Qowa'idul I'lal - Kaidah 9 dan Kaidah 10

Qowa'idul I'lal - Kaidah 9 dan Kaidah 10

Terjemah Kitab Qowa'idul I'lal Bahasa Indonesia, Kaidah Sembilan dan Kaidah Sepuluh

KAIDAH SEMBILAN
اِذَا لَقِيَتِ الْوَاوُ وَالْيَاءُ السَّاكِنَتَانِ بِحَرْفٍ سَاكِنٍ اٰخَرَ، حَدِفَتَا، نَحْوُ صُنْ وَسِرْ اَصْلُهُمَا اُصْوُنْ وَاِسْيِرْ
"Tatkala ada huruf wawu dan huruf ya' yang keduanya mati (disukun) bertemu dengan huruf mati lainnya, maka keduanya dibuang, contoh "صُنْ " dan "سِرْ" asalnya adalah "اُصْوُنْ" dan "اِسْيِرْ"'.

[Murod - maksudnya] ketika ada huruf wau atau huruf ya' yang mati bertemu dengan huruf mati, maka harus dibuang, seperti lafadz "صُنْ" dan lafadz "سِرْ" asalnya adalah lafadz "اُصْوُنْ" dan "اِسْيِرْ".

I'lal lafadz "صُنْ" asalnya adalah lafadz "اُصْوُنْ" mengikuti wazan "اُفْعُلْ". Harakah huruf wawu dipindah pada huruf sebelum wawu karena wawu itu berharakat (hidup) dan huruf shahih sebelum wawu yang disukun, untuk menolak beratnya pengucapan, maka jadilah lafadz "اُصُوْنْ" (lihat kaidah kedua). Maka bertemulah 2 huruf mati (2 huruf yang disukun) yaitu huruf wawu dan huruf nun, lalu huruf wawu dibuang untuk menolak bertemunya 2 huruf yang mati, maka jadilah lafadz "اُصُنْ". Kemudian huruf hamzah washal dibuang karena tidak dibutuhkan, maka jadilah lafadz "صُنْ".

Lafadz "سِرْ" asalnya adalah lafadz "اِسْيِرْ" mengikuti wazan "اِفْعِلْ". Harakah huruf ya' dipindah pada huruf sebelum ya' ... dan seterusnya (sama seperti penjelasan di atas).


KAIDAH SEPULUH
اِذَا اجْتَمَعَ فِيْ كَلِمَةٍ حَرْفَانِ مِنْ جِنْسٍ وَاحِدٍ اَوْ مُتَقَارِبَانِ فِى الْمَخْرَجِ، يُدْغَمُ الْاَوَّلُ فِى الثَّانِيْ بَعْدَ جَعْلِ الْمُتَقَارِبَيْنِ مِثْلَ الثَّانِيْ لِثِقَلِ الْمُكَرَّرِ، نَحْوُ مَدَّ وَمُدَّ وَاِتَّصَلَ اَصْلُهَا مَدَدَ وَاُمْدُدْ وَاِوْتَصَلَ
"Tatkala ada dua huruf dari satu jenis atau keduanya saling berdekatan makhrajnya yang berkumpul di dalam satu kalimat, maka huruf pertama diidghamkan (dimasukkan) ke dalam huruf kedua setelah menjadikan 2 huruf yang berdekatan (makhrajnya) seperti huruf kedua karena beratnya pengulangan. Contoh "مُدَّ", "مَدَّ", dan "اِتَّصَلَ" asalnya adalah "اُمْدُدْ", "مَدَدَ", dan "َاِوْتَصَلَ"".

[Murod - Maksudnya] ketika ada 2 huruf yang tunggal jenis atau saling mendekati di dalam makhrajnya yang berkumpul dalam satu kalimat. Begitu juga 2 huruf (tunggal jenis) tadi, huruf yang pertama mati (disukun) ataupun hidup (berharakat), maka huruf yang pertama tadi harus diidghamkan (dimasukkan) ke dalam huruf yang kedua. Jika 2 huruf yang tadi saling berdekatan makhrajnya, maka huruf pertama harus dijadikan seperti huruf yang kedua, karena jika tidak demikian maka akan berbilang-bilang beratnya (berat pengulangan dalam pengucapan), seperti lafadz "مُدَّ", "مَدَّ", dan "اِتَّصَلَ" asalnya adalah "اُمْدُدْ", "مَدَدَ", dan "َاِوْتَصَلَ"".

I'lal lafadz "مَدَّ" asalnya adalah lafadz "مَدَدَ" mengikuti wazan "فَعَلَ". Huruf dal pertama disukun karena syarat idgham maka jadilah lafadz "مَدْدَ". Kemudian huruf dal itu (yang pertama) dimasukkan ke dalam huruf dal yang kedua karena sesama jenis, maka jadilah lafadz "مَدَّ".

Lafadz "مُدَّ" asalnya adalag lafadz "اُمْدُدْ" mengikuti wazan "اُفْعُلْ". Harakar huruf dal pertama dipindah pada huruf sebelum dal pertama karena syarat idgham, maka jadilah lafadz "اُمُدْدْ", maka bertemulah 2 huruf mati yaitu 2 dal. Lalu, huruf dal yang kedua diberi harakat untuk menolak bertemunya 2 huruf mati, adakalanya dengan :
  1. Harakat kasrah, karena huruf yang mati apabila diberi harakat, maka diberi harakat dengan kasrah,
  2. Atau harakat fathah karena fathah adalah harakat yang paling ringan
  3. Atau harakat dhommah karena mengikuti keadaan perkara yang menghilangkannya.
Maka jadilah lafadz "اُمُدْد" (bisa "اُمُدْدَ", "اُمُدْدِ", atau "اُمُدْدُ"). Kemudian huruf dal pertama dimasukkan ke dalam hurf dal kedua karena sesama jenis, maka jadilah lafadz "اُمُدّ" (bisa "اُمُدَّ", "اُمُدِّ", atau "اُمُدُّ"), lalu hamzah washal dibuang karena tidak dibutuhkan, maka jadilah lafadz "مُدّ" (bisa "مُدَّ", "مُدِّ", atau "مُدُّ").

Dan akan dijelaskan i'lal lafadz "اِتَّصَلَ" pada kaidah delapan belas.

Wallahu a'lam bis showab

Baca lebih lanjut : Terjemah Kitab Qowa'idul I'lal Bahasa Indonesia.