Qowa'idul I'lal - Kaidah 1 dan Kaidah 2

Qowa'idul I'lal - Kaidah 1 dan Kaidah 2

Terjemah Kitab Qowa'idul I'lal Bahasa Indonesia, Kaidah Pertama dan Kaidah Kedua

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang,

Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya atas apa yang telah Dia berikan nikmat. Kami memanjatkan rahmat ta'dhim dan kesejahteraan kepada tuan dari dua golongan, baik dari golongan arab maupun golongan ajam (non-arab), semoga rahmat ta'dhim dan kesejahteraan terlimpahkan kepada Beliau, dan kepada keluarga serta sahabat Beliau.

Adapun setelah itu, maka pemilik khot (1) berkata : Ketika aku mengetahui di beberapa kitab percetakan bahwa tidak ada risalah ini, yang mana di dalamnya terdapat kaidah dari beberapa kaidah i'lal serta banyaknya kebutuhan pada risalah ini, maka aku ingin menulis risalah ini atas ilmu yang telah aku peroleh dari guru-guru yang utama, pengajar murid-murid di sebuah pondok pesantren dari pondok-pondok pesantren islam, mengharap kepada Allah SWT agar memperoleh ridlo dan rahmat-Nya. Dan aku menulisnya berdasarkan metode ringkasan yang mudah, agar memudahkan orang yang memulai belajar untuk menghafal dan memahaminya. Dan hanya kepada Allah SWT, aku memohon semoga Dia menyebarkan kemanfaatan dan kebaikan risalah ini. Maka aku mengatakan : Hanya kepada Allah SWT, aku memohon pertolongan, Dia adalah Dzat yangmencukupiku dan sebaik-baik Dzat yang menemani.

Catatan kaki (1) :
Yang dimaksud dengan pemilik khot (tulisan) yaitu penulis risalah ini, "Mundzir, julukan bagi Kyai Munhamir bin Nadzir bin Shalih", kelahiran Dusun Sekaran, (Desa Kelutan) Kecamatan Ngronggot, Nganjuk.


KAIDAH PERTAMA
اِذَا تَحَرَّكَتِ الْوَاوُ وَالْيَاءُ بَعْدَ فَتْحَةٍ مُتَّصِلَةٍ فِيْ كَلِمَتَيْهِمَا، اُبْدِلَتَا اَلِفًا، مِثْلُ صَانَ وَبَاعَ اَصْلُهُمَا صَوَنَ وَبَيَعَ
"Tatkala ada huruf wawu dan huruf ya' berharakat setelah fathah yang sambung di dalam kalimat keduanya, maka keduanya diganti dengan huruf alif, contoh "صَانَ" dan "بَاعَ" asalnya adalah "صَوَنَ" dan "وَبَيَعَ"".

[Murad - maksudnya] Ketika ada huruf wawu atau ya' hidup yang jatuh setelah fathah yang sambung dn kumpul dalam satu kalimat, maka harus diganti dengan harakat alif, seperti lafadz "صَانَ" dan lafadz "بَاعَ" asalnya adalah lafadz "صَوَنَ" dan lafadz "بَيَعَ".

I'lal lafadz "صَانَ" asalnya adalah lafadz "صَوَنَ" mengikuti wazan "فَعَلَ", huruf wawu diganti dengan huruf alif karena harakat wawu itu jatuh setelah harakat fathah yang sambung di dalam kalimatnya, maka jadilah "صَانَ".

Lafadz "بَاعَ" asalnya adalah "بَيَعَ" mengikuti wazan "فَعَلَ", huruf ya' diganti dengan alif, dan seterusnya. (seperti keterangan di atas)


KAIDAH KEDUA
اِذَا وَقَعَتِ الْوَاوُ وَالْيَاءُ عَيْنًا مُتَحَرِّكَةً مِنْ اَجْوَفٍ (٢) وَكَانَ مَا قَبْلَهُمَا سَاكِنًا صَحِيْحًا، نُقِلَتْ حَرْكَتُهُمَا اِلَى مَا قَبْلَهُمَا، نَحْوُ يَقُوْمُ وَيَبِيْعُ اَصْلُهُمَا يَقْوُمُ وَيَبْيِعُ
"Tatkala huruf wawu dan huruf ya' jatuh pada ain fi'il yang berharakat dari bina' ajwaf (2), dan huruf sebelum keduanya berupa huruf mati yang berbina' shahih, maka dipindah keharakat keduanya pada huruf sebelum keduanya, contoh "يَقُوْمُ" dan "يَبِيْعُ" asalnya adalah "يَقْوُمُ" dan "يَبْيِعُ"".

[Murad - maksudnya] ketika ada huruf wawu dan huruf ya' jatuh pada ain fi'il [bina' ajwaf (3)] juga huruf hidup, dan huruf yang sebelumnya berupa huruf wawu atau ya' tadi adalah huruf mati yang berbina' shahih, maka harakat wawu dan harakat ya' tadi dipindahkan pada huruf yang sebelumnya, seperti lafadz "يَقُوْمُ" dan lafadz "يَبِيْعُ" asalnya adalah lafadz "يَقْوُمُ" dan lafadz "يَبْيِعُ".

I'lal lafadz "يَقُوْمُ" asalnya adalah lafadz "يَقْوُمُ" mengikuti wazan "يَفْعُلُ", harakat wawu dipindah pada huruf sebelumnya karena huruf wawu itu berharakat (huruf hidup) dan huruf shahih sebelumnya berharakat sukun (huruf mati), untuk menolak beratnya pengucapan, maka jadilah lafadz "يَقُوْمُ".

Lafadz "يَبِيْعُ" asalnya adalah lafadz "يَبْيِعُ", harakat ya' dipindah pada huruf sebelumnya karena huruf ya' itu berharakat (huruf hidup) dan huruf shahih sebelumnya berharakat sukun (huruf mati), untuk menolak beratnya pengucapan, maka jadilah lafadz "يَبِيْعُ".

Catatan kaki (2) dan (3) :
(2) bukan bina' mudha'af lam
(3) yang lam fi'ilnya tidak disyaddah (ditasydid).

Wallahu a'lam bis showab

Baca lebih lanjut : Terjemah Kitab Qowa'idul I'lal Bahasa Indonesia.