Nurul Lum'ah, Kekhususan 31 – 40
Terjemah Kitab Nurul Lum’ah fi Khashaishij Jumu’ah Bahasa Indonesia, Kekhususan 31 – 40.
Kekhususan 31
Membakar dupa di masjid. Az-Zubair bin Bikar mengeluarkan riwayat di dalam Kitab Akhbarul Madinah dari hadits mursalnya Hasan bin Ali bin Husain bin Hasan:
أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِإِجْمَارِ الْمَسْجِدِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ
“Sesungguhnya Rasulullah SAW memerintahkan untuk membuat wewangian di masjid di Hari Jum’at”.
Az-Zubair bin Bikar mengeluarkan riwayat dari hadits mursalnya Makhul berkata, Rasulullah SAW bersabda:
جَنِّبُوْا مَسَاجِدَكُمْ صِبْيَانَكُمْ وَمَجَانِيْنَكُمْ وَشِرَاءَكُمْ وَبَيْعَكُمْ وَرَفْعَ أَصْوَاتِكُمْ وَسِلَاحَكُمْ وَجَمِّرُوْهَا فِيْ كُلِّ جُمُعَةٍ
“Jauhkanlah masjid kalian dari anak-anak, orang-orang gila, pembelian, penjualan, mengeraskan suara, dan pisau kalian. Dan buatlah wewangian di setiap Hari Jum’at”.
Imam Ibnu Abi Syaibah dan Imam Abu Ya’la mengeluarkan riwayat dari Sahabat Ibnu Umar:
أَنَّ عُمَرَ كَانَ يُجَمِّرُ الْمَسْجِدَ فِيْ كُلِّ جُمُعَةٍ
“Sesungguhnya Sahabat Umar bin Khattab membuat wewangian di masjid di setiap Hari Jum’at”.
Kekhususan 32
Berangkat pagi. Imam Syaikhani (Imam Bukhari dan Imam Muslim) meriwayatkan dari Sahabat Anas berkata:
كُنَّا نُبَكِّرُ بِالْجُمُعَةِ وَنُقَيِّلُ بَعْدَ الْجُمُعَةِ
“Kami berangkat sholat jum’at pagi-pagi dan tidur qailulah (tidur sebentar) setelah sholat jum’at”.
Imam Syaikhani (Imam Bukhari dan Imam Muslim) meriwayatkan dari Sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ثُمَّ رَاحَ فِى السَّاعَةِ الْأُوْلٰى فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بُدُنَةً، وَمَنْ رَاحَ فِى السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِى السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِى السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِى السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً، فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ حَضَرَتِ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُوْنَ الذِّكْرَ
“Barang siapa yang mandi di Hari Jum’at, kemudian ia berangkat di waktu yang pertama maka ia seperti berqurban unta budunah. Barang siapa yang berangkat di waktu kedua maka ia seperti berqurban seekor sapi betina. Barang siapa yang berangkat di waktu ketiga maka ia seperti berqurban seekor domba yang bertanduk. Barang siapa yang berangkat di waktu keempat maka ia seperti berkurban seekor ayam jago. Dan barang siapa yang berangkat di waktu kelima maka ia seperti berqurban sebuah telur. Lalu, ketika imam telah keluar maka para malaikat hadir mendengarkan dzikir (khutbah)”.
Imam Bukhari mengeluarkan riwayat dari Sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ كَانَ عَلٰى كُلِّ بَابٍ مِنَ الْمَسْجِدِ مَلَائِكَةٌ يَكْتُبُوْنَ الْأَوَّلَ فَالْأَوَّلَ، فَإِذَا جَلَسَ الْإِمَامُ طَوَوُا الصُّحُفَ وَجَاءُوْا يَسْتَمِعُوْنَ الذِّكْرَ
“Ketika Hari Jum’at telah tiba, para malaikat berada di setiap pinu masjid, mereka mencatat orang yang datang satu persatu. Lalu ketika imam telah duduk, maka dilipatlah buku catatan amal dan mereka datang mendengarkan dzikir (khutbah)”.
Imam Ibnu Majah dan Imam Al-Baihaqi mengeluarkan riwayat dari Sahabat Ibnu Mas’ud:
أَنَّهُ أَتَى الْجُمُعَةَ فَوَجَدَ ثَلَاثَةً سَبَقُوْهُ، فَقَالَ رَابِعُ أَرْبَعَةٍ سَعِيْدٌ إِنِّيْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ النَّاسَ يَجْلِسُوْنَ مِنَ اللّٰهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلٰى قَدْرِ رَوَاحِهِمْ إِلَى الْجُمُعَاتِ الْاَوَّلُ وَالْثَّانِى وَالثَّالِثُ
“Sesungguhnya Sahabat Ibnu Mas’ud pergi ke masjid, lalu ia mendapati 3 orang yang telah mendahuluinya. Ia pun berkata, orang yang keempat datang adalah orang yang beruntung, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya manusia duduk di sisi Allah di hari kiamat berdasarkan kadar ia berangkat menuju sholat jum’atnya, pertama, kedua, dan ketiga”.
