Irsyadul Ibad - Pendahuluan dan Bab Iman
Terjemah Kitab Irsyadul Ibad Bahasa Indonesia, Bab Pendahuluan dan Bab Iman.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji hanya bagi Allah yang telah menuntun kita untuk tetap taat kepada-Nya dan mencegah kita dari bermaksiat pada-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dengan menetapkan keesaan-Nya dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah dengan mengakui kenabiaannya.
Rahmat ta'dhim dan kesejahteraan semoga terlimpahkan kepada orang (Nabi Muhammad) yang telah diutus Allah untuk menuntun hamba-hamba, juga kepada keluarga dan sahabat Beliau yang telah memperoleh hidayah ke jalan petunjuk.
[Adapun sesudah itu] maka ini adalah kitab yang telah aku ambil (kutip) dari 2 kitab, yaitu Kitab Az-Zawajir dan Kitab Mursyidut Thullab, karya dua guru dari guru-gurunya islam dan dua tokoh ulama' yang begitu alim, yaitu guru kami Syekh Syihabuddin Ahmad bin Hajar Al-Haitsami ra dan kakek kami Syekh Zainuddin bin Ali Al-Ma'bari ra, semoga Allah mengumpulkan kita ke dalam golongan mereka berdua.
Aku menambahkan di dalam kitab itu dengan sesuatu yang mudah, baik berupa hadits, permasalahan fiqih, nasehat, dan kisah. Aku menamai kitab ini dengan nama "Kitab Irsyadul Ibad ala Sabilir Rasyad" (menuntun/menunjukkan hamba-hamba ke jalan petunjuk), dengan harapan kepada Allah agar Dia menuntunku dan semua hamba dengan kitab ini menuju rumah (surga) kekekalan, sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Imam Syakhani, yaitu Imam Bukhari dan Imam Muslim, meriwayatkan dari Sahabat Umar bin Khattab ra berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلٰى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
"Sesungguhnya sempurnanya amal-amal perbuatan itu tergantung dengan niatnya. Dan sesungguhnya setiap seseorang (akan dibalas) sesuai apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya itu pada (akan memperoleh ridlo) Allah dan rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya untuk dunia yang akan ia dapatkan atau wanita yang akan ia nikahi, maka hijrahnya itu hanya pada apa yang ia hijrahi".
BAB IMAN
Allah Yang Maha Luhur berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا - أي وحّدوا - رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ - عقابه - الَّذِيْ جَعَلَ - أي خلق - لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا - أي بساطا يفترش - وَالسَّمَاءَ بِنَاءً - سقفا - وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ - أنواع - الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ أَنْدَادًا - أي شركاء فى العبادة - وَأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ - أنه الخالق ولا يخلقون ولا يكون إلها إلا من يخلق، وقال تعالى - وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهِ فَإِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِيْنَ سَعِيْرًا - أي نارا شديدة
(Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menjadikanmu) yaitu menciptakanmu (dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa) takut pada siksanya (Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu) yaitu hamparan yang dapat kamu jadikan tempat tidur) dan langit sebagai bangunan) yaitu atap (dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu) bermacam-macam (buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah) yaitu sekutu dalam beribadah (padahal kamu mengetahui) bahwa Dia adalah Sang Pencipta, sekutu-sekutu itu tidaklah dapat menciptakan, dan tidaklah ada tuhan kecuali Dzat yang menciptakan. [Surat Al-Baqarah : 21-22] Dan Allah Yang Maha Luhur berfirman
(Dan barang siapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang bernyala-nyala) yaitu api yang sangat panas [Surat Al-Fath : 13].
_____________________
Imam Muslim mengeluarkan riwayat, dari Sahabat Umar bin Khattab ra berkata, ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW pada suatu hari, tiba-tiba muncullah di hadapan kami seseorang yang sangat putih pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak terlihat bekas perjalanan padanya dan tiada satupun dari kami yang mengenalnya, sampai orang itu duduk di samping Nabi SAW lalu menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi SAW, ia meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pinggang Nabi SAW dan bertanya, "Wahai Muhammad, ceritakan padaku tentang islam !".
