Irsyadul Ibad - Bab Ilmu
Terjemah Kitab Irsyadul Ibad Bahasa Indonesia, Bab Ilmu.
Allah yang Maha Luhur berfirman :
يَرْفَعُ الله الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
"Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu semua dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat" (Al-Mujadalah : 11).
Maksudnya, dan Allah mengangkat derajat para ulama' di antara orang-orang itu secara khusus.
Dan Allah yang Maha Mulia lagi Maha Agung berfirman :
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ
"Katakanlah (wahai Muhammad), apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui ?" (Az-zumar : 9).
Maksudnya, keduanya tidak sama.
Imam Abdul Barr mengeluarkan riwayat dari Sahabat Anas bin Malik :
اطْلُبُوا العِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ فَإِنَّ طَلَبَ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلٰى كُلِّ مُسْلِمٍ إنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَطْلُبُ
"Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke Negeri China, karena sesungguhnya menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap orang muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya pada orang yang menuntut ilmu karena ridlo atas apa yang ia cari".
Imam Dailami (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Ibnu Abbas :
طَلَبُ الْعِلْمِ سَاعَةً خَيْرٌ مِنْ قِيَامِ لَيْلَةٍ وَطَلَبُ الْعِلْمِ يَوْمًا خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ ثَلَاثَةِ أَشْهُرٍ
"Menuntut ilmu satu jam lebih baik daripada melakukan qiyamul lail dan menuntut ilmu sehari lebih baik daripada berpuasa 3 bulan".
Imam Tirmidzi (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Sahbarah :
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ كَانَ كَفَّارَةً لِمَا مَضَى
"Barang siapa menuntut ilmu, maka itu menjadi penglebur bagi dosa yang telah terlewati".
Imam Syairazi (mengeluarkan riwayat) dari Sayyidah Aisyah :
مَنِ انْتَقَلَ لِيَتَعَلَّمَ عِلْمًا غُفِرَ لَهُ قَبْلَ أَنْ يَخْطُوَ
"Barang siapa yang berpindah tempat untuk mempelajari sebuah ilmu, maka dosanya diampuni sebelum ia melangkahkan kaki".
Imam Ibnu Asakir dan Imam Dailami (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Ibnu Abbas ra :
خُيِّرَ سُلَيْمَانُ عَلَيْهِ السَّلَامُ بَيْنَ الْمَالِ وَالْمُلْكِ وَالْعِلْمِ فَاخْتَارَ الْعِلْمَ فَأُعْطِيَ الْمُلْكَ وَالْمَالَ لِاخْتِيَارِهِ الْعِلْمَ
"Nabi Sulaiman as pernah dipinta untuk memilih antara harta, kerajaan (kedudukan), dan ilmu, lalu beliau memilih ilmu. Beliau pun diberi kerajaan (kedudukan) dan harta karena beliau memilih ilmu".
Imam Thabrani (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Abu Umamah :
أَيُّمَا نَاشِىءٍ نَشَأَ فِيْ طَلَبِ الْعِلْمِ وَالْعِبَادَةِ حَتّٰى يَكْبُرَ أَعْطَاهُ اللّٰهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَوَابَ اثْنَيْنِ وَسَبْعِيْنَ صِدِّيْقًا
"Setiap orang yang tumbuh yang ia tumbuh dalam menuntut ilmu dan melakukan ibadah sampai ia besar (dewasa), maka Allah akan memberikannya pahala 72 orang yang benar di hari kiamat".
Imam Ibnu Najar (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Anas bin Malik :
الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ يُحِبُّهُمْ أَهْلُ السَّمَاءِ وَيَسْتَغْفِرُ لَهُمُ الْحِيْتَانُ فِى الْبَحْرِ إِذَا مَاتُوْا إِلٰى يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Ulama' adalah pewaris para nabi, para penghuni langit mencintai mereka dan ikan-ikan memohonkan ampun pada mereka ketika mereka telah wafat sampai hari kiamat".
Imam Bukhari (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Muawiyah :
مَنْ يُرِدِ اللّٰهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ
"Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memberikannya pemahaman dalam agama".