Imam Baihaqi berkata, kata “مِنَ اللّٰهِ” maksudnya adalah di Arsy Allah dan kemurahan-Nya.
Imam Sa’id bin Mansur mengeluarkan riwayat dari Sahabat Ibnu Mas’ud berkata:
بَاكِرُوْا بِالْغَدَاةِ فِى الدُّنْيَا إِلَى الْجُمُعَاتِ، فَإِنَّ اللّٰهَ يُبَرِّزُ لِأَهْلِ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ عَلٰى كَثِيْبٍ مِنْ كَافُوْرٍ أَبْيَضَ فَيَكُوْنُ النَّاسُ مِنْهُ فِى الدَّنْوِ كَغُدُوِّهِمْ فِى الدُّنْيَا إِلَى الْجُمُعَةِ
“Berangkatlah pagi hari untuk sholat jum’at di dunia, karena sesungguhnya Allah menampakkan Hari Jum’at pada penghuni surga di atas tumpukan kapur putih. Lalu manusia yang dekat dengannya sebagaimana mereka yang berangkat pagi untuk melaksanakan sholat jum’at di dunia”.
Imam Hamid bin Zanjawaih mengeluarkan riwayat di dalam Kitab Fadaiul A’mal dari Al-Qasim bin Mukhrimah berkata:
إِذَا رَاحَ الرَّجُلُ إِلَى الْمَسْجِدَ كَانَتْ خُطَاهُ بِخُطْوَةٍ دَرَجَةً وَبِخُطْوَةٍ كَفَّارَةً وَكُتِبَ لَهُ بِكُلِّ إِنْسَانٍ جَاءَ بَعْدُ قِيْرَاطٌ قِيْرَاطٌ
“Ketika seseorang berangkat ke masjid maka langkahnya adalah satu langkah menjadi derajat dan satu langkah sebagai penebusan dosa, dan dicatat baginya setiap manusia yang datang sesudahnya sebesar pahala satu qirath, pahal satu qirath (1)”.
Catatan (1):
Dalam Kitab Bulughul Maram Bab Janazah hadits 591 dan 592, ada 2 riwayat hadits yang menjelaskan makna satu qirath yaitu seumpama gunung yang besar dan seumpama gunung Uhud.
Kekhususan 33
Tidak disunnahkan menunda kondisi menjadi dingin (teduh) untuk melaksanakan sholat jum’at saat keadaan sangat panas, berbeda dengan hari-hari lainnya.
Imam Bukhari mengeluarkan riwayat dari Sahabat Anas:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اشْتَدَّ الْحَرُّ أَبْرَدَ بِالصَّلَاةِ بِغَيْرِ الْجُمُعَةِ
“Ketika keadaan sangat panas, Nabi SAW menunda sholat sampai waktu dingin (teduh) di selain sholat jum’at”.
Kekhususan 34
Mengakhirkan makan dan tidur qailulah (tidur sebentar) setelah sholat jum’at. Imam Syaikhani (Imam Bukhari dan Imam Muslim) mengeluaran riwayat dari Sahl bin Sa’ad berkata:
مَا كُنَّا نُقَيِّلُ وَلَا نَتَغَدَّى إِلَّا بَعْدَ الْجُمُعَةِ
“Tidaklah kami tidur qailulah (tidur sebentar) dan makan kecuali setelah sholat jum’at”.
Imam Bukhari mengeluaran riwayat dari Sahl bin Sa’ad berkata:
كُنَّا نُصَلِّى مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ تَكُوْنُ الْقَائِلَةُ
“Kami melaksanakan sholat (jum’at) bersama Nabi SAW kemudian tidur qailulah (tidur sebentar)”.
Imam Sa’id bin Mansur mengeluarkan riwayat dari Muhammad bin Sirrin (seorang tabi’in) berkata:
كَانَ يُكْرَهُ النَّوْمُ قَبْلَ الْجُمُعَةِ، وَيُقَالُ فِيْهِ قَوْلًا شَدِيْدًا، وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ مَثَلَهُ مِثْلَ سَرِيَّةٍ أَخْفَقُوْا، وَتَدْرِى مَا أَخْفَقُوْا لَمْ يُصِيْبُوْا شَيْئًا
“Tidur sebelum sholat jum’at dimakruhkan dan dicela dengan celaan yang keras. Mereka (para sahabat) mengatakan, “Orang yang tidur saat khatib sedang berkhutbah seperti pasukan yang gagal dan kamu tahu bahwa mereka gagal berarti mereka tidak mendapatkan sesuatu (ghanimah atau harta rampasan)””.