Rasulullah SAW pun menjawab, "Islam adalah apabila kamu bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa di Bulan Ramadhan, dan menunaikan haji di Baitullah (Ka'bah) jika kamu mampu pergi ke sana".
Orang itu pun menjawab, "Kamu benar". Perawi berkata, kami pun terheran-heran padanya, ia bertanya pada Nabi SAW dan membenarkannya. Orang itu bertanya, "Ceritakan padaku tentang iman !".
Nabi SAW pun menjawab,"Iman adalah apabila kamu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk [berasal dari Allah Yang Maha Luhur]".
Orang itu menjawab, "Kamu benar". Ia bertanya, "Ceritakan padaku tentang ihsan !".
Nabi SAW menjawab, "Ihsan adalah apabila kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu".
Orang itu bertanya, "Ceritakan padaku tentang hari kiamat !" [yaitu tentang waktu terwujudnya hari kiamat].
Nabi menjawab, "Tidaklah orang yang ditanya tentang hari kiamat lebih mengetahui daripada orang yang bertanya".
Orang itu bertanya, "Lalu ceritakan padaku tentang tanda-tanda hari kiamat !".
Nabi SAW menjawab, "Apabila ada budak wanita yang melahirkan majikannya [yaitu tuannya, yakni banyaknya pembangkangan anak-anak pada ibu mereka, lalu mereka memperkerjakan ibu mereka seperti tuan yang memperkerjakan budaknya, baik berupa menghina maupun mencaci]. Apabila kamu melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, orang-orang yang telanjang, orang-orang fakir, para pengembala kambing yang berlomba-lomba membangun gedung-gedung [yakni orang-orang yang rendahan menjadi seperti raja]".
Kemudian orang itu pergi, aku (Sahabat Umar) pun terdiam lama [yaitu waktu yang lama]. Kemudian Nabi SAW bertanya, "Wahai Umar, apakah kamu tahu siapakah orang yang bertanya itu ?".
Aku menjawab, "Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui".
Nabi SAW berkata, "Sesungguhnya orang itu adalah Malaikat Jibril yang datang pada kalian untuk mengajarkan agama pada kalian".
_____________________
Imam At-Taju As-Subki mengatakan, "Islam adalah amal-amal perbuatan anggota badan dan tidak dapat diibrahkan (tidak sah) kecuali dengan iman. Sedangkan iman adalah membenarkan dalam hati dan tidak bisa diibrahkan (tidak sah) kecuali dengan melafadzkannya melalui 2 kalimat syahadat".
Imam An-Nawawi menukil pendapat di dalam Syarah Muslim, "Para ahlus sunnah, ahli hadits, ahli fikih, dan ahli ilmu kalam bersepakat bahwa orang yang beriman dengan hatinya dan tidak mengucapkan dengan lisannya, padahal ia mampu mengucapkannya, maka ia akan abadi berada di dalam nereka" - selesai.
_____________________
[Ketahuilah] bahwa disyaratkan di dalam masuk islamnya setiap orang kafir yaitu melafadzkan dengan 2 kalimat syahadat, tidak (disyaratkan) mengucapkan kalimat "Aku bersaksi". Menurut qaul yang lebih jelas, sudah cukup dengan lafadz "Tiada tuhan selain Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah". Dan pendapat ini merupakan kesimpulan pendapat dalam Kitab Ar-Raudlah (karya Imam An-Nawawi).
Tetapi, pendapat yang dipegang (pendapat kuat atau muktamad) oleh sebagian ulama' muta'akhirin yaitu mensyaratkan kalimat "Aku bersaksi" dan pendapat ini merupakan kesimpulan pendapat dalam Kitab Al-Ubab. Menurut pendapat ini, jikalau seseorang (yang masuk islam) mengatakan, "Aku mengetahui (Aku mengetahui bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku mengetahui bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah)" atau menjatuhkan keduanya (tidak dengan 2 kalimat "aku bersaksi atau aku mengetahui"), lalu orang itu (yang akan masuk islam) berkata, "Tiada tuhan selain Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah" maka ia tidak menjadi seorang muslim.
Dan sebagian imam memiliki pendapat yang ketiga, yaitu mensyaratkan kalimat "Aku bersaksi" atau kalimat yang semacamnya seperti kalimat "Aku mengetahui".