Imam Thabrani dan Imam Baihaqi (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Abu Hurairah :
مَا عُبِدَ اللّٰهُ بِشَيْءٍ أَفْضَلَ مِنَ الْفِقْهِ فِى الدِّينِ وَلَفَقِيْهٌ وَاحِدٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ وَلِكُلِّ شَيْءٍ عِمَادٌ وعِمَادُ هٰذَا الدِّيْنِ الْفِقْهُ
"Tidaklah Allah disembah dengan sesuatu (tiada ibadah) yang lebih utama daripada memahami agama. Sungguh satu orang yang memahami agama lebih berat godaannya bagi syetan daripada 1.000 ahli ibadah. Setiap sesuatu memiliki tiang dan tiang agama ini adalah ilmu fiqih".
Imam Ibnu Najar (mengeluarkan riwayat) dari Muhammad bin Ali :
رَكْعَتانِ مِنْ عَالِمٍ أَفْضَلُ مِنْ سَبْعِيْنَ رَكْعَةً مِنْ غَيْرِ عَالِمٍ
"Dua rakaat yang dikerjakan oleh orang alim lebih utama daripada 70 rakaat yang dikerjakan oleh orang yang tidak alim".
Imam Abu Nu'aim dan Imam Al-Khatib (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Abu Hurairah :
خِيَارُ أُمَّتِيْ عُلَمَاؤُهَا وَخَيْرُ عُلَمَائِهَا رُحَمَاؤُها، أَلَا وَإِنَّ اللّٰهَ تَعَالٰى لَيَغْفِرُ لِلْعَالِمِ أَرْبَعِيْنَ ذَنْبًا قَبْلَ أَنْ يَغْفِرَ لِلْجَاهِلِ ذَنْبًا وَاحِدًا، أَلَا وَإِنَّ الْعَالِمَ الرَّحِيْمَ يَجِيْءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَإِنَّ نُوْرَهُ قَدْ أَضَاءَ يَمْشِى فِيْهِ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ كَمَا يُضِيْءُ الْكَوْكَبُ الدُّرِّيُّ
"Umatku yang terpilih adalah ulama' mereka dan sebaik-baik ulama' mereka adalah ruhama' (orang-orang yang pengasih). Ingatlah, sesungguhnya Allah Yang Maha Luhur mengampuni 40 dosa orang yang alim sebelum Dia mengampuni satu dosa orang yang bodoh. Ingatlah, sesungguhnya orang alim yang pengasih akan datang pada hari kiamat, dan cahayanya bersina terang, ia berjalan di dalam cahaya itu dalam jarak antara timur dan barat sebagaimana bintang bersinar yang memancarkan".
Imam Dailami (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Ibnu Abbas :
إِذَا مَاتَ الْعَالِمُ صَوَّرَ اللّٰهُ عِلْمَهُ فِيْ قَبْرِهُ وَيُؤْنِسُهُ إِلٰى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَيَدْرَأُ عَنْهُ هَوَّامَ الْأَرْضِ
"Ketika orang alim meninggal dunia, maka Allah menjadikan ilmunya menyerupai bentuk (seorang manusia yang indah, ramah, dan baik) di dalam kuburnya, ia menentramkan orang alim itu sampai hari kiamat, dan mencegahnya serangan hewan-hewan bumi".
Imam Abu Syekh dan Imam Dailami (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Ibnu Abbas ra :
إِذَا اجْتَمَعَ الْعَالِمُ وَالْعَابِدُ عَلَى الصِّرَاطِ قِيْلَ لِلْعَابِدِ : اُدْخُلِ الْجَنَّةَ وَتَنَعَّمْ بِعِبَادَتِكَ، وَقِيْلَ لِلْعَالِمِ : قِفْ هُنَا فَاشْفَعْ لِمَنْ أَحْبَبْتَ فَإِنَّكَ لَا تَشْفَعُ لِأَحَدٍ إِلَّا شُفِعْتَ فَقَامَ مَقَامَ الْاَنْبِيَاءِ
"Ketika berkumpul orang yang alim dan orang yang ahli ibadah di atas shirath (titian), maka dikatakan pada orang yang ahli ibadah, "masuklah ke dalam surga dan bersenang-senanglah karena ibadahmu". Dan dikatakan pada orang yang alim, "Berhentilah di sini, lalu berilah syafaat (pertolongan) pada orang yang kamu cintai, karena sesungguhnya kamu tidaklah memberi syafaat (pertolongan) pada seseorang kecuali permintaan syafaatmu akan diterima", lalu ia pun berdiri menempati posisi para nabi (memberi syafaat)".