Kekhususan 35
Dilipatgandakannya pahala orang yang pergi sholat jum’at di setiap langkah sebesar pahala setahun.
Imam Ahmad bin Hanbal, imam empat, dan Imam Al-Hakim dari Sahabat Aus bin Aus As-Tsaqafi berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاغْتَسَلَ ثُمَّ بَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ وَدَنَا مِنَ الْإِمَامِ وَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا
“Barang siapa yang mandi (membersihkan tubuh saja) di Hari Jum’at dan mandi (sekujur tubuh seperti mandi janabah), kemudian ia pergi waktu pagi, ia berjalan dan tidak mengendari kendaraan, ia mendekat pada imam, mendengarkan khutbahnya, dan tidak melakukan perbuatan sia-sia, maka baginya pahala amal setahun di setiap langkahnya, puasa di siang harinya dan sholat di malam harinya”.
Imam Ahmad bin Hanbal mengeluarkan riwayat dengan sanad yang shahih seperti hadits itu dari Sahabat Ibnu Umar.
Imam Ahmad juga menilai shahih di dalam Kitab Fadhailul A’mal dari Yahya Al-Ghasani berkata, Rasulullah SAW bersabda:
مَشْيُكَ إِلَى الْمَسْجِدِ وَانْصِرَافُكَ إِلَى أَهْلِكَ فِى الْأَجْرِ سَوَاءٌ
“Kamu berjalan ke masjid dan kembali pada keluargamu, pahalanya sama”.
Imam Sa’id bin Mansur mengeluarkan riwayat seperti hadits itu dari hadits mursalnya Imam Az-Zuhri. Makhul dan Imam Thabrani mengeluarkan riwayat di dalam Kitab Al-Ausath dari hadits Sahabat Abu Bakar As-Shiddiq di dalam hadits:
وَإِذَا أَخَذَ فِى الْمَشْيِ إِلَى الْجُمُعَةِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ عِشْرِيْنَ سَنَةً
“Dan ketika ia pergi dengan berjalan untuk melaksanakan sholat jum’at, maka baginya di setiap langkah pahala amal 20 tahun”. Dan sanadnya adalah lemah.
Kekhususan 36
Sholat Jum’at memiliki 2 adzan dan tidak ada 2 adzan yang dimiliki sholat selain sholat jum’at kecuali sholat subuh.
Imam Bukhari mengeluarkan riwayat dari Saib dari Yazid berkata:
كَانَ النِّدَاءُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوَّلُهُ إِذَا جَلَسَ الْإِمَامُ عَلَى الْمِنْبَرِ عَلٰى عَهْدِ رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ، فَلَمَّا كَانَ عُثْمَانُ وَكَثُرَ النَّاسُ زَادَ النِّدَاءَ الثَّانِيْ عَلٰى الزَّوْرَاءِ فَثَبَتَ الْأَمْرُ عَلٰى ذٰلِكَ
“Adzan di Hari Jum’at pada awalnya adalah ketika imam duduk di atas mimbar pada masa Rasulullah SAW, Khalifah Abu Bakar, dan Khalifah Umar. Lalu ketika pada masa Khalifah Utsman dan orang-orang sudah banyak, ia menambahi adzan kedua yang dikumandangkan di atas Zaura’ (nama pasar), lalu tetaplah hal tersebut (sampai saat ini)”.
Kekhususan 37
Disibukkannya melaksanakan ibadah sampai khatib keluar (naik mimbar). Riwayat atsar Sahabat Tsa’labah bin Malik telah menjelaskannya (lihat kekhususan 19).
Kekhususan 38
(Disunnahkan) membaca Surat Al-Kahfi. Imam Al-Hakim dan Imam Baihaqi mengeluarkan riwayat dari Sahabat Abu Sa’id Al-Khudzri dari Nabi SAW bersabda:
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهٌ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ
“Barang siapa membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at, maka cahaya akan memancar baginya di dalam jarak antara dia dan antara Baitul Atiq (Ka’bah)”.