(Karena adanya 3 perbedaan pendapat ini) maka selayaknya bagi setiap orang yang mau masuk islam untuk berhati-hati (yaitu) dengan mengucapkan "Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah".
Makna kalimat "Aku bersaksi" adalah aku mengetahui dan aku menjelaskan. Dan disyaratkan kedua syahadat berurutan, maka tidaklah sah iman kepada Nabi Muhammad sebelum iman kepada Allah. Tidak (disyaratkan) secara beruntun dan tidak (disyaratkan) dengan bahasa Arab, meskipun ia menggunakan bahasa Arab dengan baik, tetapi disyaratkan memahami makna apa yang dilafadzkan, yaitu tiada yang disembah secara hak dalam wujudnya kecuali Allah yang Maha Esa sebagai Tuhan.
Orang musyrik (yang akan kembali ke islam) hendaknya menambahi kalimat (setelah membaca syahadat), "Aku mengkafiri (mengingkari) atas apa yang telah aku sekutukan dan aku terbebas (terlepas) dari setiap agama yang bertentangan dengan agama islam". Jadi, orang musyrik itu masih belum menjadi mukmin sampai ia mengumpulkan (mengucapkan) 2 kalimat syahadat. Demikian itu sebagaimana di dalam Kitab Ar-Raudlah dan Kitab Al-Ubab. Dan ada pendapat yang mengatakan bahwa penambahan itu tidak wajib.
_____________________
[Ketahuilah] bahwa iman kepada Allah adalah meyakini bahwa Dia adalah Tuhan yang Esa, tidak ada padanan bagi-Nya di dalam dzat dan sifat-Nya, tiada sekutu bagi-Nya dalam ketuhanan-Nya. Dan uluhiyyah itu (ketuhanan-Nya) adalah berhak untuk disembah. Dia bersifat qadim yang tiada permulaan bagi wujud-Nya, bersifat kekal yang tiada akhir bagi keabadian-Nya.
Iman kepada para malaikat adalah meyakini bahwa mereka adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka tidak bermaksiat kepada Allah atas apa yang telah Allah perintahkan kepada mereka, melakukan apa yang telah diperintahkan kepada mereka, dan mereka benar di dalam apa yang mereka beritakan.
Iman kepada kitab-kitab Allah adalah meyakini bahwa kitab-kitab itu adalah kalamullah (firman Allah SWT) yang bersifat azali, berdiri sendiri dengan Dzat-Nya, lagi disucikan dari huruf dan suara. Dan setiap apa yang terkandung di dalamnya adalah hak (benar dan pasti). Dan sesungguhnya Allah Yang Maha Luhur menurunkannya kepada sebagian rasul-rasul-Nya dengan lafadz-lafadz yang bersifat huduts (baru), baik melalui kertas-kertas ataupun melalui lisan malaikat
Iman kepada para rasul adalah meyakini bahwa Allah telah mengutus mereka kepada makhluk, Dia membersihkan mereka dari setiap kecacatan dan kekurangan. Mereka adalah hamba-hamba yang maksum (terjaga) dari dosa-dosa kecil dan dosa-dosa besar, baik sebelum kenabian maupun sesudahnya.
Iman kepada hari akhir, yaitu mulai dari kematian sampai kejadian akhir yang terjadi (akhirat), adalah meyakini wujudnya (pasti terjadi) dan apa yang meliputinya, baik pertanyaan 2 malaikat (Munkar dan Nakir), nikmat kubur dan siksanya, hari ba'ats (dibangkitkan di hari kiamat), hari pembalasan amal perbuatan, hisab (diperhitungkannya amal perbuatan), mizan (timbangan amal), shirath (titian atau jembatan menuju surga), surga, maupun neraka.
Iman kepada qadar adalah meyakini bahwa apa yang telah ditakdirkan oleh Allah di dalam azali pasti akan terjadi dan apa yang tidak ditakdirkan mustahil akan terjadi. Dan sesungguhnya Allah Yang Maha Luhur telah menakdirkan kebaikan dan keburukan sebelum Dia menciptakan makhluk. Dan seluruh alam berjalan sesuai dengan qadla' dan qadar-Nya.
