Minhatul Mughits - (11) Hadits Musalsal

Minhatul Mughits - (11) Hadits Musalsal

Terjemah Kitab Minhatul Mugits Bahasa Indonesia, Bab Hadits Musalsal

HADITS MUSALSAL
Yaitu hadits yang para rawi dan riwayatnya mengikuti pada satu sifat. Dan para rawi yang mengikuti pada satu sifat lebih umum daripada hadits tersebut berupa perkataan, perbuatan, atau keduanya secara bersamaan.

Contoh pertama adalah sabda Nabi SAW kepada Sahabat Mu'adz bin Jabal ra :
يَا مُعَاذُ إِنِّيْ اُحِبُّكَ، فَقُلْ فِيْ دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ : اللّٰهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
"Wahai Mu'adz, sesungguhnya aku mencintaimu, maka berdoalah seusai mengerjakan setiap sholat, "Ya Allah, tolonglah aku, agar aku dapat mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu"".

Sesungguhnya hadits tersebut adalah hadits musalsal, (karena) setiap rawi berkata kepada orang yang riwayat hadits tersebut darinya, "Dan aku mencintaimu, maka katakanlah ....".

Contoh kedua, perkataan Sahabat Abu Hurairah :
شَبَّكَ بِيَدِيْ اَبُوْ الْقَاسِمِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ : خَلَقَ اللّٰهُ الْاَرْضَ يَوْمَ السَّبْتِ، وَالْجِبَالَ يَوْمَ الْاَحَدِ وَالشَّجَرَ يَوْمَ الْاِثْنَيْنِ وَالْمَكْرُوْهَ يَوْمَ الثُّلاَثَاءِ وَالنُّوْرَ يَوْمَ الْاَرْبِعَاءِ وَالْدَّوَابِ يَوْمَ الْخَمِيْسِ وَاٰدَمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ
"Abul Qasim (Rosulullah SAW) menjalinkan tangannya dengan tanganku dan bersabda, "Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu, gunung-gunung pada hari Ahad, pohon-pohon pada hari Senin, perkara yang dibenci pada hari Selasa, cahaya pada hari Rabu, hewan melata pada hari Kamis, dan Nabi Adam pada hari Jum'at"".

Sesungguhnya hadits tersebut adalah hadits musalsal, (karena diriwayatkan) dengan cara setiap seorang dari para rawinya menjalinkan tangan dengan tangan orang yang meriwayatkan hadits tersebut darinya.

Contoh ketiga, hadits riwayat Sahabat Anas bin Malik :
لَايَجِدُ الْعَبْدُ حَلَاوَةَ الْاِيْمَانِ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ وَحُلْوِهِ وَمُرِّهِ
"Seorang hamba tidak akan menemukan manisnya iman sehingga ia beriman kepada qadar, baik dan buruknya, manis dan pahitnya".

Sesungguhnya setelah Nabi SAW menyabdakannya kepada Sahabat Anas bin Malik, Beliau memegang jenggotnya yang mulia dan berkata, "Aku beriman kepada qadar ...dan seterusnya".

Demikian pula Sahabat Anas bin Malik melakukan hal demikian seusai menyampaikan riwayatnya kepada orang lain dan orang yang meriwayatkannya dari Sahabat Anas bin Malik juga demikian, dan seterusnya.

Terkadang, kemusalsalan hadits terjadi pada sebagian besar isnad, seperti hadits awwaliyah (hadits yang dimulai dengan kalimat permulaan), karena sesungguhnya hadits itu berakhir pada Sufyan As-Tsauri.

Dan adapun riwayat hadits yang mengikuti pada satu sifat, sifat tersbut adakalanya berupa shighat (bentuk) dari susunan meriwayatkan hadits atau perintah yang terkait dengan waktu riwayat, tempat, atau sejarahnya.

Contoh pertama (sighat), jika banyak para rawi hadits yang meriwayatkan dengan kalimat "اَنْبَاَنِيْ" (telah menceritakan kepadaku), "حَدَّثَنِيْ" (telah menceritakan kepadaku), atau seperti demikian itu.

Contoh kedua (perintah terkait waktu) adalah sabda Nabi SAW :
قَصُّ الْاَظْهَارِ وَنَتْفُ الْاِبْطِ وَحَلْقُ الْعَانَةِ يَوْمَ الْخَمِيْسِ وَالْغَسْلُ وَالطِّيْبُ وَاللِّبَاسُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ
"Mengerat kuku, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan pada Hari Kamis. Dan mandi, memakai wangi-wangi, memakai pakaian pada Hari Jum'at".

Contoh ketiga (perintah terkait tempat) adalah hadits musalsal yang menjelaskan terkabulkannya doa di Multazam

Contoh keempat (perintah terkait tempat) adalah hadits musalsal dengan kalimat akhiriyah, seperti adanya seorang rawi yang merupakan rawi terakhir dari gurunya, lalu dia mengatakan "Fulan telah menceritakan kepadaku, dan aku menjadi orang terakhir yang meriwayatkan darinya".

Wa'llahu a'lam bis showab.

Baca lebih lengkap : Terjemah Kitab Minhatul Mughits Bahasa Indonesia.