Imam Al-Hakim mengeluarkan riwayat dari Khalid bin Ma’dan (seorang tabi’in) berkata:
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ قَبْلَ أَنْ يَخْرُجَ الْإِمَامُ كَانَتْ لَهُ كَفَّارَةً فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ وَبَلَغَ نُوْرُهَا الْبَيْتَ الْعَتِيْقِ
“Barang siapa yang membaca Surat Al-Kahfi sebelum imam keluar (naik mimbar) maka baginya itu menjadi penebusan antara Hari Jum’at itu dan Hari Jum’at lainnya dan sampailah cahayanya ke Baitul Atiq (Ka’bah)”.
Imam Ibnu Mardawaih mengeluarkan riwayat dari Sahabat Ibnu Umar berkata, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ سَطَحَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلٰى عَنَانِ السَّمَاءِ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ
“Barang siapa yang membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at, maka membentanglah baginya cahaya dari bahwa telapak kakinya sampai setinggi langit, yang mana cahaya itu menyinarinya sampai hari kiamat dan ia diampuni dosa antara 2 Hari Jum’at”.
Imam Ad-Dhiya’ mengeluarkan riwayat di dalam Kitab Al-Mukhtarah dari Sahabat Ali bin Abi Thalib berkata, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَرَأَ الْكَهْفَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَهُوَ مَعْصُوْمٌ إِلٰى ثَمَانِيَةِ أَيَّامٍ وَإِنْ خَرَجَ الدَّجَّالُ عُصِمَ مِنْهُ
“Barang siapa yang membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at, maka ia dijaga sampai 8 hari. Dan apabila Dajjal telah keluar, maka ia dijaga dari Dajjal”.
Kekhususan 39
(Disunnahkan) membaca Surat Al-Kahfi di Malam Jum’at. ImamAd-Darami mengeluarkan riwayat di dalam Kitab Musnadnya dari Sahabat Abu Sa’id Al-Khudzri berkata:
مَنْ قَرَأَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهٌ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ
“Barang siapa membaca Surat Al-Kahfi di Malam Jum’at, maka cahaya akan memancar baginya di dalam jarak antara dia dan antara Baitul Atiq (Ka’bah)”.
Kekhususan 40
(Disunnahkan) membaca Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Mu’awwidatain, dan Surat Fatihah setelah sholat jum’at.
Abu Ubaid dan Ibnu Dhurais mengeluarkan riwayat di dalam Kitab Fadhailul Qur’an dari Asma’ binti Abu Bakar berkata:
مَنْ صَلَّى الْجُمُعَةَ ثُمَّ قَرَأَ بَعْدَهَا قُلْ هُوَ اللّٰهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ وَالْحَمْدُ سَبْعًا سَبْعًا حُفِظَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذٰلِكَ إِلٰى مِثْلِهِ
“Barang siapa yang melaksanakan sholat jum’at, kemudian ia membaca Surat Al-Ikhla, Al-Muawwidatain, dan Surat Al-Fatihah sesudahnya masin-masing 7 kali, maka majlisnya dijaga sampai Hari Jum’at berikutnya”.
Imam Said bin Mansur mengeluarkan riwayat dari Makhul berkata:
مَنْ قَرَأَ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ وَقُلْ هُوَ اللّٰهُ أَحَدٌ سَبْعَ مَرَّاتٍ يَوْمَ الْجُمُعَةِ قَبْلَ أَنْ يَتَكَلَّمَ كُفِرَ عَنْهُ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ وَكَانَ مَعْصُوْمًا
“Barang siapa yang membaca Surat Al-Fatihah, Surat Al-Muawwidatain, dan Surat Al-Ikhlas sebanyak 7 kali di Hari Jum’at sebelum ia berbicara, maka dileburlah dosanya antara 2 Hari Jum’at dan ia terjaga”.
Imam Hamid bin Zanjawaih mengeluarkan riwayat di dalam Kitab Fadhailul A’mal dari Ibnu Syihab berkata:
مَنْ قَرَأَ قُلْ هَوَ اللّٰهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ بَعْدَ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ حِيْنَ يُسَلِّمُ الْإِمَامُ قَبْلَ أَنْ يَتَكَلَّمَ سَبْعًا سَبْعًا كَانَ مَضْمُوْنًا هُوَ وَمَالُهُ وَوَلَدُهُ مِنَ الْجُمُعَةِ إِلَى الْجُمُعَةِ
“Barang siapa yang membaca Surat Al-Ikhlas dan Surat Al-Muawwidatain setelah sholah jum’at ketika imam mengucapkan salam sebelum ia berbicara masing-masing 7 kali, maka ia, hartanya, dan anaknya mendapatkan jaminan (dijaga) mulai dari Hari Jum’at itu sampai Hari Jum’at berikunya”.
Wallahu a’lam bis showab.
Baca selengkapnya: Terjemah Kitab Nurul Lum’ah Bahasa Indonesia.