_____________________
Imam Ahmad bin Hambali dan Iman Hakim mengeluarkan riwayat dari Sahabat Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda :
جَدِّدُوْا إِيْمَانَكُمْ قِيْلَ وَكَيْفَ نُجَدِّدُ اِيْمَانَنَا یَا رَسُوْلَ الله ؟ قَالَ أَكْثِرُوْا مِنْ قَوْلِ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهِ
"Perbaruilah iman kalian. Para sahabat bertanya, "Bagimana kami akan memperbarui iman kami, wahai Rasulullah ?". Rasulullah menjawab, "Perbanyaklah mengucapkan la ilaha illallah"".
Iman Syaikhani (Bukhari dan Muslim) mengeluarkan riwayat dari Sahabat Utsman bin Malik :
إِنَّ اللّٰهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ يَبْتَغِى بِذٰلِكَ وَجْهَ اللّٰهِ
"Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan "Lailaha illallah" yang mana ia mencari dzat (ridlo) Allah dengan ucapan itu".
Iman Ibnu Asakir mengeluarkan riwayat dari Sahabat Ali bin Abi Thalib ra, dari Nabi SAW :
حَدَّثَنِيْ جِبْرِيْلُ قَالَ يَقُوْلُ اللّٰهُ تَعَالٰى لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ حِصْنِيْ فَمَنْ دَخَلَهُ اَمِنَ مِنْ عَذَابِيْ
"Malaikat Jibril menceritakan padaku, Allah Yang Maha Luhur berfirman : Kalimat la ilaha illallah adalah benteng-Ku. Barang siapa yang memasukinya, maka ia aman dari siksa-Ku".
Imam Thabrani mengeluarkan riwayat dari Sahabat Abu Darda' :
لَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقُوْلُ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ مِائَةَ مَرَّةٍ اِلَّا بَعَثَهُ اللّٰهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَوَجْهُهُ كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ الَبَدْرِ وَلَمْ يُرْفَعْ لِأَحَدٍ يَوْمَئِذٍ عَمَلٌ اَفْضَلُ مِنْ عَمَلِهِ اِلَّا مَنْ قَالَ مِثْلَ قَوْلِهِ اَوْ زَادَ
"Tidaklah seorang hamba mengucapkan "La ilaha illallah" sebanyak 100 kali kecuali Allah membangkitkannya di hari kiamat sedangkan wajahnya seperti bulan di malam purnama. Dan tidaklah sebuah amal seseorang dilaporkan (ke sisi Allah SWT) pada hari ini yang lebih utama daripada amalnya kecuali orang yang mengucapkan seperti ucapannya atau menambahi ucapannya".
Imam Ibnu Majah mengeluarkan riwayat dari Sahabat Ummu Hani' :
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ لَا يَسْبِقُهَا عَمَلٌ وَلَا تَتْرُكُ ذَنْبًا
"Membaca Kalimat "La Ilaha Illallahnya" pahala yang tidak bisa didahului (dikejar) dengan amal perbuatan yang lain, dan tidak meninggalkan dosa (menghapus dosa-dosa orang yang membacanya)".
Imam Tirmidzi dan Imam Nasa'i mengeluarkan riwayat dari Jabir bin Abdullah :
اَفْضَلُ الذِّكْرَ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَاَفْضَلُ الدُّعَاءِ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ
"Dzikir yang paling utama adalah "la ilaha illallah" dan doa yang paling utama adalah "alhamdulillah"".