Imam Al-Khatib (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Utsman bin Affan ra :
أَوَّلُ مَنْ يَشْفَعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْعُلَمَاءُ ثُمَّ الشُّهَدَاءُ
"Orang pertama yang memberi syafaat (pertolongan) di hari kiamat adalah para nabi, kemudian ulama', kemudian syuhada' (orang-orang yang mati syahid)".
Imam Al-Khatib (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Anas bin Malik :
فَضْلُ الْعَالِمِ عَلٰى غَيْرِهِ كَفَضْلِ النَّبِيِّ عَلٰى أُمَّتِهِ
"Keutamaan orang alim di atas selain orang alim seperti keutamaan nabi di atas umatnya".
Dari Sahabat Jabir :
أَكْرِمُوا الْعُلَمَاءَ فَإِنَّهُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ فَمَنْ أَكْرَمَهُمْ فَقَدْ أَكْرَمَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهُ
"Muliakanlah para ulama' karena sesungguhnya mereka adalah pewaris para nabi. Barang siapa memuliakan mereka, maka ia telah memuliakan Allah dan rasul-Nya".
Imam Ibnu Asakir (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Abu Said Al-Khudzri :
مَنْ عَلَّمَ أَيَةً مِنْ كِتَابِ اللّٰهِ أَوْ بَابًا مِنْ عِلْمٍ اَنْمَى اللّٰهُ أَجْرَهُ إِلٰى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
"Barang siapa yang mengajarkan satu ayat Kitab Allah (Al-Qur'an) atau satu bab ilmu, maka Allah mengembangbiakkan pahalanya sampai hari kiamat".
Imam Ibnu Majah (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Muadz bin Anas :
مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا فَلَهُ أَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهِ وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الْعَامِلِ
"Barang siapa mengajarkan ilmu, maka baginya pahala orang yang mengamalkannya dan tidak berkurang pula pahala orang yang mengamalkannya".
Imam Ahmadb bin Hanbal (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Muadz :
لَأَنْ يَهْدِىَ اللّٰهُ بِكَ رَجُلًا خَيْرٌ لَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
"Sungguh, jika Allah memberikan petunjuk pada seseorang melalui kamu, itu lebih baik bagimu daripada dunia dan isinya".
Imam Ibnu Najar (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Ibnu Abbas :
الْغُدُوُّ وَالرَّوَاحُ إِلَى الْمَسَاجِدِ فِيْ تَعْلِيْمِ الْعِلْمِ أَفْضَلُ عِنْدَ اللّٰهِ مِنَ الْجِهَادِ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
"Berangkat pagi dan berangkat sore ke masjid untuk mengajarkan ilmu lebih utama di sisi Allah daripada jihad di jalan Allah".
Imam Thabrani (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Ibnu Mas'ud :
أَيُّمَا رَجُلٍ آتَاهُ اللّٰهُ عِلْمًا فَكَتَمَهُ اَلْجَمَهُ اللّٰهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ
"Setiap seseorang yang diberikan ilmu oleh Allah, lalu ia menyimpannya, maka Allah menjadikan tali kendali padanya (pengekang di mulutnya) di hari kiamat dengan kendali dari api neraka".
Imam Nasa'i (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Abu Hurairah :
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغٰى بِهِ وَجْهُ اللّٰهِ لَا يَتَعَلَّمُهُ اِلَّا لِيُصِيْبَ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِى رِيْحَهَا
"Barang siapa yang mempelajari ilmu yang merupakan ilmu yang harus dicari karena ridlo Allah, ia tidak mempelajarinya kecuali untuk memperoleh harta dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga di hari kiamat, yakni baunya".
Imam Ibnu Majah (mengeluarkan riwayat) dari Sahabat Abu Hurairah :
مَنْ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ يُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللّٰهُ جَهَنَّمَ
"Barang siapa yang mempelajari ilmu untuk membanggakannya pada ulama' atau memamerkannya pada orang-orang bodoh atau untuk memalingkan wajah orang-orang padanya, maka Allah memasukkannya ke dalam Neraka Jahanam".
Imam Ibnu Abid Dunya dan Imam Baihaqi (mengeluarkan riwayat) dari Al-Hasan secara mursal (hadits mursal) :
مَا مِنْ عَبْدٍ يَخْطُبُ خُطْبَةً إِلَّا اللّٰهُ سَائِلُهُ عَنْهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا أَرَادَ بِهَا
Tidaklah seorang hamba berkhutbah kecuali Allah meminta pertanggung jawaban padanya tentang isi khutbah itu pada hari kiamat atas apa yang ia kehendaki dengan khutbah itu.
