuatu manakah aku akan taat ?". Rasulullah SAW menjawab, "Katakan :

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ الْعلِيِّ الْعَظِيْمِ

"Tiada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah Yang Maha Luhur lagi Maha Agung".

Aku bertanya, "Pada sesuatu manakah aku akan meninggalkan ?". Rasululla SAW menjawab, "Ghadhab (marah), karena sesungguhnya itu dapat mematikan murka Tuhan Agunglah Keagungan-Nya, memberatkan timbangan amal kebaikan, dan menuntun menuju surga".

Sahabat Salman Al-Farisi ra berkata, "Semoga Allah menambahkan kemuliaan padamu, karena sesungguhnya aku bersusah hati karena perkara-perkara ini, khususnya sebab keluarga".

Kholifah Ali bin Abi Thalib berkata, "Wahai Sahabat Salman Al-Farisi, aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang tidak prihatin (bersusah hati) pada urusan keluarga, maka tiada baginya bagian di dalam surga".

Sahabat Salman Al-Farisi bertanya, "Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda : Pemilik keluarga tidak akan beruntung selamanya ?".

Kholifah Ali bin Abi Thalib menjawab, "Wahai Sahabat Salman Al-Farisi ra, bukan seperti demikian, jika pekerjaanmu dari perkara halal maka kamu beruntung wahai Sahabat Salman. Surga rindu pada orang-orang yang prihatin dan bersusah hati mencari perkara halal".

______________________

Berdasarkan hadits di atas ada sebuah hikayah, Sahabat Ali bin Abi Thalib berkata, datanglah seseorang kepada Nabi SAW lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah, aku telah bermaksiat maka sucikanlah aku ?".

Rasulullah SAW bertanya, "Apa maksiatmu ?". Orang itu menjawab, "Aku malu untuk mengatakannya".

Lalu Rasulullah SAW berkata, "Apakah kamu malu kepadaku untuk memberitahuku dosamu, dan mengapa kamu tidak malu kepada Allah Yang Maha Luhur sedangkan Dia melihatmu ?. Berdirilah lalu keluarlah dari hadapanku sehingga api neraka tidak akan turun kepada kami".

Orang itu pun keluar dalam keadaan merugi, putus asa, dan menangis dari hadapan Rasulullah SAW. 

Turunlah Malaikat Jibril dan berkata, "Wahai Nabi Muhammad, mengapa kamu membuat putus asa orang yang bermaksiat yang mana ia memiliki penglebur dosa baginya ?".

Rasulullah SAW pun bertanya, "Apa pengelebur dosanya ?"

Malaikat Jibril menjawab, "Orang itu mempunyai bocah yang masih kecil. Tatkala ia masuk ke dalam rumahnya, bocah itu menyambutnya lalu ia memberikan sesuatu kepadanya, baik beberapa makanan atau sesuatu yang membuatnya senang. Tatkala bocah itu merasa senang, maka rasa senang itu adalah penglebur dosa bagi orang itu".

______________________

Maka diketahui bahwa menyenangkan anak-anak kamu semua adalah penglebur atas dosa-dosa dan penyelamat dari neraka. Sebagaimana Allah Yang Maha Luhur berfirman :

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَاللّٰهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيْمٌ

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar" (At-Taghabun : 15).

Wallahu a'lam bis showab.

Baca lebih lengkap : Terjemah Kitab Al-Mawaidzul Ushfuriyah Bahasa Indonesia.