Imam Nasa'i mengeluarkan riwayat dari Sahabat Abu Sa'id Al-Khudzri, dari Nabi SAW bersabda :
قَالَ مُوْسٰی عَلَیْهِ السَّلَامُ : یَا رَبِّ عَلِّمْنِيْ شَيْئًا أَذْكُرُكَ بِهِ، فَقَالَ : قُلْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ، فَقَالَ : یَا رَبِّ كُلُّ عِبادِكَ يَقُوْلُ هَذَا اِنَّمَا اُرِيْدُ شَيْئًا تُخِصُّنِيْ بِهِ، فَقَالَ : يَا مُوْسٰى لَوْ اَنَّ السَّمَوَاتِ السَبْعَ وَعَامِرَهُنَّ غَيْرِيْ وَالْاَرْضِيْنَ السَبْعَ جَعَلْتُ فِيْ كِفَّةٍ وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ فِيْ كِفَّةٍ لَمَالَتْ بِهِنَّ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ
"Nabi Musa berkata (bermunajah kepada Allah SWT), "Wahai Tuhanku, ajarkanlah aku sesuatu yang mana aku bisa mengingatmu dengan sesuatu itu". Allah SWT menjawab, "Ucapkanlah La Ilaha Illallah". Nabi Musa berkata, "Wahai Tuhanku, setiap hamba-Mu mengucapkan kalimat ini, sesungguhnya aku ingin sesuatu yang Engkau khususkan padaku". Allah SWT menjawab, "Andai ketujuh langit dan yang meramaikannnya selain Aku (seisinya) dan ketujuh bumi, aku letakkan di neraca timbangan dan kalimat La Ilaha Illallah di neraca timbangan lainnya, niscaya kalimat La Ilaha Illallah condong lebih berat daripada semuanya"".
Imam Abu Ya'la mengeluarkan riwayat dari Sahabat Abu Bakar ra, dari keturunan Sahabat Abu Bakar :
عَلَيْكُمْ بِلَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَالْاِسْتِغْفَارِ وَاَكْثِرُوْا مِنْهُمَا فَاِنَّ اِبْلِيْسَ قَالَ أَهْلَكْتُ النَّاسَ بِالذُّنُوْبِ وَأَهْلَكُوْنِيْ بِلَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَالْإِسْتِغْفَارِ فَلَمَّا رَاَيْتُ ذٰلِكَ اَهْلَكْتُهُمْ بِالْأَهْوَاِء وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ مُهْتَدُوْنَ
"Hendaklah kalian membaca "La ilaha illallah" dan istighfar dan perbanyaklah membaca keduanya, karena sesungguhnya iblis berkata, "Aku merusak manusia dengan dosa-dosa dan mereka merusakku dengan "la ilaha illallah" dan istighfar. Lalu, ketika aku melihat demikian itu, aku merusak mereka dengan hawa nafsu sedangkan mereka menyangka bahwa mereka memperoleh petunjuk".
Imam Ibnu Abid Dunya dan Imam Baihaqi mengeluarkan riwayat dari Sahabat Abu Hurairah ra :
حَضَرَ مَلَكُ الْمَوْتِ رَجُلًا يَمُوْتُ فَشَقَّ أَعْضَاءَهَ فَلَمْ يَجِدْ عَمَلًا خَيْرًا ثُمَّ شَقَّ قَلْبَهُ فَلَمْ يَجِدْ فِيْهِ خَيْرًا فَفَكَّ لِحْيَيْهِ فَوَجَدَ طَرَفَ لِسَانِهِ لَاصِقًا بِحَنَكِهِ يَقُوْلُ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ فَغُفِرَ لَهُ بِكَلِمَةِ الْإِخْلَاصِ
"Malaikat Maut mendatangi seseorang yang meninggal dunia. Ia pun membedah anggota tubuh orang itu, tetapi ia tidak menemukan satu amal kebaikan. Kemudian ia membedah hati orang itu, tetapi ia tidak menemukan satu kebaikan. Lalu ia membuka kedua janggut orang itu, ia pun menemukan di ujung lisannya yang melekat dengan langit-langit mulutnya mengucapkan "La ilaha illallah". Lalu ia diampuni karena kalimat ikhlas (tauhid) itu".
Imam Abu Dawud dan Imam Ahmad bin Hambali mengeluarkan riwayat dari Sahabat Mu'adz bin Jabal ra :
مَنْ كَانَ أٓخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
"Barang siapa yang akhir perkataannya adalah "la ilaha illallah", maka ia masuk surga".
Kami memohon kepada Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih agar Dia mengakhiri perkataan kami dengan kalimat tauhid.
_____________________
Imam kami, yaitu Imam Muhammad bin Idris As-Syafi'i menceritakan, ia berkata : Aku melihat orang Nasrani di Kota Mekkah yang telah mendapatkan gelar sebagai seorang uskup, ia sedang thawaf di Ka'bah (sudah masuk ke dalam agama islam). Lalu aku pun bertanya padanya, "Apa yang membuatmu membenci agama nenek moyangmu ?".