Al-Hasan berkata : Ketika Malik bin Dinar berkata dalam khutbah, ia menangis, kemudian ia berkata, "Apakah kamu mengira bahwa hatiku tenang karena perkataanku (khutbahku) padamu ? sedangkan aku mengetahui bahwa Allah akan meminta pertanggungjawaban padaku tentang itu pada hari kiamat, "Apa yang kamu kehendaki dengan perkataan itu". Lalu aku akan menjawab, "Engkau adalah saksi atas hatiku. Seandainya aku tidak mengetahui bahwa perkataanku (khutbah nasehat) lebih Engkau cintai, maka aku tidak akan menyampaikan pada dua orang selamanya"".
Syekh kami yaitu Syekhnya para masyayikh islam dan orang-orang muslim, seorang wali qutubnya zaman, sang matahari yang mengelilingi kemakrifatan, lisan malakut yang suci di dalam alam tamkin, perhiasan para ahli ibadah, yaitu Syekh Abu Bakar Muhammad bin Abul Hasan Al-Bakri As-Shiddiqi ra, berkata di dalam apa yang telah beliau wasiatkan padaku :
"Jadikanlah ikhlas sebagai syiarmu di dalam apapun yang bisa memberikan faidah padamu dan yang kamu ambil faidahnya. (Jadikanlah) adab terhadap Allah sebagai selimutmu di dalam apa yang kamu ajarkan dan yang kamu pelajari. Jangan kikir pada orang yang mencari ilmu dengan mengajarkan apa yang telah Allah ajarkan padamu, dengan penuh ketelitian, seperti orang yang teliti yang mengetahui bahwa Allah melihatnya" - selesai (wasiat Syekh Muhammad Al-Bakri).
Semoga Allah memberikan kita keikhlasan dalam menuntut ilmu, menyebarkannya, dan dalam semua ketaatan.
Di dalam Kitab Al-Ghayah karya Syekh Al-Hisni, seorang sayyid yang mulia, yaitu Dlirar bin Amr berkata, "Sesungguhnya ada kaum yang meninggalkan ilmu dan menemani duduk para ahli ilmu, mereka membuat mihrab-mihrab (kamar-kamar kecil), mereka sholat dan berpuasa sampai mengeringlah kulit salah satu dari mereka membungkus tulang-tulang mereka. Mereka bertentangan (dengan syariat) lalu mereka mati. Demi Dzat yang tiada tuhan selain Dia, tidaklah seseorang melakukan kebodohan kecuali apa yang ia rusak lebih banyak daripada apa yang ia perbaiki". Syekh Dlirar menyifati (menggambarkan) kaum itu dengan kerusakan.
__________________
[Pengingat] sesungguhnya perkara wajib pertama bagi para bapak pada anak-anaknya adalah mengajarkan mereka bahwa Nabi Muhammad SAW diutus di Kota Mekkah, wafat dan dikebumikan di Kota Madinah.
[Ketahuilah] sesungguhnya perkara pertama yang wajib bagi seorang mukallaf (baligh dan berakal) adalah mempelajari 2 kalimat syahadat dan maknanya, menetapkan keyakinannya, kemudian mempelajari dhohirnya ilmu tauhid dan sifat-sifat Allah Yang Maha Luhur, meskipun pembelajaran itu tidak didasari dari dalil.
Kemudian, perkara yang dibutuhkan oleh mukallaf untuk menegakkan fardlu-fardlu agama, seperti rukun-rukun sholat dan puasa, syarat keduanya, zakat jika memiliki harta yang sudah mencapai satu nishab meskipun di sana ada orang yang menarik zakat, dan haji apabila ia sudah mampu.
Kemudian hukum-hukum yang banyak terjadi apabila ia ingin menjalankan akad jual beli atau lainnya, seperti rukun-rukun dan syaratnya, apalagi di dalam masalah riba bagi orang yang sudah terjerumus di dalamnya. Dan juga kewajiban memberi jatah (nafkah lahir dan batin) di antara istri-istri dan merawat budak-budak.
Wajib juga untuk mempelajari obat penyakit-penyakit hati seperti hasad (dengki), riya, ujub, dan sombong. Dan meyakini apa yang disampaikan di dalam Al-Qur'an dan Sunnah.
__________________
Wallahu a'lam bis showab.
Baca lebih lengkap : Terjemah Kitab Irsyadul Ibad Bahasa Indonesia.