Orang itu menjawab, "Aku telah mengganti agama yang lebih baik daripada agama itu (agama nasrani)". Aku pun bertanya, "Bagaimana bisa sampai begitu ?". Dia pun bercerita padaku bahwa dia menaiki kapal.
Orang itu berkata : Ketika kami berada di tengah-tengah laut, kapal kami terbelah dan aku mencari keselamatan dengan bersandar pada sebuah papan. Ombak tiada hentinya mengombang-ambingku sampai aku terdampar di sebuah pulau dari sekian banyak pulau di laut.
Di dalam pulau itu terdapat banyak pepohonan, pepohonan itu terdapat buah-buahan yang lebih manis daripada madu dan lebih kenyal daripada keju. Di dalam pulau itu ada sungai mengalir yang airnya terasa tawar.
Orang itu berkata : "Segala puji bagi Allah atas semuanya". Aku pun memakan buah-buahan itu dan meminum air di sungai itu, sampai Allah Yang Maha Luhur memberikan kelapangan (merasa kenyang). Ketika siang telah hilang dan malam pun tiba, aku mengkhawatirkan diriku dari serangan dabbah (hewan buas). Aku pun memanjat sebuah pohon dan tidur di atas tangkai.
Ketika berada di pertengahan malam, tiba-tiba aku melihat ada seekor hewan melata (dabbah) di atas permukaan air sedang mensucikan Allah dengan lisan yang fasih (membaca), "Tiada tuhan selain Allah Yang Maha Pengampun, Nabi Muhammad adalah rasul Allah, nabi yang terpilih".
Ketika hewan melata tersebut telah mencapai di daratan, ternyata kepalanya seperti kepala burung kasuari (burung unta), wajahnya seperti manusia, kakinya seperti kaki unta, dan ekornya seperti ekor ikan. Aku pun mengkhawatirkan diriku binasa (diserang oleh hewan itu), lalu aku turun dari pohon dan menyingkir melarikan diri.
Hewan melata itu pun menoleh padaku dan berkata, "Berhenti, jika tidak, maka kamu akan binasa". Aku pun berhenti, lalu hewan itu bertanya padaku, "Apa agamamu ?". Aku pun menjawab, "Agama nasrani".
Hewan melata itu berkata, "Celakalah kamu, wahai orang yang merugi, kembalilah pada agama yang lurus (agama islam), karena sesungguhnya kamu menempati pekarangan kaum dari daerah jin. Tidak akan selamat kecuali seorang muslim".
Aku bertanya, "Bagaimana aku memeluk agama islam ?". Hewan melata itu menjawab, "(Katakan) Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadur Rasulullah".
Aku pun mengucapkan kalimat itu, lalu hewan melata itu berkata, "Apakah kamu ingin tetap berada di tempat ini ataukah kembali pada keluargamu ?".
Aku pun menjawab, "Kembali pada keluargaku". Hewan melata itu berkata, "Diamlah di tempatmu sampai ada kapal yang akan melewatimu".
Aku pun diam di tempatku dan hewan melata itu turun ke dalam laut. Maka tidaklah hewan melata itu hilang dari pandangan mataku, sampai lewatlah sebuah kapal dan para pengendaranya. Aku pun memberi isyarat kepada mereka, lalu mereka membawaku. Ternyata di dalam kapal itu terdapat 12 orang yang semuanya adalah orang nasrani. Aku pun memberitahu kabarku (terkait musibah yang telah menimpa) dan menceritakan kisahku pada mereka, lalu mereka semua masuk islam.
_____________________
Syekh Abdullah Al-Yafi'i ra menceritakan di dalam kitabnya, Roudlur Riyahin, bahwa di masa umat-umat terdahulu, ada seorang raja yang durhaka pada Tuhannya (Allah SWT). Lalu, kaum muslimin pun memeranginya, mereka pun menangkapnya sebagai tawanan. Mereka pun berkata, "Dengan cara bagaimana kita akan membunuhnya ?".
Lalu pendapat mereka bersepakat untuk menjadikan gentong besar untuknya, mereka meletakkan raja itu di dalam gentong, dan menyalakan api di bawah gentong itu. Mereka tidak membunuh raja itu sampai mereka bisa merasakan rasa siksa padanya.
Lalu, mereka pun melakukan demikian itu padanya, raja itu pun berdoa (meminta tolong) pada tuhannya satu per satu, "Wahai fulan, sesungguhnya aku telah menyembahmu, selamatkanlah aku dari keadaan yang telah menimpaku".
Ketika raja itu melihat tuhan-tuhan itu tidak sedikit pun dapat menolongnya, ia pun mengangkat kepalanya ke langit dan mengucapkan "La ilaha illallah", ia berdoa dengan ikhlas. Lalu Allah pun menuangkan kucuran air dari langit kepadanya. Air itu pun memadamkan api, lalu datanglah (berhembuslah) angin dan membawa (menerbangkan) gentong itu. Angin itu menjadikannya berputar-putar di dalam gentong di antara langit dan bumi, sedangkan ia mengucapkan "La ilaha illallah".
Lalu angin itu melemparkannya (menurunkannya) pada kaum yang tidak menyembah Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung, sedangkan ia tetap mengucapkan "La ilaha illallah". Kaum itu pun mengeluarkannya dan bertanya, "Aduh kasihan kamu, apa yang terjadi padamu ?".
Raja itu pun menjawab, "Aku adalah seorang raja dari bani fulan, perkara dan ceritaku seperti ini seperti ini". Ia menceritakan kisahnya kepada mereka, lalu mereka pun beriman (masuk ke dalam agama islam).
_____________________
Imam Al-Yafi'i juga menceritakan di dalam kitab itu (Kitab Roudlur Riyahin) dari Syekh Abu Zaid Al-Qurthubi, Syekh Abu Zaid Al-Qurthubi berkata : Aku mendengar di dalam sebagian Atsar bahwa orang yang mengucapkan "La ilaha illallah" sebanyak 70.000 kali maka itu kan menjadi tebusan baginya dari api neraka.
Aku (Syekh Abu Zaid Al-Qurthubi) pun mengamalkannya untuk mengharapkan berkah dari janjinya (sebagai tebusan dari neraka). Aku mengamalkannya untuk keluargaku dan aku mengamalkannya sebagai amalan yang bisa aku simpan untuk diriku sendiri.
Pada waktu itu, ada seorang pemuda yang menginap bersama kami, dikatakan bahwa pemuda itu dibuka hijabnya (oleh Allah SWT) di sebagian waktu dengan melihat surga dan neraka. Orang-orang juga melihat fadl-nya (anugerahnya/keutamaannya) meskipun usianya masih pendek (muda). Di dalam hatiku juga ada sesuatu darinya (penasaran ingin melihat dan membuktikan).
Lalu sebagian teman-teman bersepakat mengundangku untuk datang ke rumahnya. Kami pun memakan hidangan makanan dan minuman. Tiba-tiba pemuda itu menjerit dengan jeritan yang sangat keras, ia bersandar pada diriku sembari berkata, "Wahai paman, ini adalah ibuku yang berada di dalam neraka", sedangkan ia masih menjerit dengan jeritan yang keras. Orang yang mendengarnya tidaklah ragu bahwa pemuda itu sedang dalam keadaan kashaf (dibuka hijabnya oleh Allah SWT).
Ketika aku melihat apa yang terjadi padanya berupa rasa cemas, aku pun berkata pada diriku, "Pada hari ini, aku akan menguji kebenarannya (pemuda itu)". Lalu Allah memberiku ilham tentang 70.000 kalimat tahlil itu. Tidak ada seorang pun yang mengetahui ilham itu kecuali Allah.
Aku pun berkata pada diriku, "Atsar itu adalah benar dan orang-orang yang meriwayatkannya adalah benar. Ya Allah, sesungguhnya 70.000 kalimat tahlil itu menjadi tebusan bagi wanita ini, yaitu ibu pemuda ini".
Lalu tidaklah sempurna (hilang) kekhawatiran dalam diriku kecuali pemuda itu berkata, "Wahai paman, ibuku telah dikeluarkan (dari neraka), segala puji hanya bagi Allah".
_____________________
Wallahu a'lam bis showab.
Baca lebih lengkap : Terjemah Kitab Irsyadul Ibad Bahasa Indonesia.